Too Far?

Alvaro memperhatikan anaknya yang hari ini tampak begitu bersemangat. Gio akan berangkat bersamanya ke tempat di mana Alvaro akan bekerja hari ini. Gio membawa tas ransel miliknya, karena sudah berencana akan mengerjakan PR sekolah bersama Sienna.

Sienna, nama gadis itu terus terngiang di pikiran Alvaro, tepatnya sejak kemarin anaknya nampak akrab dengan seseorang yang padahal baru saja ditemuinya.

“Gio,“ ujar Alvaro.

Gio lantas menoleh pada Alvaro, “Iya, Papa?”

“Di sana nanti kamu ditemenin sama mbak Gina. Inget ya, ngga boleh ngerepotin siapa pun. Papa nanti di sana kerja, jadi nggak bisa ketemu sama kamu.”

Gio mengangguk diiringi senyum semringah yang tercetak di wajahnya, “Oke, Papa.”

“Oke, terima kasih ya anak pinter.”

***

Ini merupakan hari terakhir acara Jakarta Fashion Festival 2022. Acara catwalk selesai lebih cepat dari pada hari pertama. Sekitar pukul 2 siang, para model dan artis sudah diperbolehkan untuk berganti pakaian karena pekerjaan mereka telah beres.

Segera setelah mengganti pakaian dan menghapus riasan di wajahnya, Alvaro menghampiri Gio yang berada di ruang tunggu. Di salah satu meja di sana, Gio nampak sedang asyik menulis sesuatu di bukunya. Di hadapan anaknya, terlihat sosok Sienna yang tengah membimbing Gio mengerjakan PR sekolahnya.

Alvaro lalu melangkah menuju meja itu. Ketika Alvaro tiba di sana, rupanya Sienna langsung menyadari kehadirannya dan menatap ke arahnya.

Alvaro mengulaskan senyum tipisnya ke arah Sienna. “Sienna, terima kasih udah luangin waktu untuk anak saya,” ucap Alvaro yang masih menatap Sienna.

“Iya, sama-sama,” balas Sienna.

Kemudian Alvaro beralih pada Gio dan mengajak anaknya itu untuk pulang. Namun Gio masih ingin berada di sana. Sampai akhirnya Sienna yang mencoba membujuk Gio dan memberinya pengertian.

“Gio kan anak hebat, harus nurut sama Papanya Gio. Oke?” ujar Sienna.

“Tapi Gio masih mau sama Bunda,” ucap Gio sambil menampakkan puppy eyes-nya di hadapan Sienna.

Sienna nampak bingung, pandangannya pun bertemu dengan Alvaro dan Gina. Gina sempat turun tangan untuk membujuk Gio, tapi aksinya juga tidak mempan. Padahal notabenenya Gina adalah pengasuh yang sudah lama merawat Gio. Namun sejak Marsha pergi, memang Gio menjadi lebih manja dan sulit bagi orang sekitarnya untuk memahami apa keinginan anak itu.

Alvaro kemudian menghampiri Gio. Lelaki itu segera meraih Gio ke gendongannya. Gio mau tidak menurut kalau Alvaro yang sudah turun tangan, apalagi Alvaro mengeluarkan jurusnya yakni melalui tatapan tegas dan tidak terbantahkannya.

Gio terlihat membenamkan wajahnya di pundak Alvaro, tapi ketika Alvaro melangkah dari sana, Gio memintanya untuk berhenti sejenak. Alvaro menuruti kemauan anaknya dan ternyata Gio cuma ingin berpamitan dengan Sienna. Alvaro menurunkan Gio dari gendongannya dan membiarkan anaknya kembali berjalan menuju Sienna.

“Bunda, Gio pulang dulu ya. Makasih ya Bunda, udah bantuin Gio kerjain PR,” ujar Gio.

Sienna lantas mengulaskan senyumnya, perempuan itu mensejajarkan tingginya dengan Gio dengan menumpu tubuhnya ke lantai.

“Sama-sama Gio. Terima kasih juga karena Gio sudah jadi anak yang hebat,” balas Sienna. Setelah itu Gio meraih tangan Sienna, Gio menyalaminya dan mengecup punggung tangan Sienna. Sienna nampak sedikit kaget karena aksi Gio itu, tapi kemudian perempuan itu mengulaskan senyum lebarnya.

Dari jarak yang tidak jauh itu, Alvaro memerhatikan semua yang terjadi. Dari mulai sifat anaknya yang melunak, tingkah anaknya yang begitu sopan terhadap Sienna, serta sikap Sienna yang terlihat tulus pada anaknya.

Di luar dugaan Alvaro, Gio sungguhan menjadi anak yang penurut ketika bersama Sienna. Alvaro sedikit bingung, pasalnya dua orang itu baru dua kali bertemu, tapi kenapa bisa seakrab itu? Bagaimana itu bisa terjadi?

***

Ini sudah dua hari berlalu sejak terakhir Gio bertemu dengan Sienna. Alvaro pikir semuanya telah selesai sampai di hari itu, tapi rupanya apa yang terjadi tidak sesuai dugaannya.

Hari ini ketika Alvaro akan berangkat shooting, ia harus menghadapi Gio yang rewel dan meminta ikut bersamanya pergi ke tempat kerja. Gio ingin bertemu Sienna dan berpikir bahwa Sienna selalu ada di tempat kerja Alvaro, padahal kenyataannya tidak. Gio menangis dan mengatakan ia tidak mau berangkat sekolah jika Alvaro tidak menuruti permintaannya.

Satu rumah pagi ini pun dibuat kualahan oleh aksi Gio. Inggit dan Gina menyerah ketika Gio mulai menangis dan mengeluarkan isi tas sekolahnya. Kini di lantai ruang keluarga, alat tulis dan buku sekolah milik Gio tampak berserakan.

Selama beberapa detik Alvaro hanya terdiam di tempatnya. Sebelumnya Gio tidak pernah seperti ini. Anaknya itu berubah semenjak Marsha pergi. Gio jadi sering rewel, susah tidur, dan akan tantrum jika permintaannya tidak dituruti.

“Al, kamu jangan kebawa emosi hadapin anakmu,” Inggit mengingatkan Alvaro ketika lelaki itu akan menghampiri Gio.

“Iya Mah,” Alvaro meyakinkan mamanya bahwa ia bisa menghadapi anaknya.

“Gio,” ucap Alvaro yang kini berada tepat di hadapan Gio. Gio menoleh seketika dan menatap Alvaro dengan netranya yang berlinang air mata.

“Papa tau Gio sedih dan kecewa. Tapi satu hal yang perlu Gio ngerti, nggak semua keinginan Gio bisa Papa turutin. Bunda Sienna nggak selalu ada di tempat kerja Papa. Gio paham itu, kan? Hari ini Gio harus berangkat ke sekolah, Papa anter Gio, ya?”

“Papa,” ucap Gio. “Maafin Gio,” lanjutnya lagi.

Gio lalu bergerak menuju Alvaro dan mendekap torsonya dengan lengan kecilnya.

“Gio mau berangkat sekolah hari ini. Soalnya bunda Sienna mau ketemu sama Gio kalau Gio nurut sama Papa.”

Alvaro seketika terenyuh mendengarnya, lelaki itu terdiam tanpa mampu berkata-kata. Tidak lama kemudian, Gio bergerak mengurai pelukannya di torso Alvaro.

“Gio pengen ketemu sama bunda Sienna lagi, tapi kalau nggak bisa, yaudah nggak papa deh,” ucap Gio dengan wajah polosnya.

Setelah menyalami tangan Alvaro, Gio pun akhirnya menurut untuk berangkat sekolah bersama dengan supir dan Gina yang menemaninya. Alvaro harus segera berangkat ke tempat shooting, dan arah lokasinya berbeda dengan sekolah Gio. Tadinya Alvaro berniat mengantar anaknya ke sekolah, tapi Gio sendiri yang mengatakan Alvaro tidak perlu mengantarnya, karena Alvaro bisa lebih telat berangkat kerja.

Sepeninggalan Gio dan Gina, Inggit menghampiri Alvaro. Alvaro nampak sedang berpikir, dan Inggit pun dapat menebak apa yang ada di pikiran putranya itu. Inggit sudah tau soal ‘bunda Sienna’ yang disebut-sebut oleh Gio. Sienna merupakan perempuan yang bekerja sebagai makeup artist yang ditemui Gio di tempat kerja Alvaro. Inggit senang saat tahu cucunya menemukan kebahagiaan baru, tapi di satu sisi Inggit juga merasa khawatir mengenai suatu hal.

“Al, Mama tau kamu akan berusaha menuruti keinginan Gio untuk ketemu sama Sienna. Tapi gimana kalau Gio semakin dekat sama Sienna, semakin susah juga untuk melepaskan suatu hari nanti?”

***

Alvaro harus melakukan beberapa kali take untuk satu buah scene. Padahal ini scene yang terbilang cukup mudah, karena dialognya tidak terlalu padat. Namun entah mengapa Alvaro belum terlalu yakin dengan hasil aktingnya. Sehingga Alvaro meminta pada sutradara untuk mengulang take sampai 3 kali, sampai hasilnya benar-benar memuaskan. Setelah melakukan take yang ketiga, dan sang sutradara mengatakan ‘cut’, itu lah pertanda bahwa pengambilan adegan sudah selesai. Alvaro juga sudah puas dengan hasilnya, jadi mereka akan istirahat dulu sebelum lanjut ke adegan berikutnya.

Alvaro keluar dari area shoot dan langkahnya langsung dihampiri oleh dua orang asisten perempuannya. Di kursi yang bertuliskan namanya, Alvaro duduk di sana sembari dibantu oleh para asistennya untuk retouch riasan di wajahnya.

Tidak lama setelah Alvaro selesai melakukan retouch, Ila datang menghampirinya.

“Al, gue udah dapet jawaban dari manager-nya Sienna,” ujar Ila.

“Oh iya Mbak? Terus gimana hasilnya?” tanya Alvaro.

Sebelumnya Alvaro telah meminta tolong pada Ila untuk membuat appointment dengan Sienna, agar Sienna datang meriasnya di tempat shooting dan dapat bertemu dengan Gio.

“Untuk minggu ini, appointment makeup-nya Sienna udah full scedule. Jadi nggak bisa terima appointment lagi.”

“Bener-bener nggak bisa Mbak? Satu hari aja gitu?”

“Nggak bisa, Al. Gue udah coba nego beberapa kali, tapi jawabannya tetep sama,” jelas Ila.

“Oke, kalau gitu. Kira-kira bisa nggak gue hubungin Sienna secara pribadi?”

“Hubungin secara pribadi? Untuk apa?” Ila nampak bingung, pasalnya ia mengira Alvaro tidak akan sejauh ini melakukannya.

“Gue mau minta langsung sama Sienna untuk ketemu Gio, tanpa bikin appointment. Mungkin ini untuk yang terakhir kali,” terang Alvaro.

Ila tidak langsung mengiyakan, tapi ia mengatakan akan mengusahakannya.

“Oke, coba gue tanya Zahra dulu apa boleh gue minta nomor pribadinya Sienna. Nanti gue kabarin lo pas udah dapet jawaban.”

Alvaro mengangguk, “Thank you ya Mbak.”

Anytime. Semangat buat shooting hari ini, lo keliatan kurang fokus, pasti karena bayak pikiran,” ujar Ila sebelum berlalu dari hadapan Alvaro.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭