They're Trying to Fix It

Lilie melangkahkan kakinya dengan semangat menuju kantor pagi ini. Sebuah senyuman merekah di wajahnya sesekali. Lilie merasa senang karena Edgar telah lulus sidang sempro. Jadi Lilie berpikir kalau keadaannya akan membaik, hubungannya dengan Edgar akan kembali seperti sebelumnya di mana mereka tidak renggang seperti beberapa hari belakangan.

Ketika Lilie sampai di ruangan divisi sosial media marketing, di sana hanya terdapat Valdo dan sebuah tas fameliar di kursi di samping kursi Lilie. Tas tersebut jelas Lilie ketahui adalah milik Edgar. Artinya lelaki itu telah datang lebih dulu.

Lilie bertanya pada Valdo ke mana perginya Edgar. Valdo pun menjawab bahwa Edgar ke pantry untuk membuat kopi.

Lilie akhrinya berniat membuat kopi juga di pantry, ia mengambil tumblernya dari laci meja dan berjalan keluar dari ruangan. Sebuah senyum tipis sekilas tersungging di wajah Lilie, ia merasa bahwa ini hari yang baik dan begitu juga harapannya terhadap hubungannya dengan Edgar.

Begitu langkah Lilie sampai di pantry dan tangannya membuat pintu di sana, seketika Lilie tercekat di tempatnya. Lilie berdiri membeku di sana kala netranya mendapati Edgar dan Riana yang tengah berpelukan. Tidak ada percakapan di antara Edgar dan Riana, tapi yang jelas Lilie lihat adalah keduanya dalam jarak yang dekat dan melakukannya.

Pikiran Lilie saat ini hanya untuk pergi dari sana, maka Lilie segera berbalik dan hendak berlalu. Namun sebelum itu, Edgar juga tengah mendapati kehadiran Lilie di ambang pintu pantry.

Edgar yang melihat itu, segera melepaskan diri dari Riana dan melangkah lebar untuk menyusul Lilie.

Begitu langkah Edgar berhasil menyamai Lilie, Edgar menahan pergelangan tangan Lilie. Lilie menghentikan langkahnya dan menatap Edgar dengan tatapan terluka.

“Kak, aku bisa jelasin. Itu nggak kayak yang kamu liat,” ujar Edgar.

Lilie hanya diam. Iris mata Lilie memancarkan luka yang sangat kentara, membuat hati Edagr rasanya ikut tersayat-sayat. Bagaimana bisa Lilie menatapnya seperti ini?

“Aku jelasin ke kamu, ya? Kita perlu bicarain ini,” Edgar berucap lagi dan kini sudah melepaskan pergelangan tangan Lilie dari genggamannya.

“Apa yang perlu dijelasin?” ujar Lilie dengan suara pelannya.

“Yang kamu liat tadi nggak kaya yang kamu duga. Tolong kasih kesempatan aku baut jelasin dulu,” ucap Edgar tampak gigih dengan perkataannya dan yakin bahwa yang Lilie lihat bukan seperti dugaan perempuan itu.

“Kamu percaya kan, sama aku?” ujar Edgar terakhir kalinya dengan nada memohon. Edgar tidak kunjung mendapat jawaban apa pun dari Lilie, karena perempuan itu memutuskan berlalu begitu saja dari hadapannya.

Lilie menjauh dari Edgar dengan kedua matanya yang berkaca-kaca dan terasa memanas. Sebisa mungkin Lilieberusaha menahannya.

Lilie tidak tahu kenapa sesakit ini rasanya. Hubungannya dan Edgar bahkan belum dimulai dan perasaannya pada lelaki itu juga masih terbilang baru. Namun kenapa rasanya semenyakitkan ini? Seharusnya tidak seperti ini, jika Lilie belum sepenuhnya mencintai Edgar, bukan?

***

Sore ini saat waktu hampir menunjukkan pukul 5 sore, Lilie terlihat telah mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Kalau biasanya Lilie pulang agak telat atau bahkan lembur, kali ini Lilie ingin pulang lebih dulu sebelum jam 5 sore.

Seharian ini juga Lilie tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Di sini lain, Llie merasa hancur setelah melihat Edgar dan Riana, tapi di sisi lain juga Lilie harus tetap bersikap profesional ketika bekerja dengan Edgar. Ini sulit baginya dan Lilie rasanya tidak tahan berada di kantor lama-lama.

Baru beberapa langkah Lilie keluar ruangan, Lilie mendapati Edgar menyusul langkahnya. Lelaki itu juga telah membawa tasnya dan mengenakan leather jaketnya.

“Kak Lilie, kita perlu ngomong. Please, kasih aku kesempatan buat jelasin,” ujar Edgar.

Lilie terdiam selama beberapa detik, sampai akhirnya ia memutuskan untuk memberi Edgar kesempatan.

Mereka akhirnya pergi berdua dan sebuah kafe dekat kantor menjadi tujuan mereka. Sebelum pesanan minuman keduanya datang, Edgar sudah buka suara lebih dulu.

“Aku sama Riana nggak ada hubungan apa pun,” ucap Edgar.

Edgar kemudian menjelaskan bahwa apa yang Lilie lihat tidak seperti dugaaannya. Riana yang lebih dulu meluk Edgar setelah menyatakan perasaannya pada Edgar, tapi Edgar menolak pernyataan cinta itu. Edgar mengatakan pada Riana bahwa ada perempuan yang disukainya dan tengah ia jaga perasaannya. Jadi lebih baik Riana melupakan perasaan gadis itu terhadapnya. Edgar baru akan menjauh dari Riana, tapi Lilie lebih dulu melihat dan akhirnya menduga bahwa Edga dan Riana memiliki hubungan spesial.

“Kak, tolong percaya sama aku. Aku nggak punya perasaan apa pun ke Riana,” ujar Edgar mengakhiri penjelasannya.

Lilie masih diam dan belum memberi respon. Akhirnya setelah minuman mereka datang dan Lilie menyeruput sekali minumannya, perempuan itu berikutnya baru angkat bicara.

“Jadi tadi yang aku liat itu salah paham aja?” tanya Lilie.

Edgar dengan cepat mengangguk. “Kalau Kakak masih nggak yakin, aku nanti bisa minta Riana baut jelasin yang sebenarnya sama Kakak.”

“Nanti Riana tau dong soal kita?”

“Riana udah tau Kak. Aku terpaksa kasih tau dia, karena dia nggak percaya kalau aku punya seseorang yang aku jaga hatinya.”

Lilie akhirnya mengangguk. Lilie percaya pada penjelasan Edgar dan yakin bahwa Edgar tidak melakukannya dengan Riana. Namun ada satu hal yang ingin Lilie utarakan terkait kekecewaannya pada sikap Edgar beberapa hari lalu. Edgar yang menjauhinya, membuat Lilie bingung. Lilie berusaha mengerti situasinya karena Edgar harus fokus dengan sempronya, tapi hubungan mereka tidak kunjung membaik seperti sebelumnya. Lilie merasa ia takut akan kembali terluka karena cinta, Lilie takut kembali hancur.

“Aku minta maaf atas sikap aku beberapa hari lalu. Aku nggak jujur sama kamu tentang sesuatu,” aku Edgar akhirnya.

“Maksud kamu?” Lilie bertanya karena ia tidak mengerti di mana bagian Edgar mengatakan lelaki itu idak jujur mengenai sesuatu.

“Waktu itu aku liat kamu sama Marcel di lorong,” ucapan Edgar terhenti sampai di sana, tapi Lilie seperti sudah paham ke mana arah pembicaraan mereka.

Edgar mengatakan bahwa benar-benar dirinya hancur kala itu, ia bingung dan seperti kehilangan arah. Ini sebagian juga salah Edgar karena tidak langsung membicarakannya pada Lilie. Edgar sakit hati, tapi perasaannya pada Lilie tetaplah sama, hanya Lilie yang ada di hatinya. Alasan Edgar berusaha sejauh ini, bekerja di kantor perusahaan IT’S CLEINE, semata hanya karena ingin mengenal Lilie. Edgar telah menyukai Lilie sejak kali pertama melihat Lilie di acara seminar di kampusnya. Tidak ada perempuan yang Edgar sayangi kecuali Lilie. Lilie pun terkejut mendengar penjelasan Edgar.

“Edgar, apa yang kamu liat nggak seperti kejadian yang sebenarnya,” terang Lilie akhirnya.

Lilie pun menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak mencium Marcel. Hari itu, Marcel memang hampir menciumnya. Namun saat Edgar pergi, Lilie langsung mendorong Marcel agar menjauh darinya dan mereka sama sekali tidak berciuman seperti yang Edgar pikirkan. Lilie tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Marcel. Lilie sungguh-sungguh dengan perasaannya terhadap Edgar, dan hanya Edgar sosok yang kini ada di hatinya.

“Kamu percaya kan sama aku?” Lilie bertanya pada Edgar.

Tidak lama kemudian, Edgar mengangguk sambil menatap tepat ke iris mata Lilie. “Aku percaya sama kamu,” ujarnya lalu sekilas Edgar mengulaskan senyumnya.

“Maaf, seharusnya aku bisa bicarain ini sama kamu. Jadi nggak perlu ada salah paham di antara kita,” ujar Edgar lagi.

Lilie megangguk sekali. “Nggak papa. Jadiin ini pelajaran untuk kamu, dan untuk aku juga. Kedepannya aku pengen kita saling terbuka, apalagi kalau ada persoalan kayak gini yang bisa bikin salah paham,” tutur Lilie.

“Iya, aku pasti akan bicarain sama kamu,” ucap Edgar.

Lilie lantas mengulaskan senyumnya dan tampak bangga dengan Edgar yang mau berusaha kedepannya dan belajar dari sebuah kesalahan yang sebelumnya.

Selama kurang lebih 20 menit setelah menghabiskan minuman mereka, Edgar dan Lilie memutuskan pergi dari kafe itu. Edgar akan mengantar Lilie pulang. Kali ini Lilie tidak memakai helmnya sendiri, Edgar yang memakaian benda itu di kepalanya.

“Edgar, kamu beneran percaya kan sama aku?” Lilie bertanya ketika mereka sudah berada di atas motor dan Edgar baru akan memanuver kendaraannya.

Edgar menaikkan kaca helmnya agar suaranya dapat didengar oleh Lilie. “Aku percaya, Cantik,” ujar Edgar dengan nada jenakanya.

Lilie yang mendengar panggilan baru yang disematkan Edgar padanya, seketika terdiam karena tiba-tiba dirinya jadi pipinya memanas. Jangan ditanya lagi jantung Lilie keadaannya. Dadanya bergemuruh seperti ada kelompok merching band yang tengah memainkan alat musik mereka.

“Kamu juga ya, harus percaya sama aku,” ujar Edgar.

“Iya, aku percaya sama kamu,” balas Lilie.

“Kamu kalau mau pegangan, pegang pinggang aja,” ucap Edgar. Lelaki itu telah memindahkan tas ransel miliknya dengan posisi di gendong di depan.

Setelah mengatakannya, Edgar mulai memanuver motornya untuk meninggalkan tempat itu.

***

Motor Edgar telah membelah jalanan padat Jakarta yang begitu khas. Lampu-lampu gedung pencakar langit menjadi pemanis pemandagan kota di malam hara. Jalanan yang sedikit basah karena hujan baru saja turun, pedagang kaki lima di alun-alun, dan banyak lagi, yang malam ini secara tidak langsung menjadi saksi bahwa Edgar dan Lilie tengah berbahagia.

Begitu motor Edgar berhenti di lampu merah dan mereka harus menunggu beberapa detik agar bisa jalan lagi, perlahan Edgar merasakan sesuatu melingkari pinggangnya. Jelas itu adalah lengan Lilie yang kini tengah memeluk pinggangnya.

Edgar terkesiap, tubuhnya pun memberi respon bahwa ia terkejut. Namun lebih dari itu, perasaannya dominan bahagia.

Rasanya memang masih seperti mimpi dan sulit percaya, tapi ini adalah kenyataannya. Perasaan Edgar terhadap Lilie berbalas. Edgar berhasil membuat Lilie bahagia dengan kehadirannya dan membuat perempuan itu mencintainya.

***

Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸

Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕