The Right Step

Hari demi hari telah berlalu. Kini sudah terhitung tepat 1 minggu sejak Edgar magang di IT'S CLEINE. Edgar perlahan sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan yang harus dilakukannya. Lilie banyak membantunya dan membimbingnya. Jam kerja dari pukul 9 pagi sampai 5 sore, bukanlah waktu yang sebentar, dan pekerjaannya cukup terasa melelahkan. Namun Edgar tidak terlalu merasakan lelah terebut, ia justru selalu semangat setiap berangkat kerja dan waktu terasa cepat berlalu ketika ia berada di kantor.

Edgar jadi tahu beberapa fakta tentang Lilie. Begitu juga dengan Lilie, perempuan itu mengetahui beberapa hal tentang Edgar. Dalam dunia kerja, hubungan baik dan saling mengenal antara rekan adalah hal yang sangat penting. Relasi harus dibangun dengan baik, dengan harapan ke depannya kerja di dalam tim dapat terjalin secara bersinergi.

Namun beberapa kali dalam hal kecil, Edgar mecoba menunjukkan perhatiannya kepada Lilie. Sebagai karyawan magang dan mentor, Edgar dan Lilie sudah mulai saling mengenal. Pengenalan tersebut terjadi secara alamiah begitu saja, menciptakan chemistry di antara keduanya. Namun sebisa mungkin, Edgar tidak terlalu menunjukkan bahwa ia memiliki perasaan khusus untuk Lilie. Rasa saling menghargai dan menghormati, tentunya begitu penting di dalam dunia kerja. Edgar pun menjunjung tinggi hal tersebut, karena Lilie juga demikian.

Hari ini ketika memasuki jam istirahat makan siang, orang-orang yang berada di divisi social media marketing, berencana untuk makan siang bersama di restoran nasi padang yang terletak tidak jauh dari kantor. Sebenarnya Lilie ingin ikut, tapi tiba-tiba ia mendapat panggilan dari direktur, tepat 10 menit sebelum waktu istirahat.

Guys, ini Lilie ngabarin di WA grup, katanya kemungkinan masih lama di ruangan direktur. Kita disuruh duluan aja, nggak usah nungguin dia,” ujar Valdo yang baru saja mengecek ponselnya.

Edgar yang masih duduk di kursinya pun otomatis melihat notif WhatsApp Grup di ponselnya. Nenar saja yang dikatakan Valdo kalau Lilie meminta mereka untuk tidak menunggunya. Artinya sama saja dengan Lilie tidak jadi ikut dengan para timnya untuk makan siang di luar.

“Gimana nih? Kita berempat ya aja jadinya?” tanya Ardi.

“Iya deh. Coba tanyain ke Kak Lilie, dia mau nitip apa gitu. Biar nanti kita beliin,” ucap Jesslyn.

“Ini Kak Lilie bilang, dia mau order makanan sendiri nanti,” ujar Edgar yang melihat lebih dulu balasan dari Lilie.

“Oh, oke kalau gitu. Yuk kita berangkat sekarang,” ujar Ardi yang akhirnya keluar lebih dulu dari ruangan. Jesslyn menyusul langkah Ardi setelahnya, hingga tersisa Edgar dan Valdo di sana.

“Gar, ayo gece,” ajak Valdo pada Edgar yang masih belum beranjak dri kursinya.

“Iya, bentar,” ucap Edgar yang lantas segera beranjak dari duduknya. Valdo menatap curiga pada Edgar dan lelaki itu juga menyadarinya.

“Kenapa Bang?” tanya Edgar pada Valdo.

“Lu khawatir sama Lilie?” tembak Valdo to the point. Dari nada suaranya terkesan bahwa lelaki itu tidak asal saja menebak.

Edgar pun berdeham satu kali. Ia tidak langsung menanggapi pertanyaan tak terduga yang dilontarkan Valdo tersebut.

“Emang lu enggak khawatir Bang?” Edgar justru balik bertanya dengan nada bergurau.

“Bukannya lu yang bilang Bang, anak-anak suka khawatir sama Kak Lilie karena dia sering lupa makan siang,” tambah Edgar kemudian.

“Oh iya sih,” ucap Valdo akhirnya diiringi sebuah anggukan. “Eh, wait,” ujar Valdo lagi tiba-tiba.

“Kenapa Bang?”

“Kemarin ada kiriman makanan, terus yang nganter bilang pesenannya itu atas nama lu. Tapi lu kan udah makan siang bareng kita. Terus itu buat siapa makanannya?”

Valdo jelas-jelas mendapati hal tersebut dan tentu ia merasa heran. “Sekhawatir khawatirnya gue, Ardi, Jesslyn ke Lilie, jarang sih ada inisiatif dari kita buat beliin dia makanan. Kitanya agak sungkan aja gitu,” terang Valdo.

“Iya, Bang. Gue yang beliin itu buat Kak Lilie,” aku Edgar akhirnya. Mau tidak mau, Edgar pun mengatakan kebenarannya kepada Valdo.

Valdo serta merta menatap Edgar dengan tatapan curiga, kemudian pria itu tertawa sambil melayangkan tatapan tidak percaya. “Anjir ni anak. Baru magang udah mau ngegebet Lilie. Wah, gila juga,” ujar Valdo dengan kedua matanya yang membeliak.

“Bang, please. Tolong keep ini di lu, yaa?” pinta Edgar dengan tatapan memohonnya.

Valdo menghela napas panjangnya setelah akhirnya mengetahui fakta mengejutkan tersebut. “Gar, lu serius suka sama Lilie?” Justru pertanyaan itu yang kemudian dilontarkan oleh Valdo.

“Gue serius, Bang. Please, jangan sampe Kak Lilie tau dulu. Kak Lilie kan mentor magang gue di sini, kalau dia tau kemungkinan hubungan gue sama dia malah jadi canggung,” ujar Edgar.

“Anjir. Kayaknya bakal ribet nih urusannya, Gar. Di kantor tantangannya tuh lebih banyak kalau ada perasaan khusus kayak gini. Haduh,” ucap Valdo.

“Iya, gue tau sih Bang,” ucap Edgar dengan nada pasrahnya.

“Aduh, si anjir. Ada-ada aja nih anak ya.” Valdo pun nampak pusing setelah akhirnya mengetahui fakta tersebut. Sebenarnya selama beberapa hari belakangan, Valdo sudah merasa heran. Namun Valdo berniat untuk memantau terlebih dulu. Baru ketika Valdo mendapati bukti nyata di depan matanya, ia akan menembak agar hasilnya tepat sasaran.

***

Sekitar 15 menit sebelum istirahat makan siang berakhir, Edgar dan yang lainnya telah kembali ke kantor. Edgar mendapati Lilie berada di sana, perempuan itu sedang berkutat pada laptop di hadapannya. Edgar sekilas melirik Valdo yang tiba-tiba juga melihatnya. Dari isyarat mata, Edgar tahu bahwa Valdo tengah mengawasinya. Valdo memang belum berkomentar lebih jauh, soal Edgar yang menyukai Lilie. Valdo tidak menjamin itu akan aman, tapi lelaki itu akan tutup mulut. Saat ini yang tahu benar-benar hanya Valdo saja.

“Kak, udah makan?” Edgar bertanya pada Lilie. Lilie seketika mengalihkan atensinya dari layar laptop kepada Edgar yang duduk di sampingnya.

“Aku udah order, bentar lagi nyampe,” jawab Lilie kemudian.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan antara Edgar dan Lilie. Edgar memutuskan membuka laptopnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Edgar kembali melihat Valdo dan mendapati lelaki itu juga tengah menatapnya, seolah memang sedang mengawasi gerak-geriknya. Edgar tahu, cepat atau lambat pasti ada yang menyadari sikapnya yang berbeda terhadap Lilie.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan para karyawan sudah meninggalkan ruangan. Namun belum semuanya pulang, di sana tersisa Lilie, Edgar, dan Valdo. Nampak dari jendela di ruangan, langit telah berubah warna menjadi lebih gelap dari biasanya.

Lilie menoleh dan menatap ke arah langit dari dinding kaca di ruangan. “Kayaknya bakal hujan lagi nih ya,” ucapnya.

“Nggak bawa payung Kak emangnya?” Edgar bertanya pada Lilie. Lilie lantas menjawab pertanyaan tersbut dengan sebuah gelengan. Ia mengatakan bahwa dirinya lupa membawa benda tersebut.

Valdo yang mempunya ide di dalam kepalanya pun lekas berceletuk, “Edgar, lo bawa motor kan?”

“Iya, bawa. Kenapa emangnya Bang?” sahut Edgar.

“Ini kan udah mau hujan. Gue saranin lo anterin Lilie sampe ke halte Transjakarta, biar Lilie nggak kehujanan,” ucap Valdo dengan entengnya dan terlihat biasa saja ketika mengungkapkan sarannya tersebut.

Ucapan Valdo itu langsung membuat Lilie dan Edgar saling bertatapan. Keduanya lantas saling diam dan terlihat canggung. Namun Valdo segera berusaha untuk mengubah situasinya dengan berujar, “Kalau udah sampe halte kan Lilie aman. Gue bawa mobil sih, tapi masih ada kerjaan yang harus diselesein. Mending kalian otw sekarang deh, keburu hujan beneran.”

Akhirnya Edgar dan Lilie setuju untuk pergi berdua, sesuai saran yang diberikan oleh Valdo. Lilie merapikan barang-barangnya, begitupun dengan Edgar. Lelaki itu memakai jaket kulitnya dan segera mengambil kunci motornya.

“Kak, nanti tunggu di lobi aja. Aku ngambil motor dulu di parkiran,” ucapan Edgar terdengar sayup-sayup oleh Valdo yang masih berada di ruangan. Lucu juga, pikirnya. Valdo pun merasa bahwa sepertinya ia telah melakukan hal yang tepat. Melihat tingkah laku Edgar yang sinkron dengan pernyataannya tentang menyukai Lilie, membuat Valdo yakin ia sudah mengambil langkah yang tepat untuk mendekatkan dua sejoli itu.

***

Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸

Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕