Tujuan yang Sama
Ketika membuka kelopak matanya dan menatap ke sekitar, Edgar mendapati dirinya tengah berada di ruang rawat rumah sakit. Di ruangan itu terdapat Papanya dan Bundanya. Keduanya pun langsung menatap kepada Edgar yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Bundanya mengatakan setelah hampir 10 jam tertidur karena pengaruh obat, Edgar baru kembali membuka matanya pagi ini. Edgar telah lebih baik kondisinya, tapi masih perlu dirawat dan melakukan beberapa pemeriksaan. Jadi untuk beberapa waktu ia harus menjalani rawat inap di rumah sakit.
“Bunda,” ujar Edgar memanggil Bundanya.
Sienna lantas mendekat pada putranya dan bertanya, “Kenapa Bang? Abang butuh apa?”
“Lilie,” ucap Edgar pelan.
“Lilie itu siapa emangnya?” Papanya menyahut dan tampak tidak mengerti kenapa Edgar menyebut nama seorang perempuan.
Bundanya lantas menoleh pada Papanya. “Pah, Lilie itu mentor magangnya Edgar di tempat kerja. Kemarin Lilie yang telfon Bunda dan ngasih tau kalau Edgar kecelakaan,” Sienna lantas menjelaskan pada Alvaro.
“Terus kenapa kamu nyariin Lilie?” Papanya kembali bertanya.
“Bun, jangan kasih tau dulu ke Papa soal Lilie,” ucap Edgar dengan cepat.
“Iya,” Bundanya mengangguk seolah sudah mengerti bahwa tidak akan lebih jauh menjelaskan tentang siapa Lilie, serta mengapa perempuan itu yang pertama ditanyakan Edgar ketika lelaki itu membuka mata.
“Lho, ada apa ini? Kalian punya rahasia yang Papa nggak tau ya?” ujar Papanya dengan tatapan yang memicing.
“Nggak ada rahasia, Pah. Bukannya nggak dikasih tau, tapi belum aja,” jelas Bundanya.
“Edgar, nanti kasih tau Papa lho. Emangnya Lilie itu siapa sih? Kalian bikin Papa penasaran aja yaa,” ujar Papanya.
Edgar ingin tersenyum karena mendapati ekspresi Papanya yang tampak ingin tahu. Namun rasanya otot wajahnya saja masih terasa lemas untuk melakukannya, jadi ia memilih tidak banyak bergerak atau melakukan terlalu banyak hal.
“Iya, nanti ya Pah. Nanti Papa bakal tau, tapi Edgar nggak janji lho ya,” ujar Edgar akhirnya
***
“Suster, saya dirawat sampe kapan ya di sini?” Edgar bertanya pada seorang suster yang datang ke ruangannya untuk mengganti cairan infusnya.
Edgar baru saja selesai makan siang dan seorang perawat datang untuk mengecek kondisinya serta beberapa hal yang perlu dilakukan.
Di sana ada Bundanya yang katanya malam ini akan menginap untuk menemani Edgar di rumah sakit. Hanya Bundanya saja yang bisa menemani Edgar, karena anggota keluarganya yang lain punya kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan.
“Kalau soal itu belum bisa dipastikan ya, Mas Edgar. Soalnya masih ada pemeriksaan lanjutan,” terang perawat itu.
Beberapa saat setelah selesai dengan pekerjaannya di ruang rawat itu, perawat tersebut akhirnya berlalu dari sana.
“Bunda, Abang masih lama ya dirawat di sini?” Edgar bertanya pada Bundanya.
“Sabar ya, Abang. Sampe bener-bener pulih, baru nanti kamu bisa pulang. Emang kenapa sih kamu pengen cepet-cepet banget kayaknya?” Bundanya meletakkan sebuah piring kecil berisi apel yang sudah dikupas, kemuidan mengangsurkannya pada Edgar agar lelaki itu bisa menikmati camilan buahnya.
“Abang pengen kerja, Bun. Pengen ketemu Lilie,” ujar Edgar apa adanya.
Bundanya lantas hanya geleng-geleng kepala sambil mengulaskan sebuah senyum menggoda. “Kamu ini lho. Lilie Lilie terus,” cetus Bundanya.
“Kemarin Bunda sempet ketemu sama Lilie?” tanya Edgar.
Sienna dengan cepat mengangguk. “Sampe Bunda sama Abang Gio dateng, Lilie masih ada di depan ruang UGD. Bunda ngobrol sebentar sama Lilie, baru habis itu dia pamit pulang. Oh iya, dari kemarin hp kamu bunyi terus, ada chat WA banyak deh kayaknya. Sempet ada telfon juga dari Lilie. Bunda mau angkat, tapi udah keburu mati telfonnya,” ungkap Bundanya.
Seolah mengerti apa yang diinginkan oleh putranya, Sienna langsung bergerak mengambilkan ponsel milik Edgar yang disimpan di laci nakas samping ranjang rawat.
Setelah Bundanya menyerahkan ponsel miliknya, Edgar pun langsung mengeceknya. Benar saja rupanya, ada cukup banyak pesan yang masuk. Ada dari grup divisinya di kantor, dari kedua sahabatnya, dari Valdo, serta yang terakhir yang paling membuat Edgar senang adalah pesan dari Lilie.
Lilie menanyakan tentang keadaan Edgar dengan mengirim pesan. Selain itu, Lilie sempat menelfonnya sebanyak dua kali, tapi tidak sempat terangkat.
“Bunda, kemarin Lilie pulang sendiri atau gimana?” Edgar bertanya selagi ia masih mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk membalas pesan Lilie.
“Lilie nggak pulang sendiri, Bang. Bunda kurang tau sih yang kemarin sama Lilie itu siapa. Tapi Lilie pulangnya sama laki-laki, tinggi gitu orangnya, pake jas rapih.”
Dari penuturan tersebut, Edgar pun sudah tahu siapa pasti orang dimaksud oleh Bundanya. Edgar tahu betul bahwa lelaki itu adalah Marcel. Sepertinya Marcel memang akan selalu berada di sekitar Lilie. Sangat terlihat jelas bahwa Marcel memiliki tujuan yang sama dengan Edgar, yakni berusaha untuk mendapatkan Lilie.
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕