Tuduhan Pelanggaran Kode Etik

Suasana kantor pemerintah Mahkamah Konstitusi pukul 1 siang ini sukses menjadi gempar. Pasalnya beberapa anggota kejaksaan datang membawa surat perintah untuk penggeledahan dan pemberhentian sementara jabatan ketua MK.

Dua orang petugas yang berjaga di depan ruang ketua MK mau tidak mau membiarkan pihak kejaksaan untuk melakukan pemeriksaan terhadap tuduhan yang mereka bawa. Petugas tidak dapat mencegah kejaksaan masuk, karena mereka membawa surat perintah yang terbukti valid.

Seorang kepala divisi kejaksaan mengeluarkan surat perintah yang dibawanya dan menunjukkannya kepada Satrio. Satrio Malik Gumilar yang sedang duduk di kursi kerjanya, menerima surat itu dan membacanya dengan seksama.

“Sesuai surat perintah pemeriksaan tersebut, kami dari pihak kejaksaan hari ini akan melakukan penggeledahan di kantor Anda. Anda dituntut telah melanggar kode etik ketua MK karena kekacauan administrasi negara yang dilakukan oleh sekretaris jenderal dan panitera MK. Anda sebagai ketua MK bertanggung jawab terhadap administrasi negara di lingkungan Mahkamah Konstitusi. Anda mendapat dugaan telah melakukan pelanggaran kode etik,” terang pihak kejaksaan itu.

Satrio meletakkan surat perintah pemeriksaan tersebut di mejanya. “Saya akan kooperatif untuk menjalankan pemeriksaan sesuai dengan perintah,” ujar Satrio kemudian.

“Baik kalau begitu, Pak. Tim kejaksaan akan mulai menggeledah per hari ini. Untuk itu Anda akan diberhentikan sementara dari jabatan dengan keputusan presiden selama enam puluh hari,” jelas salah satu staf kejaksaan.

Tiba-tiba pintu ruangan dibuka dan muncul di sana tiga orang yang merupakan sekretaris jenderal dan panitera Mahkamah Konstitusi.

“Pak, apa yang terjadi? Mereka nggak bisa geladah kantor Bapak begitu saja,” ucap sekretaris jenderal MK itu. Pria dengan kisaran usia 40 tahun tersebut menahan para staf kejaksaan yang sudah mulai menyita berkas dan dokumen di ruangan itu.

Satrio lantas meminta sekretarisnya untuk membiarkan staf kejaksaan melakukan kembali aksi mereka.

“Pak, jelas-jelas rekap data administrasi kita telah dibobol. Dokumennya disabotase dari penyimpanan rahasia milik Mahkamah Konstitusi.” Kini giliran anggota Panitera MK yang bersuara.

“Kami akan tetap melakukan penyelidikan terkait kasus ini, sesuai dengan keputusan yang sebelumnya telah dikeluarkan oleh majelis kehormatan komite MK. Selama enam puluh hari masa pemeriksaan, kita akan bersama-sama mendapatkan hasilnya,” ujar kepala divisi kejaksaan itu dengan nada tenangnya.

Satrio beranjak dari kursinya, ia menatap sekilas papan nama jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi yang ada di atas mejanya. “Kalian bisa melakukan pemeriksaannya mulai hari ini. Setelah enam puluh hari, kalau saya terbukti tidak bersalah, saya akan pastikan untuk memulihkan nama, jabatan, serta seluruh divisi MK yang berkaitan dengan kasus ini,” ujar Satrio.

Sekretaris dan Panitera Mahkamah Konstitusi itu menatap Satrio dengan tatapan tidak percaya. Satrio memberi penjelasan pada bawahannya kalau memang ini sudah menjadi tanggung jawabnya. Satrio akan kooperatif menjalankan pemeriksaan. Selain itu satu hal yang sangat penting, iika ia terbukti tidak bersalah, Satrio akan kembali menuntut oknum yang telah mesabotase administrasi negara, tentunya dengan hukum yang seadil-adilnya.

***

Berita penggeledahan kantor Mahkamah Agung dengan cepat tersebar luas di berbagai media, baik di media konvensional seperti televisi dan koran, maupun di media modern seperti media sosial dan platform-platform berita online.

Berita tersebut ramai memenuhi media sejak kemarin sore. Berbagai tanggapan negatif dari masyarakat pun santer terdengar, bahkan ada yang nekat melakukan demo untuk langsung melengserkan jabatan ketua MK di depan kantor Mahkamah Konstitusi. Situasi yang semakin chaos tersebut membuat pihak keamanan kantor MK harus bekerja lebih ekstra untuk memastikan kericuhan tidak mengganggu jalannya proses pemeriksaan kasus tersebut.

Dikarenakan kondisi yang tidak kondusif itu, Satrio terpaksa mengurungkan niatnya untuk pergi ke kantor. Satrio meminta supirnya untuk mengantarnya kembali ke kediamannya. Mungkin Satrio akan mengurus beberapa hal yang harus diurusnya terkait kasus tersebut jika keadaan sudah lebih membaik dari pada hari ini.

Belum lama Satrio sampai di kediamannya, seorang asistennya memberitahu bahwa ia kedatangan tamu. Di ruang tamu di rumah besar itu, Satrio lekas menemui putra sulungnya, Raegantara.

“Kamu pasti sudah dengar beritanya,” ujar Satrio yang kini telah duduk di hadapan Raegan.

Dua buah cangkir teh hangat tersaji di hadapan mereka. Satrio meminta Raegan menyesap tehnya dulu sebelum anaknya itu berbicara.

Lantas setelah Raegan meletakkan kembali cangkirnya di atas meja, Satrio mempersilakannya untuk mengatakan maksud kedatangannya. “Papa, tuduhan itu nggak benar, kan?” tanya Raegan. Satrio yang melihat ekspresi khawatir di wajah putra sulungnya seketika merasa tersentuh.

Tanpa Satrio menjawabnya, Raegan sudah tahu jawabannya. Raegan mengenal papanya, dan dari sikap Satrio yang tenang menghadapi kasus ini, sangat menjelaskan bahwa papanya memang tidak bersalah.

“Raegan udah baca beritanya dan minta pengacara untuk pelajari kasusnya,” ujar Raegan.

“Kamu melakukan itu untuk apa?” tanya Satrio.

“Raegan tau soal seseorang dan perbuatannya yang masabotase data yang berhubungan dengan administrasi negara, Pah. Dia orang yang sama yang telah membuat Zio meninggal,” terang Raegan.

“Raegan, kamu—” ucapan Satrio menggantung begitu saja. Justru kini Satrio yang nampak khawatir. Setelah beberapa detik terdiam, Satrio kembali berujar. “Kamu kembali melakukan pekerjaan sebagai mafia?” tanya Satrio dengan raut wajahnya yang berubah menjadi serius dan begitu tegas.

“Pah, maafin Raegan. Tapi Raegan nggak punya cara lain untuk menangkap orang itu. Papa bekerja di lembaga hukum dan Papa sendiri tau kalau hukum di negara kita bisa dimanipulasi, sekalipun oleh pejabat hukum itu sendiri. Leonel bukan orang sembarangan, Pah. Dia punya hubungan dengan ketua Mahkamah Agung.”

Semuanya kini terasa sedikit jelas bagi Satrio. Satrio mendapati fakta bahwa anak lelakinya kembali menjadi ketua mafia demi untuk mengungkap Leonel, yang mana Leonel juga merupakan ketua mafia dengan trek rekor kejahatan yang tidak dapat diremehkan.

“Oke. Jadi apa yang ingin kamu lakukan saat ini?” tanya Satrio.

“Raegan yakin kalau Leonel punya back up hukum yang kuat. Sebelum persidangan kasus Zio, Leonel tau kalau Kaldera akan bersaksi. Leonel mengancam Kaldera untuk nggak bersaksi di pengadian. Leonel punya hubungan dengan ketua Mahkamah Agung dan karena itu Raegan ingin cari tau, apakah yang dilakukan Leonel berhubungan dengan tuduhan yang dilayangkan ke Papa.”

“Raegan, ini bisa saja dua kasus yang berbeda. Kamu juga tau, kalau dunia politik ini begitu keras,” ucap Satrio.

“Raegan tau itu, Pah. Tapi Papa tenang aja, kita bisa menang karena kita punya bukti yang kuat. Kalau memang benar Leonel ada di balik semua ini dan kita berhasil membuktikan kalau data administrasi itu disabotase, kita bisa menjerat Leonel dengan pasal berlapis.” Raegan menjeda ucapannya sesaat. Raegan mengatakan bahwa ia sudah mengirimkan bukti yang dimilikinya ke email Satrio, agar papanya bisa menilai sendiri bahwa bukti tersebut memang cukup kuat untuk membuktikan semuanya.

“Pah, sebaiknya sekarang Papa lebih hati-hati. Nggak ada satu pun orang yang bisa kita percaya, sekalipun itu teman kita sendiri. Kita hanya perlu fokus untuk sampai ke tujuan utama. Saat ini Leonel sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan Zio, tapi polisi masih belum bisa nemuin keberadaannya. Raegan pastiinLeonel akan dihukum sesuai perbuatannya.”

“Kamu akan menemukan Leonel dengan cara kamu sendiri?” tanya Satrio.

Raegan dengan cepat menjawab pertanyaan Satrio dengan sebuah anggukan pati. Satrio merasa ragu, bukan terhadap kemampuan Raegan, tapi keraguannya tersebut berdasarkan rasa khawatirnya.

Sebelum Raegan pamit dari kediamannya. Satrio menahan Raegan dan mengatakan sesuatu. “Papa izinkan kamu untuk melakukannya. Tapi satu hal yang kamu harus tau. Di dunia politik kamu harus lebih berhati-hati. Kalau benar Leonel memiliki hubungan pekerjaan dengan ketua Mahkamah Agung, maka kemungkinan dia punya tujuan yang nggak sepele.”

Raegan mengangguk satu kali. “Papa tenang aja, Raegan akan berusaha agar semuanya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Papa nggak perlu terlalu khawatir soal jabatan Papa. Papa nggak bersalah, jadi nggak ada seorang pun yang bisa menjatuhkan Papa dengan tuduhan itu.”

Tanpa Raegan menyadarinya, Satrio justru lebih mengkhawatirkan pilihan yang kembali diambil oleh Raegan, dari pada jabatannya sendiri. Satrio sudah merasakan kehilangan keutuhan keluarganya ditambah lagi kehilangan putra bungsunya. Satrio tidak ingin kembali mengalami kehilangan untuk yang kedua kalinya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂