Wedding Revealed
Setelah dua bulan lalu melangsungkan acara lamaran resmi, kini persiapan pernikahan sudah berjalan sejauh 60%. Hari ini Alvaro dan Sienna memiliki agenda untuk mengunjungi venue yang nantinya akan digunakan untuk acara resepsi.
Alvaro dan Sienna telah sampai lebih dulu, sementara Inggit dan Renata masih dalam perjalanan menuju tempat tersebut. Di tengah kesibukan pekerjaan keduanya, Alvaro dan Sienna tetap ingin meluangkan waktu agar bisa terjun langsung mempersiapkan pernikahan mereka. Meskipun telah menggunakan jasa wedding organizer dan mereka bisa tinggal duduk manis menanti hasil, tapi Alvaro dan Sienna ingin mengambil peran serta punya andil juga dalam mempersiapkan pernikahan mereka.
Alvaro dan Sienna sedang menelusuri area ballroom hotel bergaya modern dengan nuansa serba putih ; menjadikan tempat ini tampak mewah. Mereka tengah melihat-lihat area gedung ditemani oleh 2 orang dari pihak hotel, agar sekaligus bisa bertanya kalau ada pertanyaan yang ingin diajukan sebelum melakukan dealing.
“Sayang, gimana? Mau jadi yang ini aja venue-nya?” Alvaro bertanya pada Sienna.
Sienna lantas menoleh kepada Alvaro yang berada di sampingnya, kedua matanya seketika nampak berbinar. “Bagus sih ya gedungnya. Aku suka. Kalau menurut kamu gimana?” ujarnya.
“Dari sejauh opsi yang kita punya, ini yang terbaik sih. Menurut aku, dari segi interiornya dan kapasitas tamu, sesuai sama yang kita mau. Aku setuju kalau kamu mau yang ini,” ujar Alvaro.
Alvaro lantas beralih pada sang manager hotel untuk menanyakan beberapa hal. “Nanti untuk vendor acara bisa pakai dari kita atau hotel ini punya daftar vendor sendiri ya?” tanya Alvaro pada Filo.
“Untuk kami di sini vendornya ada dari kami Mas, tapi kalau ingin pakai vendor sendiri, kami persilakan,” terang Filo.
Tidak lama setelah itu, kedatangan Inggit dan Renata menginterupsi pembicaraan tersebut. Kedua orang tua mereka akhirnya juga diajak untuk melihat-lihat venue yang sudah menjadi pilihan ketiga dari dua venue yang sebelumnya dipilih.
Mereka mengunjungi ruangan yang biasa digunakan untuk acara resepsi pernikahan. Di sana lengkap telah ada beberapa meja dan kursi-kursi yang memang dijadikan mock up contoh agar calon penyewa bisa memiliki gambaran.
“Al, Sienna, bagus ya gedung pilihan kalian. Mama suka sama gedung yang ini,” ujar Inggit sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.
“Gimana menurut Mbak?” Inggit bertanya pada Renata setelah mengomentari gedung yang dipilih Alvaro dan Sienna sebagai opsi ketiga ini.
Renata menoleh pada calon besannya itu. “Bagus sih ya Mbak gedungnya. Saya suka, tapi balik lagi biar Al dan Sienna aja yang memutuskan.”
“Oke, tetep keputusan di mereka ya kalau gitu,” ujar Inggit akhirnya. Sementara para orang tua masih melihat-lihat, Alvaro dan Sienna ingin memastikan tanggal pernikahan mereka dengan availability sewa gedung ini.
“Untuk tanggal 26 sama 27, dua hari rencananya. Gimana Mas Filo untuk tanggal segitu?” Alvaro bertanya pada Filo.
“Kita jadinya dua hari, Al?” Sienna sedikit menginterupsi pembicaraan tersebut.
“Iya, Sayang. Kan resepsinya tanggal 26 itu dari sore sampe malem. Maksud aku, tanggal 27-nya kita sewa beberapa kamar untuk nginep, untuk kita sama keluarga inti.”
“Oh gitu. Yaudah berarti dua hari,” ucap Sienna akhirnya.
“Oke. Iya jadi gitu Mas Filo, untuk tanggal 27, rencananya mau sewa presiden suite room dan beberapa kamar.”
Setelah menunggu beberapa saat untuk pengecekan, akhirnya Alvaro dan Sienna mendapatkan jawabannya. Gedung ini available untuk dua tanggal yang mereka inginkan. Inggit dan Renata segera tahu kabar tersebut dan sudah merasa cocok juga dengan gedungnya, jadi tidak ada pertimbangan lagi sebelum akhirnya melakukan dealing.
Agenda terakhir mereka adalah mengunjungi presiden suite room yang nantinya akan dijadikan kamar pengantin untuk Alvaro dan Sienna.
Ruangan tersebut terbilang cukup luas. Di sana terdapat sebuah kamar dengan spring bed berukuran king size, satu buah bathroom dengan jacuzzi, dan ada area sauna. Selain itu, terdapat ruang tamu terpisah dengan meja panjang dan sebuah TV, serta ada walk in closet yang cukup luas juga.
Sienna yang sedang melihat area kamar, tiba-tiba menoleh begitu sadar ada orang lain di sana. Sienna langsung menemukan Alvaro yang tengah melempar senyum ke arahnya. “Gimana Sayang? Bagus nggak kamarnya?” tanya Alvaro.
“Bagus dan gede banget sih. Ini dua kali tim makeup aku juga muat di sini kayaknya,” ucap Sienna.
“Ohiya?” Alvaro terkekeh pelan. Kemudian ia bertanya lagi. “Tapi kamu suka ngga?”
“Suka,” ujar Sienna sembari menampakkan gummy smile-nya.
“Oke. We’ll take this one. Ohiya, habis ini kita jadi ya ke kantor IMD?” Alvaro menjeda ucapannya selama beberapa detik. Sebelumnya mereka telah mendiskusikan hal ini.
“Sayang, orang kantor belum ada yang tau selain manager aku.” Alvaro mendekat pada Sienna, lalu satu lengannya bergerak memeluk pinggang ramping perempuannya. Alvaro menatap Sienna dari samping dengan tatapan yang selalu sama, tatapan penuh cinta dan memuja. “Jadi, hari ini aku mau ngasih tau management soal pernikahan kita. Sekalian aku mau ngenalin calon istriku.”
Sienna seketika tersenyum setelah mendengarnya. ‘Calon istri’ yang rasanya terdengar masih cukup asing baginya, tapi ketika diucapkan mampu menggelitik perutnya, rasanya seperti ada kupu-kupu berterbangan di dalam sana.
“Oke, aku ikut kamu ke kantor,” putus Sienna.
***
Ini pertama kalinya Alvaro mengajak Siena ke kantor milik IMD Pictures. Ada beberapa pertimbangan yang membuat Alvaro menunda memberi tahu pernikahannya kepada management yang menaungi dan telah membesarkan namanya.
Begitu sampai di sana, Alvaro langsung bertemu dengan beberapa rekan kerjanya sesama artis. Alvaro mengenalkan Sienna pada mereka dan kemudian bertemu dengan beberapa orang yang bekerja di kantor ini. Di sana ada dari tim produksi, tim kreatif, dan divisi penata kostum. Alvaro menyapa mereka yang sudah ia kenal dan layaknya seperti keluarganya sendiri.
“Hai Bro, mau ada urusan apa nih ke kantor?” celetuk seorang lelaki yang sebelumnya telah disapa oleh Alvaro.
“Ada urusan sama Pak Parvez sama Kak Nat sebentar, mau ada yang gue omongin,” ujar Alvaro.
Terang saja beberapa orang di sana nampak penasaran ketika Alvaro datang, pasalnya lelaki itu tidak muncul sendiri. Seorang perempuan berada di sampingnya, Alvaro bahkan menggenggam tangannya.
“Mas Arkan, Mas Bima, dan teman-teman divisi lain, sekalian gue mau ngenalin sama seseorang. Kenalin, ini Sienna, calon istri gue,” ujar Alvaro yang akhirnya menjawab pertanyaan yang sedari tada bersarang di dalam benak orang-orang di sana.
Alvaro lantas beralih pada Sienna, “Sayang, kenalin ini Mas Arkan, Mas Bima, Kak Devi, dan ini Fauzan.”
Semua mata di sana masih tertuju pada Sienna, sampai detik berikutnya Sienna menyapa mereka satu persatu. “Halo, salam kenal, Mbak. Aku Sienna,” ujar Sienna sebagai awal perkenalannya dengan para karyawan dari beberapa divisi yang bekerja di perusahaan itu.
“Halo. Salam kenal juga. Aku Devi,” ujar Devi yang pertama berjabatan tangan dengan Sienna. Kemudian disusul oleh sisanya yang ada di sana, sampai akhirnya acara perkenalan tersebut selesai.
Alvaro mengenalkan Sienna sebagai calon istrinya, dan memberitahu bahwa sebentar lagi ia dan Sienna akan menikah. Tentunya kabar tersebut mengejutka dan Alvaro sempat meminta maaf karena baru memberitahu kabar pernikahannya sekarang. Mereka akhirnya memaklumi hal tersebut. Bagaimana pun Alvaro membutuhkan ruang dan waktu untuk fokus mengurus pernikahannya. Mereka yakin, Alvaro tidak akan lama-lama menyimpan kabar bahagia itu sendiri, karena bagi pria itu, perusahaan ini sudah seperti rumah keduanya.
***
Setelah menyapa beberapa karyawan IMD Pictures, Alvaro pun mengajak Sienna ke sebuah ruangan. Ruangan yang saat ini Sienna jajaki terlihat sangat ekslusif dan mewah. Terang saja, ruangan tersebut adalah ruangan yang biasa digunakan untuk melakukan pertemuan antara para petinggi perusahaan dengan artisnya. Biasanya mereka akan mendiskusikan beberapa hal yang memerlukan privasi di ruangan ini.
“Tunggu sebentar ya, pak Parvez masih ada di ruang meeting lantai tiga,” ujar Natalie begitu memasuki ruangan. Natalie lantas menarik kursi di hadapan Alvaro dan Sienna. Natalie mengulaskan senyum ramahnya ke arah Sienna, lalu lebih dulu mengulurkan tangan untuk berkenalan.
“Halo, kenalin. Aku Natalie,” ujar Natalie begitu tangannya dan Sienna berjabatan.
“Halo, Kak Nat. Aku Sienna,” balas Sienna.
“Al udah cerita banyak tentang kamu. Akhirnya kita bisa ketemu ya. Kalau Al udah bawa kamu ke sini, itu artinya kamu spesial buat dia,” celetuk Natalie dengan nada bergurau. Perempuan berusia 30 tahunan itu lantas tertawa kecil.
Alvaro belum mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya, tapi Natalie seolah sudah dapat membaca apa yang membawa Alvaro ke sini dan bahkan lelaki itu mengajak Sienna.
“Jadi ... ada kabar apa nih?” blak-blakan Natalie bertanya.
Namun belum sempat Alvaro menjawab pertanyaan tersebut, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka. Di sana tampak sosok lelaki berusia 40 tahunan yang lantas disapa oleh Alvaro. Baru setelah itu, Alvaro mengenalkan Sienna pada sosok tersebut.
Sienna berjabat tangan dengan Parvez, dan pria itu nampak udah mengenalinya.
“Ohh iya Sienna, saya sudah dengar banyak tentang kamu dari Al,” ujar Parvez sembari menarik kursi di samping Natalie lalu ia duduk di sana.
“Jadi ada hal penting apa nih hari ini?” tanya Parvez sambil menatap Alvaro dan Sienna lurus-lurus.
“Jadi gini, Pak Parvez, Kak Nat. Hari ini gue ke sini karena mau nyampein sesuatu yang penting.” Alvaro menjeda ucapannya, ia menoleh ke samping kanannya di mana Sienna berada.
“Gue sama Sienna akan menikah, dalam beberapa bulan lagi,” ujar Alvaro akhirnya. Natalie tampak tidak terkejut mendengar pernyataan itu, begitupun dengan Parvez. Sebenarnya mereka memang sudah menduga bahwa Alvaro akan menikahi kekasihnya, tapi mereka tidak mengira bahwa rencana tersebut akan direalisasikan dalam waktu dekat pasca perceraian Alvaro dan Marsha.
Rencana pernikahan yang sudah berjalan 60 %, terang saja membuat Parvez dan Natalie sedikit bingung. Pasalnya mereka memikirkan tanggapan publik akan hal ini nantinya. Alvaro baru saja bercerai dan membuat pernyataan bahwa tidak ada orang ketiga yang menjadi penyebab perceraian. Namun dengan melangsungkan pernikahan yang secepat ini, dikhawatirkan keadaannya akan memburuk dan publik semakin yakin akan kebenaran rumor orang ketiga tersebut.
Alvaro jelas mengerti akan hal tersebut dan mengatakan pada Parvez dan Natalie kalau ia telah memikirkan ini dengan matang. Sebagai seorang publik figur, Alvaro tahu ia tidak bisa bertindak semaunya. Namun mau sampai kapan, ia hidup di balik rumor yang sebenarnya tidaklah benar.
“Kak Nat, Pak Parvez, gue memang peduli sama karir gue. Tapi jauh di atas itu, keluarga gue tetep jadi prioritas utama untuk gue,” terang Alvaro akhirnya.
Dari dua kalimat itu, Natalie dan Parvez mengerti makna dan maksud dari pembicaraan ini. Bahwa sejatinya Alvaro mengesampingkan perkataan buruk orang-orang tentang dirinya. Alvaro tahu mungkin publik tidak akan menerima dengan mudah kabar pernikahannya. Namun Alvaro telah siap untuk itu, ia tidak akan tinggal diam jika cacian itu tertuju pada Sienna dan juga, kebahagiaan keluarganya tetaplah menjadi yang utama baginya.
Alvaro ingin menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis untuk Gio. Alvaro ingin menikahi Sienna, membahagiakan perempuan yang ia cintai, dan memiliki kehidupan pernikahan yang lebih baik dari sebelumnya.
“Oke, kalau itu emang udah jadi keputusan lo, Al. Gimana pun, kita nggak bisa mengatur hidup lo terlau jauh. Kita juga mau lo bahagia dan berharap yang terbaik buat lo. So, go ahead. You two deserves to be happy.” Natalie menatap Alvaro lalu beralih menatap Sienna seraya mengulaskan senyumnya. “Congrats for your wedding ya, Al, Sienna,” lanjut Natalie.
IMD pada akhirnya tidak bisa melarang keputusan tersebut, meski sebenarnya mereka merasa khawatir. Kabar pernikahan Alvaro bisa jadi memperburuk masalah yang sebelumnya sudah ada, tapi bagaimana pun, mereka tidak bisa mengatur terlalu jauh kehidupan pribadi artis mereka.
Alvaro memutuskan tetap memprioritaskan keluarganya di atas karirnya. Jadi sewaktu-waktu, Alvaro bisa saja hengkang dari dunia entertainment. Atau kemungkinan lebih buruknya, Alvaro akan meninggalkan management ini dan beralih pada perusahaan lain yang bisa memahami akan batasan-batasan yang jadi prioritasnya.
Perusahaan pun tidak munafik, mereka tidak ingin kehilangan Alvaro. Sebagai sebuah perusahaan, tentu mereka tidak bodoh untuk melepas artis mereka begitu saja, terlebih Alvaro telah memiliki nama yang cukup besar di dunia entertain. Tidak mungkin kan, mereka mengorbankan waktu dan usaha mereka selama ini yang telah membesarkan nama Alvaro.
Mereka memang sudah layaknya keluarga bagi Alvaro, yang telah membesarkan namanya dan mendukungnya sejak awal Alvaro memulai karirnya. Namun tetap saja, di atas perusahaan ini, Alvaro memiliki prioritas utamanya dan itu adalah keluarganya.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭