The Person is You
Sekitar pukul 11 siang, Alvaro sudah tiba di studio makeup milik Sienna. Kedatangan Alvaro langsung disambut oleh seorang karyawan. Perempuan yang bernama Rahma itu lantas mengatakan bahwa Sienna masih mengajar kelas makeup.
“Sebelumnya mbak Sienna udah titip pesen, katanya bisa tunggu di ruangannya aja,” ujar Rahma.
Kemudian Rahma mengantar Alvaro ke ruangan yang dimaksud. Setelah Alvaro mengucapkan terima kasih, Rahma berlalu dari hadapannya dan Alvaro memasuki ruangan itu.
Alvaro menutup pintunya ketika ia sudah masuk. Alvaro lantas melangkah ke dalam, dan netranya otomatis memindai ke setiap penjuru ruangan. Alvaro baru pertama kali menginjakkan kaki di ruangan ini, dan sepertinya ini ruangan kerja pribadi milik Sienna. Namun begitu melihat sebuah single bed dan sofa yang tampak nyaman di sudut kanan, Alvaro segera berpikir bahwa ruangan ini juga dimultifungsikan sebagai ruang istirahat.
Alvaro lantas mendaratkan pantatnya di atas sofa. Tidak jauh dari posisi duduknya, Alvaro kemudian melihat ke arah sebuah meja dan kursi kerja. Alvaro yang penasaran lantas beranjak dan berjalan menuju meja itu.
Alvaro mendapati barang-barang umum yang biasanya ada di atas meja, seperti laptop, sebuah buku catatan, dan pulpen.
Tidak jauh dari meja itu, terdapat sebuah papan yang ditempeli cukup banyak sticky notes. Lantas ada satu benda yang begitu menarik perhatian Alvaro yang tersemat di papan itu. Terdapat sebuah foto yang paling mencolok di antara para sticky notes warna warni.
Alvaro semakin mendekat untuk melihatnya. Akhirnya netranya mendapati sebuah foto yang dijadikan empat grid yang berisi potret dirinya, Sienna, dan Gio. Ada tulisan kecil di pojok kanan bawah foto itu.
‘The best moment in my life’ itu kalimat yang tertulis di sana.
Tanpa Alvaro sadari, sebuah senyum tiba-tiba sudah tersungging di bibirnya. Sienna memajang foto itu di ruang pribadinya, dan itu berhasil membuat dada Alvaro menghangat. Selesai Alvaro mengamati foto itu, ia kembali mendaratkan dirinya di sofa dan menunggu Sienna datang.
***
Begitu kelas makeup Sienna selesai, Sienna langsung memutuskan untuk ke ruangannya. Salah satu karyawannya sebelumnya sudah memberitahu Sienna bahwa Alvaro telah datang sekitar 1 jam yang lalu.
Cklek!
Sienna membuka pintu ruangannya dan langsung menemukan Alvaro di sana.
“Al, lo datengnya kecepatan. Bukannya gue udah bilang gue selesai jam dua belas ya?” Sienna bertanya dengan wajah bingungnya.
“Iya, lo emang bilang selesai jam dua belas,” terang Alvaro.
“Terus kenapa lo dateng jam sebelas?” Sienna masih menatap Alvaro yang tak kunjung menjawabnya, justru Alvaro kini nampak menahan senyumannya.
Sienna akhirnya sadar akan satu hal yang menurutnya lebih penting dari sekedar Alvaro yang datang lebih cepat. Alvaro cukup berada lama di ruangannya, dan pasti lelaki itu telah melihat sesuatu.
“Sky, ayo kita pesen makanan. Gue udah laper,” celetuk Alvaro tiba-tiba.
“Gue udah minta tolong sama Rahma buat pesenin. Dikit lagi makanannya dateng,” ucap Sienna.
***
Sienna dan Alvaro menikmati makan siang mereka dengan lahap. Selama menyantap makanan, tidak ada pembicaraan di antara keduanya.
Sekitar 15 menit kemudian, dua buah mangkuk soto telah tampak bersih tak bersisa. Sienna lantas meminta tolong karyawannya untuk membawakan kembali mangkuk soto itu.
“Makasih ya Rahma,” ucap Sienna sembari menyerahkan nampan berisi dua mangkuk bekas soto kepada Rahma.
Sepeninggalan Rahma, Sienna menutup pintu dan bahkan menguncinya. Alvaro yang melihat aksi Sienna itu lantas menatap Sienna dengan mata yang memicing. Tidak ketinggalan, sebuah senyum tipis terukir di bibir Alvaro, membuat Sienna yang melihatnya malah jadi gugup.
“Lo balik kerja lagi jam berapa?” tanya Alvaro.
Sienna mengambil tempat di samping Alvaro di sofa. “Sekitar jam 1,” ujar Sienna.
“Masih lama dong?” Alvaro bertanya sambil melihat arloji di pergelangan tangannya.
“Iya. Makeup artist punya waktu istirahat yang banyak, Al,” jelas Sienna.
Alvaro lantas hanya manggut-manggut. Selama beberapa detik berlalu, Alvaro dan Sienna hanya saling menatap, sampai akhirnya Sienna berceletuk, “Al.”
“Hmm?”
“I felt like I could be my true self when I’m with you, since we are in relationship,” ujar Sienna.
Alvaro mencerna kalimat yang Sienna ucapkan dengan seksama.
Netra mereka saling bertukar pandang, dan nada suara Sienna terdengar lembut dan sungguh-sungguh saat mengucapkannya.
Sienna kembali mengatakan bahwa perempuan itu merasakan perubahan-perubahan di dalam dirinya. Sienna menjadi sosok yang lebih baik dengan menjadi dirinya yang apa adanya, dan itu terjadi sejak Sienna menjalin hubungan dengan Alvaro.
Alvaro masih diam, belum berniat mengucapkan apa pun. Perkataan Sienna sangat berhasil menyentuh hatinya, hingga Alvaro dibuat terbengong dan tidak dapat berpikir bagaimana ia harus merespon.
Eksistensinya begitu dihargai oleh sosok yang ia cintai, dan itu adalah hal yang berarti besar bagi Alvaro.
Alvaro hanya menatap Sienna dalam-dalam. Dari tatapan itu, rasanya ada cinta yang begitu besar. Sosok Sienna, eksistensi Sienna di hidup Alvaro, telah memberikan makna yang besar bagi Alvaro.
“When I’m with you, I felt confident and secure. You inspired me to do better, at everything,” ujar Sienna lagi.
Selain perasaan nyaman yang didapatkan Sienna ketika ia bersama Alvaro, Sienna juga dibuat kagum pada sosok lelaki di hadapannya ini melalui banyak cara. Salah satu contohnya, Alvaro tidak hanya memikirkan dirinya dan Sienna saja di dalam hubungan mereka. Alvaro selalu memikirkan keluarga Sienna, meminta Sienna untuk lebih bersikap dewasa dalam menghadapi masalah, terutama tentang orang tua Sienna yang belum setuju dengan hubungan keduanya.
Alvaro selalu mengingatkan bahwa Sienna dapat menjadikan Alvaro sebagai tempatnya bersandar, bermanja, dan Sienna dapat menjadi dirinya sendiri ketika sedang bersama Alvaro.
Alvaro ingin Sienna menunjukkan ‘real’-nya Sienna saat bersama Alvaro, itulah harapan lelaki itu. Maka mulai detik ini, Sienna akhirnya berjanji ia akan melakukannya hingga seterusnya. Sienna akan menjadikan Alvaro tempatnya bersandar di kala ia membutuhkan seseorang. Sienna akan menjadikan Alvaro sebagai tempatnya pulang saat hari telah berakhir dan saat Sienna sangat merasa lelah dengan dunia.
“Sky, gue bangga sama lo,” ucap Alvaro.
“Tiba-tiba banget? Bangga dalam konteks apa nih?” Sienna bertanya dengan kerutan yang lantas muncul di keningnya.
“Tadi selama gue nunggu di sini, gue ngeliat foto kelulusan kuliah lo. Di lemari yang itu,” ujar Alvaro sambil mengarahkan pandangannya pada sebuah lemari kaca di pojok ruangan.
Alvaro lantas melanjutkan perkataannya. “Setelah gue hitung, lo lulus kuliah di tahun 2016, di umur lo yang ke 19 tahun. Artinya lo lulus SMA di sekitar umur 16 tahun, dan lulus SMP di umur 13 tahun.”
Mendengar penuturan Alvaro itu, Sienna pun sukses dibuat terdiam.
Alvaro kemudian mengatakan bahwa ia ingin mendengar soal pendidikan Sienna. Sienna akhirnya setuju dan ia menjelaskan bahwa memang dirinya naik kelas lebih cepat dibandingkan anak lainnya, atau dapat dikatakan bahwa Sienna adalah murid akselerasi saat ia SMP dan SMA. Tentu untuk mendapatkan privilege tersebut, siswa akselerasi haruslah memiliki kemampuan belajar di atas anak-anak pada umumnya dan mempunyai nilai yang tinggi.
“Sky, gue mau nanya sesuatu,” ujar Alvaro setelah selesai mendengar Sienna bercerita tentang perjalanan pendidikannya.
“Mau nanya apa?”
“Kenapa lo pengen jadi guru TK waktu itu?”
“Hmm …” Sienna tampak berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian, akhirnya Sienna melanjutkan perkataannya. “Sebenernya karena orang tua gue ngarahin gue untuk ambil jurusan pendidikan guru. Gue tetep ambil jurusan itu pada akhirnya, meskipun gue ngerasa kurang yakin. At the end, ternyata gue ngerasa seneng bisa ketemu dan interaksi sama anak kecil hampir setiap hari. Tapi semuanya nggak berjalan mulus gitu aja, dan gue sadar kalau sebenernya bukan pekerjaan itu yang gue mau.”
Akhirnya Sienna menceritakan pada Alvaro tentang latar belakangnya. Sienna terlahir di keluarga yang sederhana, tapi kedua orang tuanya adalah tipe yang sangat mengutamakan pendidikan anak-anak mereka.
Saat beranjak remaja, Sienna menyukai makeup dan banyak belajar dari Youtube bagaimana cara mengaplikasikan makeup. Sienna semakin menyukai makeup dan ingin mengambil jurusan tata rias ketika kuliah. Namun orang tuanya tidak menyetujuinya. Akhirnya Sienna mengambil jurusan pendidikan guru atas saran papa dan mamanya. Setelah lulus dengan nilai yang memuaskan, Sienna bekerja sebagai seorang guru TK di sebuah sekolah Internasional.
Pekerjaan menjadi guru terasa sangat menyenangkan, tapi rupanya itu juga menyiksa bagi Sienna. Sienna adalah tipe orang yang begitu perasa, melankolis, dan mudah tersentuh perasaannya. Jadi ketika Sienna berpisah dengan muridnya karena kenaikan kelas, ia harus melalui fase yang berat dalam hidupnya. Mendapati keadaan tersebut, orang tua Sienna akhirnya membiarkan Sienna memilih apa yang ia inginkan.
Sienna memutuskan resign dari pekerjaannya dan memulai karirnya di bidang yang berbeda. Sienna bertekad kuat mewujudkan cita-citanya sejak kecil, yakni menjadi seorang makeup artist.
Setelah akhirnya mengikuti beberapa kursus untuk mendapat ilmu tata rias, Sienna perlahan-lahan mulai mendapat pelanggan setia yang mempercayainya untuk merias. Setelah 2 tahun menekuni bidang tata rias, nama Sienna Malinka mulai dikenal sebagai seorang makeup artist.
Sienna dapat membuka studio makeup miliknya sendiri, menciptakan lapangan pekerjaan tuk orang-orang, persis seperti apa yang dulu ia impikan. Karir Sienna pun semakin sukses, dan kini Sienna dapat menjalani apa yang ia cintai dengan sepenuh hati.
“I’m a proud boyfriend, Sky,” ujar Alvaro setelah Sienna mengakhiri ceritanya.
Sienna lantas mengulaskan senyumnya. Alvaro pun mengatakan bahwa ia dulu menyukai Sienna bukan hanya karena kecantikan parasnya, tapi sosok Sienna yang pintar dan cerdas, ternyata tampak sangat mengagumkan di mata Alvaro.
“Al, tapi setiap orang pasti punya kekurangan di hidupnya. Nggak selamanya semua aspek berjalan mulus,” ucap Sienna. Alvaro menyetujui hal tersebut, memang benar adanya kalau hidup manusia tidak ada yang sempurna.
“Sky, boleh gue tanya sesuatu?” Alvaro bertanya.
Sienna pun mengangguk.
“Apa yang lo ngerasa kurang dari hidup lo?” Alvaro bertanya karena ia penasaran dan tidak kepikiran tentang hal tersebut.
“Dalam menjalin hubungan. Beberapa kali gue gagal saat baru mulai atau bahkan sebelum memulai,” ungkap Sienna.
Alvaro baru mendengar tentang hal ini. Sebelumnya memang mereka tidak pernah membahasnya.
“Mungkin pas awal kita pacaran, lo sadar kalau gue orang yang susah buat nunjukin rasa sayang ke lawan jenis. Mungkin itu juga yang jadi alasan hubungan gue sering nggak berhasil,” terang Sienna.
Sienna sadar akan kekurangannya yang cenderung bersikap menutup diri dan juga terlalu mandiri. Sehingga beberapa kali saat Sienna dekat dengan seorang pria, hubungan mereka tidak bertahan lama. Sienna adalah orang yang kadang sulit menunjukkan kasih sayangnya kepada lawan jenis. Beberapa lelaki yang mendekati Sienna juga merasa minder saat tahu penghasilan dan aset yang dimiliki Sienna di usianya yang masih terbilang cukup muda.
“Sky, mungkin lo anggap itu sebagai kekurangan, tapi gue nggak pernah berpikir kaya gitu ketika gue kenal sama lo. Gue menganggap itu bagian diri lo dan gue menerima itu. Sky lo harus tau, setiap perempuan berharga di mata laki-laki yang tepat.”
DEG.
Perkataan Alvaro terasa dapat menembus hati Sienna. Kalimat terakhir yang Alvaro utarakan, terasa sangat benar.
Alvaro lantas menjelaskan bahwa hal yang Sienna anggap sebagai kekurangannya, sebenarnya bukan kekurangan yang patut untuk Sienna takuti. Sienna hanya belum menemukan lelaki yang tepat untuknya. Sienna belum bertemu dengan lelaki yang pahamm bahwa cara setiap perempuan menunjukkan kasih sayangnya memang berbeda-beda.
Saat beberapa laki-laki yang sebelumnya singgah di hidup Sienna menganggap bahwa kemandirian Sienna adalah sebuah kekurangan, Alvaro justru melihatnya berbeda. Alvaro malah selalu berhasil dibuat terpana oleh sosok Sienna. Sienna yang mandiri, tangguh, dan pintar, mampu membuat Alvaro kagum terhadapnya.
Selain itu, kehadiran Alvaro di hidup Sienna, perlahan dapat membantu Sienna melihat value sesungguhnya yang ada di dalam dirinya. Alvaro mengajarkan banyak hal pada Sienna, menunjukkan pada Sienna bahwa setiap insan pantas untuk dicintai.
Alvaro dapat mencintai kekurangan Sienna, yang sebenarnya Alvaro pun tidak pernah menganggap hal tersebut sebagai kekurangan. Saat seseorang tulus mencintai pasangannya, maka kekurangan layaknya hanya seperti angin yang dapat berlalu begitu saja.
Alvaro meyakinkan Sienna bahwa itu adalah bagian dari diri Sienna, dan Alvaro mencintai setiap bagian tersebut.
“Al,” ujar Seinna.
“Ya?”
“I already met someone that I’ve been looking before. Someone that I think he’s my true love,” ujar Sienna.
“What the true love ... means for you?” Alvaro bertanya dengan sedikit terbata.
“Menurut gue cinta sejati itu adalah orang yang bisa ngasih gue perasaan aman, orang yang bisa menginspirasi gue untuk jadi orang yang lebih baik lagi, dan yang paling penting adalah orang yang nggak cuma mikirin tentang gue dan dia di hubungannya, tapi orang yang juga mikirin keluarga gue dan keluarga dia. Bagi gue, keluarga adalah bagian yang sangat penting, dan kalau ada orang yang menganggap itu sama pentingnya, gue akan sangat kagum sama orang itu.” Sienna menjeda ucapannya selama beberapa detik. Sienna menatap Alvaro lekat, sorot matanya seolah mengatakan bahwa tatapan Sienna ini hanyalah milik Alvaro seorang.
“Al, the person is you,” ujar Sienna.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭