alyadara

4 bulan kemudian.

Kalau ditanya apa itu kebahagiaan bagi Sienna, mungkin ia akan mengatakan ini. Pada akhirnya, setiap insan ditakdirkan untuk hidup berpasang-pasangan. Dari lahir, kemudian beranjak balita, remaja, lalu dewasa, setiap orang akan melalui berbagai fase dalam hidupnya. Kemudian pada salah satu bagian, seseorang memiliki naluri untuk hidup bersama orang lain dan memiliki rumahnya masing-masing. Rumah bukan dalam artian sesungguhnya berupa bangunan, tapi rumah yang jadi tempat pulang, tempat untuk bersandar, tempat untuk mengadu sedih, serta dapat berupa seorangpartner untuk menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa dibuat sendiri, dan hari ini Sienna sedang mewujudkan kebahagiaannya.

Pagi ini sejak pukul lima, Sienna telah berada di ruang rias untuk merias sendiri dirinya di hari pemberkatan pernikahannya. Sudah jauh-jauh hari dipikirkan, Sienna ingin menggunakan kemampuannya untuk mempercantik dirinya di hari spesialnya.

Fia dan Naya ada di sana juga, mereka datang untuk mendampingi Sienna, kalau saja Sienna nanti butuh bantuan. Ini sudah pukul 6, artinya sudah satu jam Sienna merias dirinya di depan kaca rias.

Fia yang menatap pantulan wajah cantik Sienna dari kaca, tampak terharu dan matanya berkaca-kaca. Sienna yang lekas mendapati hal tersebut, segera beranjak dari posisi duduknya.

“Fia,” ucapnya sebelum akhirnya merengkuh torso Fia ke dekapannya.

Sienna berusaha menahan air matanya, tapi Fia malah sudah menangis tersedu. “Mbak, gue nggak nyangka lo nikah hari ini. Selamat ya, gue ikut bahagia. Gue kira setelah lo nikah, lo udah nggak kerja lagi. Gue bersyukur banget lo masih akan kerja, tim kita bakal tetep pada terus.”

Awalnya Fia merasa kehilangan ketika tahu Sienna akan menikah. Fia pikir akan adaa perubahan dan Sienna tidak akan bekerja lagi. Tentu Fia merasa sedikit sedih. Terang saja, sejak usaha tata rias milik Sienna dirintis, Fia telah bergabung dan ikut bersamanya untuk membesarkan usaha miliknya. Fia telah setia bekerja pada Sienna, meskipun usaha tata riasnya sempat naik maupun mengalami penurunan.

“Iya, Fi. Gue cinta sama kerjaan gue, jadi nggak mungkin gue tinggalin,” ujar Sienna.

“Mbak, gue selalu doain biar lo bahagia terus,” ucap FIa.

Sienna lantas mengurai pelukannya. Sienna tersenyum terharu dan ketika air matanya meluncur, Fia segera mengambilkan tisu untuk menyekanya.

Sienna kemudian tertawa pelan. “Makeup-nya ngga luntur walaupun gue nangis, Fi. Tenang aja, ini racikan foundation-nya gue bikin anti badai,” ucap Sienna bergurau.

“Emang harus itu, Mbak. Nanti pasti di altar lebih banjir lagi.”

“Iya, ya? Oke, gue mau tambahin bedak taburnya deh. Gue tadi udah pakai primer makeup yang ngunci banget, semoga tahan deh ya.”

***

Sienna with his bride gown

Selagi menunggu arahan dari pihak Wedding Organizer untuk keluar dari ruangan dan menuju altar, Sienna kini masih berada di ruang rias. Sienna melakukan beberapa kali pemortretan ketika sudah siap dan tampak cantik dengan gaun pernikahannya. Beberapa orang dari WO dan tim fotografer membantunya, mengarahkan gaya dan memastikan semuanya berjalan lancar.

Di sana ada Renata dan Inggit juga, kedua orang tuanya menemaninya di sana. Sienna terlihat sedikit gugup, lantas Inggit menggenggam tangannya mencoba menenangkan.

“Sienna,” ucap Inggit.

“Iya, Mah?”

“Al juga gugup banget. Tadinya Gio mau ke sini ketemu kamu, tapi Al minta ditemenin sama anaknya. Jadi deh Gio temenin papanya, biar nggak gugup lagi katanya,” cerita Inggit.

Tiba-tiba suara ketukan di pintu ruangan menginterupsi mereka semua yang ada di sana. Setelah pintu dibukakan, seorang dari pihak WO memasuki ruangan.

“Yuk, udah bisa ke altar sekarang,” ujar perempuan di hadapan Sienna itu.

Sienna mengangguk, lalu ia beranjak dari duduknya. Seorang dari WO lainnya membantu memegangi veil dan gaunnya supaya tidak terinjak ketika ia berjalan.

Begitu Sienna keluar dari ruang rias, ia langsung mendapati sosok Fabio.

Papanya terlihat tersenyum sambil menatap ke arahnya. “Anak Papa cantik sekali,” ucap Fabio begitu langkahnya sampai di hadapan Sienna.

Sienna mendapati papanya tersenyum lembut, membuat senyumnya secara otomatis ikut terulas.

Kemudian sesuai arahan yang diberikan oleh pihak WO, Sienna akan berjalan ke altar didampingi oleh Fabio. Sienna meletakkan satu lengannya di lengan Fabio. Sienna nampak gugup, maka Fabio mengusap lembut punggung tangan putrinya. Fabio mengulaskan senyum menenangkan, berharap kegugupan Sienna dapat berangsur sirna.

Setelah dirasa mulai tenang, Sienna akhirnya bersedia untuk mulai melangkah. Fabio ikut melangkahkan kakinya, berjalan bersisian di samping putrinya.

Langkah demi langkah akhirnya menghantarkan Sienna untuk menuju altar.

Begitu memasuki altar, netra Sienna langsung mendapati sosok Alvaro di ujung sana. Sienna menatap lurus ke arah Alvaro yang hari ini tampak gagah dan tampan dengan setelan tuxedo hitamnya.

Di sepanjang jalan bertabur bunga mawar putih, Sienna melangkah dengan keyakinan di sana sambil matanya yang tidak lepas menatap Alvaro di depan sana.

Di kanan dan kirinya, para tamu yang hadir menatap ke arahnya dengan tatapan bahagia. Sienna mencari keberadaan Gio, rupanya anak itu berada di barisan kursi kedua dari depan, bersama dengan Valiant dan Christo. Begitu pandangan Sienna bertemu dengan Gio, anak itu tersenyum ke arahnya sambil memanggilnya tanpa suara, tapi Sienna tahu apa yang tengah disebutkan Gio. “Bunda, Bunda cantik.” Kira-kira begitu yang Sienna tangkap.

Tersisa beberapa langkah lagi untuk Sienna sampai di depan altar. Tidak sampai 5 detik kemudian, Sienna akhirnya sampai. Jaraknya dengan Alvaro kini hanya tersisa beberapa centi. Sebelum Fabio melepas genggamannya pada lengan Sienna, papanya itu mengatakan sesuatu pada Alvaro. “Al, Papa percayakan putri Papa sama kamu, ya.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Fabio akhirnya meraih tangan Sienna untuk kemudian diserahkan kepada Alvaro. Alvaro meraih tangan Sienna, menyelipkan jemari-jemari mungil itu pada jemarinya yang berukuran lebih besar.

Fabio akrhinya undur diri dari sana, ia menuju salah satu kursi yang ada di barisan paling depan. Di sampingnya, Renata telah menunggunya. Renata lantas memperhatikan suaminya yang tengah menyeka bagian pelupuk matanya dengan tangannya. Fabio tengah menangis, dan itu adalah sebuah tangis kebahagiaan.

Kini tiba saatnya di depan altar, Alvaro dan Sienna menghadap pada seorang pendeta yang akan membawa mereka mengucapkan janji suci pernikahan.

Alvaro diminta mengucapkan janji suci lebih dulu, baru setelah itu Sienna yang akan melakukannya. Sambil menatap Sienna dalam-dalam, Alvaro lantas berujar, “Sienna, saya memilih kamu sebagai istri saya. Saya berjanji setia kepada kamu, dalam sehat maupun sakit, dalam bahagia maupun sedih. Saya mencintai kamu dan akan menghormati kamu seumur hidup. Saya ingin bersama kamu sampai maut yang memisahkan kita.”

Tiba giliran Sienna mengucapkan janjinya, belum sempat Sienna berujar, terlihat Alvaro meneteskan air matanya.

Sienna menghela napasnya sekali, sebelum akhirnya mengucapkannya. “Alvaro, saya memilih kamu untuk menjadi suami saya. Saya berjanji setia kepada kamu dalam senang maupun duka, dalam seha maupun sakit. Saya mencintai kamu dan akan menghormati kamu seumur hidup.” Setelah mengucapkan rentetan kalimat itu, air mata Sienna seketika meluncur ke pipinya.

Akhirnya dinyatakan bahwa mereka telah resmi menjadi sepasang suami istri dan pasangan hidup yang saling mengasihi. Alvaro dan Sienna memanjatkan doa bersama dipimpin oleh pendeta dan dilanjut dengan pemberian cincin di jari manis pasangan masing-masing. Selesai sesi tersebut, para hadirin tampak sudah menunggu sesi selanjutnya yang menjadi bagian paling menarik dari sebuah pernikahan.

Sienna mendapati Alvaro tersenyum malu-malu, bahkan tampak rona kemerahan di kedua pipi lelaki itu yang kontras dengan kulit putihnya.

“Oke,” ucap Alvaro pelan setelah menghela napasnya. Kemudian pria itu maju selangkah untuk lebih dekat pada Sienna. Seruan dari hadirin mulai terdengar cukup heboh, sebagian orang sudah menyalakan kamera ponsel mereka untuk mengabadikan momen tersebut.

Alvaro menatap Sienna dengan tatapan penuh cinta, lalu kedua tangannya dengan lembut menangkup kedua sisi wajah Sienna.

Dengan pelan tapi pasti, Alvaro mencondongkan dirinya mendekat pada Sienna. Kemudian secara halus, Alvaro mulai menempelkan belah bibirnya pada bibir ranum Sienna. Alvaro otomatis memejamkan matanya, begitu juga yang dilakukan oleh Sienna.

Alvaro mencium Sienna dengan mesra. Dari yang awalnya hanya menempel, perlahan Alvaro memperdalam ciumannya pada bibir kekasih hatinya itu. Alvaro mengulum bibir Sienna dengan amat lembut. Bibir itu terasa manis, aromanya persis seperti permen.

Satu tangan Sienna yang bebas lantas memeluk pinggang Alvaro, lalu sedikit memberi kode dengan sebuah usapan. Sienna meminta Alvaro menyudahinya melalui kode yang ia berikan, menyadarkan pria itu bahwa mereka masih berada di depan banyak orang, bukannya hanya berdua saja di kamar.

Akhirnya Alvaro mengurai ciuman mereka. Alvaro mendapati Sienna menahan senyumannya, itu adalah jenis senyuman menggemaskan yang jadi favorit Alvaro.

“Kamu kalau nggak diingetin, nggak berhenti,” cicit Sienna begitu dirinya dan Alvaro berjalan bersisian meninggalkan altar.

Alvaro menoleh pada Sienna sekilas dan ia terkikik. “Tadi baru sebentar, Sayang.”

“Yaa tapi kan masih di depan banyak orang, Al.”

***

Usai acara pemberkatan yang penuh haru, Alvaro dan Sienna kini tengah berada di ruangan pengantin milik mereka. Sebuah ruangan tipe presiden suit room, di sana Alvaro hampir saja mengunci pintunya, tapi Sienna mengingatkannya untuk tidak mengunci pintu.

“Al, jangan dikunci dulu pintunya. Kan kita mau foto bareng sama keluarga inti di sini. Gimana sih kamu,” ujar Sienna.

“Oh iya, aku lupa.” Alvaro lantas terkekeh. Wajahnya dibuat sok ngambek, karena ia ingin berduaan dengan Sienna saja, tapi apa boleh buat, nyatanya belum datang saat-saat tersebut.

Setelah menutup pintu tanpa menguncinya, Alvaro berjalan menuju Sienna. Langkah lebar Alvaro akhirnya berhasil membuat jarak mereka tersisa sangat minim. Alvaro kemudian melingkarkan kedua lengannya di pinggang ramping Sienna. Diamatinya wajah menawan perempuannya, lalu satu tangannya bergerak akan mengelus paras cantik itu, tapi tergantung di udara begitu saja.

“Nggak papa,” ucap Sienna yang lantas meraih tangan Alvaro, menyuruh lelaki itu untuk melanjutkan aksinya.

“Makeup aku transferproof, nggak akan luntur,” tambah Sienna. Entah mengapa suara Sienna terdengar begitu sensual dan menggoda Alvaro. Sesuatu dari dalam diri Alvaro terasa bergejolak, tapi Alvaro mencoba untuk mengontrolnya.

Akhirnya Alvaro melanjutkan aksinya, ia mengarahkan tangannya untuk mengusap halus satu sisi wajah Sienna. Sienna tanpa sadar memejamkan matanya kala menikmati sentuhan lembut yang Alvaro berikan. Sienna merasakan gelenyar aneh dari dalam dirinya, tapi ia coba mengendalikannya.

Begitu Sienna kembali membuka kedua matanya, Alvaro berujar, “Sayang, kamu cantik banget hari ini,” ucap Alvaro dengan suara pelannya. Alvaro terheran dengan dirinya sendiri, entah mengapa suaranya berubah jadi sedikit serak dan rasanya hampir menghilang.

You look so gorgeous too,” balas Sienna sambil mengamati wajah tampan suaminya dengan seulas senyum bahagia.

Berkat ruangan yang sunyi itu, keduanya sama-sama bisa mendengar detak jantung masing-masing. Debaran itu terdengar cukup kuat dari debar normal biasanya.

Sienna lantas perlahan mengangkat tangannya, lalu ibu jarinya berhenti dan mendarat di atas belah bibir Alvaro. Sienna memperhatikan bibir itu, “Aku kira ada bekas lipstik di bibir kamu, tapi ternyata bersih. Berarti lipstiknya beneran transferproof,” ujar Sienna.

Alvaro lantas menyemburkan tawanya. “Mungkin sih. Tapi tadi baru sebentar dan belum apa-apa, Sayang. Kayaknya harus kita coba lagi deh buat buktiin lipstik kamu beneran transferproof atau engga.”

Pandangan Alvaro pun hanya tertuju pada bibir ranum Sienna yang berbalut lipstik merah itu. Sienna masih diam di tempatnya, membiarkan Alvaro hampir saja menciumnya lagi seperti tadi di altar. Namun belum sempat Sienna merasakan bibir itu, terdengar sebuah ketukan di pintu.

“Arghh,” Alvaro menggeram pelan dan lelaki itu tampak kesal. Alvaro akhirnya tidak mau akhirnya menjauh dari Sienna untuk membukakan pintu.

Di tempatnya Sienna terkikik pelan lalu ia mengulaskan senyumnya. Lucu sekali rasanya melihat Alvaro kesal seperti itu. Seolah tidak ada waktu saja untuk melakukannya, padahal kan mereka memiliki banyak waktu untuk itu.

***

Setelah sekitar 20 menit melakukan sesi foto dengan para keluarga inti, akhirnya acara tersebut selesai juga. Mereka mendapatkan beberapa hasil jepretan sebagai sebuah keluarga baru dan akan dicetak sebagai sebuah memori.

Kemudian mereka bergantian berpelukan, sebagai tanda bahwa keluarga baru telah terbentuk. Inggit memeluk Sienna sambil membisikkan bahwa sekarang Sienna juga adalah putrinya, Sienna adalah anaknya di dalam keluarga mereka. Fabio juga memeluk Alvaro, hampir menangis lagi seperti di altar tadi, tapi pria itu berhasil menahannya.

Pernikahan Alvaro dan Sienna telah menyatukan dua keluarga, membuat cinta menjadi lebih besar, dan memberi kebahagiaan yang akan lebih besar lagi untuk hari ini dan juga hari-hari berikutnya.

“Kita tunggu kalian di ruang makan ya,” ujar Inggit sebelum berlalu dari sana. Renata, Fabio, dan keluarga yang lain telah melenggang dari kamar itu lebih dulu.

“Gio, ayo Nak ikut sama Oma,” ajak Inggit kepada cucunya. Gio tanpa menunggu lama mengikuti Inggit, meskipun anak itu bingung kenapa ia harus pergi dari sana.

“Papa sama Bunda kan sudah menikah, harus punya waktu untuk berdua. Gio kan anak pinter, sayang kan sama Papa dan Bunda?” sayup-sayup masih terdengar suara Inggit yang memberi penjelasan pada Gio, hingga akhirnya suara tersebut menghilang dibalik pintu yang ditutup.

Ketika semua keluarga udah meninggalkan kamar, tersisa Alvaro dan Sienna di sana. Alvaro menunggu Sienna yang sedang berada di dalam kamar mandi.

Cukup lama Alvaro menunggu, ia mondar-mandir seperti setrikaan di ruang kamar. Karena rasa tidak sabarnya, Alvaro akhirnya menuju kamar mandi dan ia mengetuk pintunya.

“Sayang, masih lama nggak?” Alvaro beruajr dari luar.

“Iyaa sebentar … ” Sienna menyahut dengan sedikit menegraskan volume suaranya.

Selang 1 menit, Alvaro kembali memanggil Sienna.

“Sayang ... ayo cepetan,” Alvaro masih setia berdiri di depan pintu kamar mandi.

Cklek!

Ketika pintu akhirnya terbuka, Sienna langsung berujar, “Kenapa buru-buru? Kan acara makannya masih 10 menitan lagi, Al. Aku tadi lagi pipis lho.”

Sienna tidak mengerti, tapi akhirnya ia bergegas keluar dari kamar mandi karena Alvaro terus memanggilnya.

“Udah sepi nih, Sayang. Yuk kita lanjut lagi, yang tadi ketunda,” ujar Alvaro.

Sienna seketika membeliak. Ia tidak percaya, Alvaro rupanya hanya ingin menciumnya. Sienna pikir Alvaro menyuruhnya cepat-cepat keluar karena suatu hal yang urgent. Oh, astaga. Sienna benar-benar tidak habis pikir.

Setelah Sienna mengizinkannya, Alvaro langsung tampak kegirangan. Tanpa menunggu apapun, Alvaro akhirnya langsung mengulum bibir Sienna. Sienna kembali merasakan bagaimana lembap dan kenyal bibir Alvaro yang menyapa belah bibirnya. Bagaimana gerakan luwes Alvaro yang menciptakan irama indah untuk pagutan mereka, Sienna seperti dibawa terbang ke langit ke tujuh.

Rasanya ciuman Alvaro kali ini sedikit berbeda dari yang tadi di altar. Sienna terkesiap ketika ia harus mengimbangi lumatan Alvaro yang bergerak semakin intens. Sienna coba membalas pergerakan itu, ia menggerakkan bibirnya di atas bibir Alvaro, memberi dorongan yang cukup kuat guna membalas ciuman itu.

Ketika masih asyik bergelut dengan mengulum bibir satu sama lain dan mulai mengadu lidah, tiba-tiba terdengar lagi suara menyebalkan itu.

Tok! Tok!

Ketukan yang cukup kuat itu mau tidak mau akhirnya membuat keduanya sama-sama melepaskan diri dan menjauh.

“Orang WO kali, Sayang. Kayaknya ngingetin kalau harus turun sekarang deh,” ujar Sienna.

“Oke,” Alvaro berucap pelan, nadanya terdengar sedikit lesu.

Sienna lantas mengambil tangan Alvaro, lalu ia memberi usapan lembut di sana sembari berujar, “Nanti dilanjut lagi. Ayo turun dulu. Kamu butuh makan. Kata Mama, tadi pagi kamu belum sarapan apa-apa.”

“Oke, Sayang. Ayo, kita makan dulu,” putus Alvaro akhirnya.

Bride & Groom

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Vila

Alvaro memarkirkan range rovernya di depan sebuah vila bertingkat dua. Begitu Alvaro turun dari mobilnya, ia sejenak mengamati bangunan itu. Di dekat pagar, terdapat nomor yang sesuai dengan yang diberitahukan Zahra padanya. Jadi Alavro yakin bahwa tempatnya sudah benar.

Kemudian dengan langkah pasti, Alvaro berjalan ke dalam tempat itu. Begitu kakinya membawa Alvaro sampai di area ruang tamu di vila itu, di sana tampak sepi. Tidak ada satu pun orang.

Alvaro merasa heran, tapi juga penasaran. Lantas Alvaro mencoba menghubungi Sienna, tapi ia hanya mendapat balasan suara dari operator yang mengatakan bahawa nomor kekasihnya tidak aktif.

Alvaro menghela napasnya panjang, lalu dengan cepat kakinya melangkah menaiki tangga untuk sampai di lantai atas. Tidak mungkin Alvaro salah alamat, ia yakin ini benar vila yang dijadikan tempat Sienna reuni dengan teman-temannya.

Sebelumnya Alvaro telah bertemu dengan penjaga vila yang tinggal di pavilion terpisah, dan dikatakan bahwa benar terdapat beberapa orang yang menyewa tempat tersebut untuk sebuah acara.

Stair

Sebuah tangga memutar telah Alvaro lewati. Kini ia sampai di lantai atas bangunan tersebut dan bertemu dengan beberapa teman Sienna.

Di sana ada Grace dan Agniy, teman Sienna yang Alvaro kenal. Sienna menagtakan padanya akan pergi berlima, tapi mengapa hanya ada 2 orang di sini.

Alvaro tampak bingung, pasalnya semua teman Sienna hanya perempuan, tidak ada seorang pun laki-laki seperti yang ada di Instragram story milik Grace.

Belum sempat Alvaro bertanya tentang keebradaan Sienna kepada salah satu mereka, tiba-tiba terdengar instrumental lagu yang lumayan fameliar bagi Alvaro.

https://write.as Play this song while you read : Dear Future Husband

Kemudian beberapa detik setelah instrumen terdengar, Alvaro dengan cepat membalikkan tubuhnya kala mendengar nyanyian dari suara yang sangat fameliar baginya.

(Dear future husband Here's a few things you'll need to know if you wanna be My one and only all my life)

Alvaro segera membeliakkan matanya. Lelaki bertubuh jangkung itu jelas nampak terkejut ketika mendapati Sienna bernyanyi di hadapannya. Kemudian selangkah demi selangkah, masih sambil tetap bernyanyi, Sienna berjalan menuju Alvaro.

Alvaro memperhatikan Sienna yang tampak cantik dengan gaun bermotif floral sepanjang lutut. Pakaian yang dikenakan Sienna jelas berbeda dengan yang ada di Instagram story milik Grace, itu artinya Sienna telah merencanakan sesuatu.

Alvaro masih mematung di tempatnya sampai Sienna sepenuhnya berada di hadapannya. Jarak mereka kini hanya tersisa sejengkal. Satu tangan Sienna yang tidak memegang mic, meraih tangan Alvaro untuk kemudian digenggam.

Suara merdu Sienna memenuhi tempat itu, muncul sisa teman-temannya yang keluar dari persembunyian. Mereka menyaksikan Sienna bernyanyi, sembari menatap haru dan mengulaskan senyum ke arah Sienna dan Alvaro.

Sienna bernyanyi sambil mengajak Alvaro sedikit berdansa. Alvaro mencoba mengikuti gerakan tubuh Sienna, meski rasanya kikuk dan kedua pipnya terasa menghangat.

(Dear future husband Here's a few things you'll need to know if you wanna be My one and only all my life Dear future husband, If you wanna get, that special lovin Tell me I'm beautiful, each and every night)

Saat bagian reff, Sienna menyanyikannya sambil menatap ke dalam mata Alvaro, satu tangannya diletakkan di pundak Alvaro. Alvaro hanyut melalui tatapan penuh cinta yang Sienna tujukan untuknya.

(After every fight, Just apologize, And maybe then I'll let you try and rock my body right Even if I was wrong You know I'm never wrong Why disagree? Why, why disagree?)

Sampai dibagian berikutnya, lirik yang artinya terasa jenaka tersebut ketika dinyanyikan, membuat Sienna sempat tertawa ketika menyanyikannya. Jadi Sienna semapt kehilangan fokus bernyanyinya dan Alvaro maupun teman-temannya yang menyaksikan itu ikut tertawa.

Selama Sienna melanjutkan nyanyiannya, Alvaro dibuat kehilangan kata-kata. Pertama kali Alvaro mendengar Sienna bernyanyi dan itu untuknya, ditambah lagi arti lirik lagunya pun terksan romantis dan cheerful.

Ketika sampai di bagian terakhir, Sienna melingkarkan lengannya di pinggang Alvaro, lalu detik berikutnya ia merengkuh torso lelaki itu. Sienna masih bernyanyi, ia meletakkan dagunya di bahu Alvaro, memeluk kekasihnya dengan mesra.

(Dear future husband, Here's a few things you'll need to know if you wanna be My one and only all my life Dear future husband, If you wanna get that special loving Tell me I'm beautiful, each and every night Future husband, better love me right)

Akhirnya Sienna mengakhiri lagunya, lalu secara perlahan perempuan itu mengurai pelukannya di torso Alvaro. Sienna langsung mempertemukan netranya dengan Alvaro dan ia berujar, “Sebenarnya aku malu, tapi ini demi kamu.” Sienna menjeda ucapannya, lalu ia mengalihakn tatapannya pada teman-temannya.

“Makasih ya guys udah bantuin sampai rencananya berhasil,” ucap Sienna kepada teman-temannya. Sienna lantas terkikik pelan ketika teringat teman-temannya telah ia tumbalkan namanya untuk sebisa mungkin merencanakan idenya malam ini.

“Nama gue jadi tumbal, Reno juga, terus suaminya Nia yang pilot juga jadi tumbal. Tapi ya nggak papa deh. Al, sorry ya udah bohongin lo,” ujar Grace.

Alvaro lantas beralih menatap ke arah Grace dan ia mengangguk sekali. “Kalian sukses buat rencana ini,” ujarnya kemudian.

“Iya, dong. Soalnya ada yang cepet banget kebakaran jenggot, jadi rencananya sukses deh,” timpal Sienna. Alvaro segera mendelik pada Sienna. Sienna mengerecutkan bibirnya sedikit, merasa bersalah juga dan tidak sampai hati karena telah membuat Alvaro khawatir dan kesal.

“Kamu kesel ya?” tanya Sienna.

Alvaro mengangguk menjawab pertanyaan itu.

“Maaf, ya. Dimaafin nggak?”

Alvaro mengangguk lagi. “Dimaafin,” ucapnya.

Sienna lantas tersenyum cukup lebar, lalu ia bergerak lagi untuk memeluk Alvaro. Alvaro berbisik pelean di dekat Sienna.

“Pinter banget kamu bikin rencananya. Mbak Zahra sampe jadi komplotan kamu juga, kan?” ujar Alvaro.

“Iya,” Sienna terkikik lagi. Hampir setiap orang di sekitarnya ikut andil membantunya untuk membohongi Alvaro.

“Kamu cemburuan banget lagian. Aku sama Reno kan udah mantan, udah nggak ada apa-apa lagi.”

“Tetep aja. Bukan cuma soal Reno, tapi kamu mau nginep dan ngga ngabarin aku. Aku khawatir.”

Alvaro kemudian mengurai pelukan mereka, lalu ia menatap Sienna dan detik berikutnya jari telunjuknya mendarat di ujung hidung Sienna. “Jangan bohongin aku lagi, ya?” ucapnya dengan nada yang terdengar lembut.

“Iya,” ujar Sienna diiringi anggukannya.

“Sayang, makasih ya buat surprisenya,” ujar Alvaro Lantas aksi tersebut membua teman-teman Sienna yang melihatnya ikut merasa gemas. Dunia serasa milik Alvaro dan Sienna, yang lainnya hanya pemeran sampingan.

Alvaro kemudian melanjutkan ucapannya, “Lagunya, suara kamu, suasananya, semuanya sempurna.” Alvaro lalu mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Sienna dengan gerakan searah. Alvaro mengulaskan senyumnya, “Surprise dari kamu, jadi salah satu hadiah terbaik yang pernah aku terima.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Saat Alvaro dan Sienna memutuskan untuk menikah dan mulai mempersiapkan pernikahan, sebagian barang-barang milik Sienna telah dicicil untuk dipindahkan ke rumah Alvaro. Itu berlangsung secara bertahap, tidak langsung semuanya ; karena jelas Sienna masih membutuhkan barang-barang untuk menunjunjang hidupnya. Hari ini Sienna akan kembali menyicil memindahkan barang-barangnya. Kegiatan tersebut tentunya dibantu oleh jasa pemindahan barang. 1 buah truk pengangkut barang, siang ini terlihat terparkir di halaman depan rumah Alvaro.

2 orang petugas dari jasa pemindah barang tersebut mulai mengangkut boks boks untuk dibawa ke dalam rumah. Selama proses tersebut, Alvaro dan Sienna mengawasi para pekerja. Lagi dan lagi, salaam ada waktu bagi keduanya untuk ikut andil dalam hal-hal yang menyangkut hidup mereka, keduanya akan menyisihkan waktu. Hal kecil dan rasanya sepele, tapi nyatanya berarti bagi sebagian orang.

Setelah hampir 1 jam semua barang dimasukkan ke dalam kamar dan sebagian ada juga yang diletakkan di satu ruangan kosong, akhirnya pekerjaan tersebut selesai. Para pekerja pamit dari sana dan kini tersisa Alvaro dan Sienna saja. Keduanya lantas menoleh bersamaan dan pandangan mereka bertemu.

“Kita harus beli lemari baju yang lebih gede nggak ya, Sayang?” Alvaro bertanya. Ia lantas berjalan menuju sudut ruangan, di mana lemari dengan dua pintu terletak di kamar ini. Sebagian pakaian casual memang di letakkan di lemari tersebut, sedangkan sisanya ada di lemari di ruangan walk in closet.

“Baju aku nggak terlalu banyak, Al. Jadi kayaknya nggak perlu nambah lemari. Ohh iya, baju kamu yaa yang banyak?”

Alvaro lantas menampakkan cengrian kecil, pertanda bahwa yang dikatakan Sienna adalah benar.

“Baju aku yang di rumah udah tinggal dikit, aku sisain aja buat yang aku pake sehari-hari. Kayaknya muat kok.”

“Oke kalau gitu,” ujar Alvaro akhirnya.

“Sayang, kamu butuh apa lagi? Ruangan buat kerja atau apa gitu?” Alvaro bertanya.

“Hmm …. aku butuh apa ya…” Sienna tampak belum kepikiran. Masih sambil memikirkannya, Sienna lantas lebih dulu mempertanyakan sesuatu pada Alvaro. “Al, setelah kita nikah, kamu izinin aku untuk tetep kerja kayak sebelum nikah? Maksud aku, walaupun pekerjaan aku waktunya nggak full time kayak orang kantoran, tapi itu cukup nguras waktu. Kita perlu bicarain ini biar nantinya ada kesepakatan, jadi kita berdua sama-sama enak.”

Alvaro mengangguk menyetujui ide tersebut. Hampir tidak kepikiran olehnya bahwa hal itu cukup penting untuk dibicarakan kedua orang yang akan menikah.

“Sky, aku mau selalu dukung karir kamu. Aku tau perjuangan kamu buat jadi makeup artist, dan … aku selalu bangga sama apa yang kamu kerjakan dan kamu cintai.” Alvaro menjeda ucapannya selama beberapa detik.

Alvaro masih menatap Sienna lekat, lalua ia berujar algi, “Sky, aku tau kamu cinta banget sama kerjaan kamu. Jadi, aku nggak mungkin bikin kamu berhenti kerja,” Alvaro mengakhiri ucapannya dengan sebuah senyuman lembut.

Sienna balas tersenyum, satu tangannya lantas meraih tangan Alvaro, “Okey, makasih ya. Hmm … sepenting apa pun kerjaan aku, prioritas utamaku nantinya tetap keluarga kita.”

“Jadi karena kamu izinin aku buat tetep kerja, kayaknya aku butuh satu ruangan deh untuk mini studio makeup aku.”

“Oke. Kamu mau ruangan yang mana di rumah ini? Kamu bisa pilih,” ujar Alvaro.

***

Alvaro kembali memasuki salah satu ruangan di rumahnya yang telah lama tidak ia datangi. Ruangan yang bisa dibilang cukup luas ini, dulu merupakan kamarnya.

Dari beberapa ruangan yang ada di rumahnya, Sienna tertarik pada kamar ini. Alasannya karena ruangan tersebut cukup luas dan tampak cukup bagus. Terdapat sisa-sisa wallpaper dan interior lainnya juga masih tertata dengan rapi.

Sienna menoleh pada Alvaro, lalu ia bertanya, “Kamu ada rencana mau pake ruangan ini untuk apa?”

“Tadinya mau aku jadiin gudang atau opsi lainnya, yaa … dibiarin kosong aja,” terang Alvaro.

“Terus kenapa belum dijadiin gudang?”

“Belum sempet. Tapi kalau kamu mau pake, ya nggak papa,” jelas Alvaro.

“Oke.”

Mereka masih melihat-lihat ruangan ini. Ketika semakin jauh berjalan ke dalam, mereka melewati sekat yang membatasi antara ruang kamar dengan ruang walk in closet.

“Kamu perlu ganti interior sama wallpaper temboknya nggak?” tanya Alvaro.

“Hmm …” Sienna bergumam, ia lantas menyentuhkan jemarinya pada wallpaper di dinding yang masih nampak apik itu. “Mungkin nanti sedikit ada yang mau aku ubah. Aku pikirin dulu konsepnya mau kayak gimana,” ujar Sienna. Alvaro menganggukinya, ia mengizinkan Sienna untuk melakukan ide tersebut.

Ketika Sienna menoleh dan pandangannya bertemu lagi dengan Alvaro, Sienna seketika dapat membaca apa yang tengah lelaki itu pikirkan.

“Al,” ujar Sienna.

“Iya?”

Pendar kedua mata Alvaro tidak bisa berbohong. Sienna tahu bahwa Alvaro tengah mengkhawatirkan sesuatu. Sienna lantas menatap Alvaro, ia mengunci pandangan pria itu. “Aku nggak masalah sama sejarah yang ada di ruangan ini. Aku udah sepenuhnya menerima dan berdamai dengan apa pun masa lalu kamu, termasuk kamar ini. Jadi kamu nggak perlu terlalu mikirin itu, yaa?”

Alvaro dengan cepat mengangguk pelan. “Iya, Sayang,” ujarnya.

“Kamu kok bisa baca pikiran aku? Ketauan banget ya emangnya?” celetuk Alvaro sambil sedikit tertawa.

Sienna lantas ikut tertawa. “Lumayan keliatan. Kamu tuh ekspresif banget, Al.”

Alvaro kemudian sedikit mencebikkan bibirnya. “Okey, Sayang. Aku nggak akan terlalu mikirin itu. Sekarang yang paling penting cuma pernikahan kita, keluarga kita, calon anak-anak kita nanti, dan terakhir, pekerjaan kita.”

Sienna yang mendengar penuturan itu lantas menorehkan senyum bangga dan ia mengacungkan satu ibu jarinya tanda setuju.

“Oh iya, Sayang. Besok ada event buat promosi film aku yang baru, Sabtu kan tuh besok. Gio libur sekolah juga, kamu ada kerjaan nggak? Rencananya aku mau ajak kamu sama Gio ke sana, acaranya siang jam dua belas.”

“Hmm … kebetulan sih nggak ada scedule. Paling pagi doang aku harus ke studio dulu sebentar buat cek sesuatu. Yaudah, aku sama Gio ikut ke event-nya. Kita ikut kamu kerja jadinya dong ya.”

“Iya, dong,” sahut Alvaro tampak senang dan bersemangat. Menurut Alvaro salah satu hal membahagiakan dalam hidupnya adalah saat ia bisa menunjukkan orang-orang yang ia cintai kepada dunia. Alvaro ingin memiliki kesempatan mengenalkan mereka kepada khalayak, yang mana ia berharap dari sana para penggemarnya juga bisa merasakan kebahagiaannya. Bukankah seharusnya seperti itu, peran seorang penggemar kepada idolanya? Rasanya tidak ada yang lebih baik dari pada ikut bahagia saat melihat orang yang kamu sukai merasa bahagia.

***

Di salah satu mal di bilangan Jakarta Selatan, sebuah event bertajuk ‘Cinema Visit’ diselenggarakan untuk sebuah film bergenre romance action. Film tersebut baru saaj tayang selama 2 minggu dan telah banyak mengundang perhatian publik. Dari pihak produser film memang telah merencanakan sebuah promosi film dengan membawa para pemain untuk bertemu langsung dengan para penggemar, supaya ada experience baru yang dapat dirasakan.

Red carpet

4 aktor pemeran utama yang memerankan film ‘Emergency Married’ terlihat tengah memasuki venue dengan melewati area red carpet. Terdapat dua aktor laki-laki yakni Alvaro Zachary dan Devano Prima, serta dua aktris yakni Olivia Simamora dan Cindy Iskandar. Banyak kamera langsung menyorot ke arah mereka, mengambil beberapa gambar dari sang aktor dan aktris. Setelah dari red carpet, mereka akan menuju ke dalam venue untuk memulai acara inti.

Di sebuah panggung cukup besar yang di hadapannya sudah terdapat banyak orang yang menunggu, akhirnya acara di mulai. Seorang MC perempuan menyapa para pengunjung di sana dengan sebuah sapaan hangat, “Buat teman-teman semua, terimakasih karena telah menyempatkan hadir pada event Cinema Visit film Emergency Married. Luar biasa sekali antusiasme dari kalian. Berkat itu, dalam waktu dua minggu, film Emergency Married berhasil mengajak 500.000 orang untuk ikut memecahkan misteri dari sebuah perusahaan ternama.”

Usai kata sambutan tersebut, acara inti akhirnya dimulai. Para cast film Emergency Married diminta secara singkat menjelaskan karakter mereka di film tersebut.

Sebagai pemeran utama wanita, Olivia angkat bicara lebih dulu di antara rekan kerjanya yang lain. “Halo, gue Oliv. Di film Emergency Married, gue berperan sebagai Tiara. Karakter Tiara ini sendiri, dia adalah perempuan yang pemberani, tangguh, agak sedikit keras kepala, tapi sebenarnya punya hati yang lembut. Nah, Tiara ini punya rahasia dari latar belakang latar belakang yang membentuk dia menjadi pribadi yang sekarang, yang akhirnya menghantarkan dia buat ketemu sama Aryo. Dari sana awal misi mereka di mulai. Tiara dan Aryo ini menemukan kecocokan dalam diri mereka satu sama lain, yang meski awalnya pertemuan mereka terjadi karena suatu insiden, ke depannya justru hubungan mereka jadi partner in crime.”

Setelah Olivia menjelaskan tenang karaker yang diperankannya, kini dilanjut oleh Alvaro yang berperan sebagai co-star Olivia di film tersebut.

“Halo, gue Alvaro. Di film Emergency Married ini, gue berperan sebagai Aryo Bimo, suaminya Tiara. Untuk karakter Aryo sendiri ini dia adalah lelaki yang memiliki trust issue, tidak percaya pada sebuah komitmen, dan itu terbentuk karena latar belakangnya. Aryo ini CEO perusahaan Harapan Jaya yang pada akhirnya dia dihadapkan pada suatu kondisi yang .. hmm apa ya … cukup sulit sih. Aryo di film ini dihadapkan sama dua pilihan, antara perusahaannya atau istrinya,” ujar Alvaro menjelaskan karakternya di film tersebut.

Setelah Alvaro menjelaskan, dilanjut dengan Devano dan Cindy yang memerankan karakter utama lainnya disamping Alvaro dan Olivia. Sesi berikutnya berlangsung selama kurang lebih 1 jam ditambah dengan sesi foto bersama para penggemar dengan para cast film.

Acara jumpa penggemar tersebut berlangsung dengan meriah dan sukses, para hadirin nampak begitu puas karena bisa bertemu langsung dengan idola mereka. Saat para cast masih berada di stage, ada satu pertanyaan yang diajukan oleh seseorang.

“Ada satu pertanyaan terkhusus buat Alvaro nih. Gimana Al, mau dijawab nggak?” tanya sang MC.

Alvaro masih memegang microphone di tangannya, lalu ia menjawab, “Boleh, deh. Satu pertanyaan terakhir ya.”

Kemudian dari salah satu deretan hadirin, seorang perempuan mengajukan pertanyaannya setelah pihak panitia memberikan sebuah microphone. “Al, boleh tau nggak sih tadi dateng sama siapa ke sini? Soalnya gue liat pas Al masuk ke gedung, nggak cuma sama manager-nya. Terimakasih, semoga berkenan untuk dijawab.”

Setelah pertanyaan diajukan, tiba Alvaro untuk menjawabnya. Alvaro sedikit tertawa mendapati pertanyaan tersebut. Pertanyaan itu tidak diduga akan ditanyakan padanya, tapi Alvaro akan tetap menjawabnya. “Hari ini gue dateng sama anak gue dan calon istri gue, kebetulan mereka ada di backstage,” ucap Alvaro.

Tiba-tiba entah ada rencana dari mana, dan Alvaro tidak menduga itu akan terjadi, terlihat sosok anaknya di sisi kanan panggung. Tentunya Gio bersama dengan Sienna di sana, keduanya terlihat mengintip dari sebuah tirai yang menghubungkan stage dengan area belakang panggung.

Alvaro lantas melangkah ke sana untuk bertemu mereka. Terdengar pelan panggilan ‘Papa’ yang dilontarkan oleh Gio. Meskipun suara anak itu terdengar kecil, tapi para hadirin masih bisa menangkapnya. Para hadirin seketika tampak antusias akan penampilan sosok anak dari sosok aktor yang mereka gemari itu.

Suasana yang tiba-tiba menjadi ramai lantas membuat Gio beralih pada Sienna, anak itu mengumpat di balik tubuhnya. Gio meminta pergi dari sana, tampak tidak siap dengan karamaian yang dihadapinya.

Padahal para hadirin masih ingin melihat momen tersebut, tapi tampaknya Gio tidak nyaman dengan keramaian dan bocah itu tidak mengerti mengapa semua orang nampak mengenalinya. “Oke, Gio sama Bunda dulu ya,” ucap Alvaro dan setelah itu ia meninggalkan kedua orang kesayangannya itu untuk kembali ke stage.

Alvaro pun kembali ke tengah stage dan ia melihat Gio juga Sienna sudah berlalu dari sana.

“Barusan itu ada kejadian nggak terduga,” ucap Alvaro diiringi tawa pelannya dan senyum bahagia yang nampak tertahan.

“Oke deh, kalau gitu. Karena pertanyaan terakhir udah dijawab sama Alvaro, acara ini kita akhiri sampai di sini ya teman-teman. Makasih banget udah dateng untuk ketemu para cast film kita. Jangan lupa nonton Emergency Married di bioskop, ya. Buat yang udah nonton, bisa nonton lagi dan yang belum, wajib nonton nih karena plot twist banget filmnya, dan ada rahasia besar di dalamnya.”

Sebelum acara tersebut benar-benar berakhir, para cast menyampaikan ucapan terima kasih untuk acara yang terlaksana dengan sukses hari ini dan juga antusiasme masyarakat terhadap film mereka yang akhirnya mengundang film mereka untuk semakin dikenal.

Begitu turun dari stage, satu persatu cast berjabat tangan dan berfoto dengan produser dan sutradara film. Mereka kumpul-kumpul beberapa saat sebelum akhirnya sastu persatu memisahkan diri. Alvaro masih bersama dengan salah satu lawan mainnya, ketika akhirnya Devano pamit memisahkan diri darinya.

“Gue duluan, Bro,” ucap Devano begitu mendapati sosok perempuan dan anak kecil yang tengah menunggu Alvaro di backstage.

Sepeninggalan Devano dari sana, Alvaro lekas membawa dirinya untuk menemui Sienna dan Gio.

“Hei, tadi siapa hayoo yang mau ikut Papa kerja? Tapi kok malu-malu pas diajak ke panggung?” celetuk Alvaro.

“Aku, Papa. Gitu dong,” ujar Sienna.

Alvaro dan Sienna lantas menatap Gio bersamaan. Anak mereka tampak masih malu, lekas bocah itu meraih satu tangan Sienna dan menggeggamnya, lalu menyembunyikan dirinya di balik tubuh Sienna.

“Tadi Gio minta ke panggung buat ketemu kamu, aku udah izin sama orang panitia dan ternyata dibolehin. Tapi pas mau naik, malah malu-malu anaknya,” terang Sienna.

“Ohh gitu ceritanya,” ucap Alvaro. Kemudian Alvaro meminta Gio keluar dari persembunyiannya dan kini menyuruh anaknya untuk menatapnya.

“Gio kenapa malu-malu tadi?” tanya Alvaro sembari sedikit membungkukkan tubuhnya agar tingginya sejajar dengan Gio.

“Soalnya orangnya banyak banget, Papa. Gio jadi malu. Mereka kenal sama Gio ya emangnya?”

“Kenal, dong. Mereka kan yang nonton filmnya Papa, pasti kenal sama Gio. Gio kan anaknya Papa,” terang Alvaro.

“Kenal sama Bunda juga?” Gio bertanya lagi, membuat Alvaro akhirnya mendongak menatap Sienna. Sienna tampak mengulaskan senyumnya.

“Kenal. Soalnya Bunda kan calon istrinya Papa. Pasti orang-orang juga kenal sama Bunda,” ujar Alvaro lagi, pandangannya tidak lepas menatap kepada Sienna.

“Bunda terkenal juga dong sekarang, bukan Papa doang. Bunda udah kayak artis aja ya,” celetukan ajaib Gio terdengar di antara Alvaro dan Sienna, membuat keduanya takjub akan Gio yang pemikirannya cukup kritis untu kanak seusianya.

Alvaro lantas menggandeng tangan anaknya, di sampingnya Sienna berada di sisinya dan mereka berjalan bersisian meninggalkan backstage untuk menuju lobi gedung. Sesekali Alvaro menatap Sienna, netranya tampak tidak bosan memandang wajah cantik itu.

Alvaromerasa bahagia sekali hari ini, akhirnya satu persatu dalam hidupnya berangsur membaik. Komentar buruk mulai sirna, berganti dengan tanggapan positif soal hubungan dirinya dan Sienna. Terlebih Alvaro dapat membawa dua cintanya hari ini dan publik juga menyoroti hal tersebut. Selain itu, beredar kabar baik lainnya tentang kedekatan Gio dengan calon ibu sambungnya. Publik pun menilai bahwa upanya, rasa cinta tidak selamanya tumbuh dan kuat dari hubungan darah. Sienna memang bukanlah ibu kandung Gio, tapi bisa mencintai Gio selayaknya ibu kandung.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Setelah dua bulan lalu melangsungkan acara lamaran resmi dan melakukan persiapan tetek bengek pernikahan, kini persiapan pernikahan sudah berjalan 60%. Hari ini Alvaro dan Sienna memiliki agenda mengunjungi venue yang nantinya akan digunakan untuk acara resepsi.

The Hotel

Alvaro dan Sienna telah sampai lebih dulu, sementara Inggit dan Renata masih dalam perjalanan menuju tempat tersebut. Di tengah kesibukan pekerjaan keduanya, Alvaro dan Sienna tetap ingin sebisa mungkin meluangakan waktu agr bisa terjun langsung mempersiapkan pernikahan mereka. Meskipun telah menyewa wedding organizer yang tentu saja mereka bisa tinggal duduk manis menanti hasil, tapi Alvaro dan Sienna ingin mengambil peran dan punya andil juga dalam mempersiapkan pernikahan mereka.

Alvaro dan Sienna sedang menelusuri area ballroom hotel bergaya modern dengan nuansa serba putih, yang mana menjadikan tempat ini tampak mewah. Mereka tengah melihat-lihat area gedung ditemani oleh 2 orang dari pihak hotel, agar sekaligus bisa mengajukan beberapa pertanyaan sebelum melakukan dealing.

“Sayang, gimana? Mau jadi yang ini aja hotelnya?” tanya Alvaro.

Sienna lantas menoleh kepada Alvaro, kedua matanya nampak berbinar. “Bagus sih ya gedungnya. Aku suka. Menurut kamu gimana?” ujarnya.

“Dari sejauh yang kita cari, ini yang terbaik sih ya. Menurut aku, dari segi interiornya dan kapasitas yang dijelasin tadi, sesuai sama yang kita mau. Aku setuju kalau kamu pilih yang ini,” ujar Alvaro.

Alvaro lantas beralih pada Filo, sang manager hotel untuk menanyakan beberapa hal. “Nanti untuk vendor acara bisa pakai dari kita atau hotel ini punya daftar vendor sendiri ya?”

“Untuk kami di sini vendornya ada dari kami Mas, tapi kalau ingin pakai vendor sendiri kami persilakan,” ujar Filo,

Tidak lama setelah itu, kedatangan Inggit dan Renata menginterupsi pembicaraan tersebut. Mereka akhirnya juga diajak melihat-lihat venue yang sudah menjadi pilihan ketiga dari dua venue yang sebelumnya sudah masuk ke daftar pilihan.

Venue

Mereka mengunjungi ruangan yang biasa digunakan untuk acara resepsi pernikahan. Di sana lengkap telah ada beberapa meja dan kursi-kursi yang memang dijadikan mock up contoh agar calon penyewa bisa memiliki gambaran.

“Al, Sienna, bagus ya gedung pilihan kalian. Mama suka sama gedung yang ini,” ujar Inggit sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan.

“Gimana menurut Mbak?” Inggit bertanya pada Renata setelah mengomentari gedung yang dipilih Alvaro dan Sienna sebagai opsi ketiga ini.

Renata menoleh pada calon besannya itu. “Bagus sih ya Mbak gedungnya. Saya suka, tapi balik lagi biar Al dan Sienna aja yang memutuskan.”

“Oke, tetep keputusan di mereka yakalau gitu,” ujar Inggit akhirnya. Sementara para orang tua masih melihat-lihat, Alvaro dan Sienna ingin memastikan tanggal pernikahan mereka dengan available sewa gedungnya.

“Untuk tanggal 26 sama 27, dua hari rencananya. Gimana Mas Filo untuk tanggal segitu?” Alvaro bertanya pada Filo.

“Kita jadinya dua hari, Al?” Sienna sedikit menginterupsi pembicaraan tersebut.

“Iya, Sayang. Kan resepsinya dari sore sampe malem. Maksud aku, tanggal 27 nya kita sewa beberapa kamar untuk nginep, untuk kita sama keluarga inti.”

“Oh gitu. Yaudah berarti dua hari,” ucap Sienna akhirnya.

“Oke. Iya jadi gitu Mas Filo, untuk tanggal 27 nya rencana mau sewa presiden suite room-nya dan beberapa kamar.”

Setelah menunggu beberapa saat untuk pengecekan, akhirnya Alvaro dan Sienna mendapat jawabannya. Gedung ini available untuk dua tanggal yang mereka inginkan. Inggit dan Renata segera tahu kabar tersebut dan sudah sreg juga dengan gedungnya, jadi tidak ada pertimbangan lagi sebelum akhirnya melakukan dealing.

Agenda terakhir mereka mengunjungi presiden suite room yang nantinya akan dijadikan kamar pengantin untuk Alvaro dan Sienna. Ruangan tersebut terbilang cukup luas, terdapat sebuah kamar dengan spring bed berukuran king size, satu buah bathroom dengan jacuzzi dan area sauna, ruang tamu terpisah dengan meja panjang dan sebuah TV, serta ada walk in closet yang luas juga.

Sienna yang sedang melihat area kamar, tiba-tiba menoleh begitu sadar ada orang lain di sana. Sienna langsung menemukan Alvaro yang tengah melempar senyum ke arahnya. “Gimana Sayang? Bagus nggak kamarnya?” tanya Alvaro.

“Bagus … dan besar banget sih. Ini dua kali tim makeup aku juga muat di sini kayaknya, Al,” ucap Sienna.

“Ohiya? “ Alvaro terkekeh pelan. Lalu ia bertanya lagi. “Tapi kamu suka ngga?”

“Suka,” ujar Sienna sembari menampakkan senyumnya.

“Oke. We’ll take this one. Ohiya, habis ini kita jadi ya ke kantor IMD?” Alvaro menjeda ucapannya selama beberapa detik. Sebelumnya mereka telah mendiskusikan hal ini.

“Sayang, orang kantor belum ada yang tau selain manager aku. Jadi ...” Alvaro mendekat pada Sienna, lalu satu lengannya bergerak memeluk pinggang ramping perempuannya. Tubuh Sienna jadi otomatis mendekat pada Alvaro, dibawa menuju rengkuhan pria itu.

Alvaro menatap Sienna dari samping dengan tatapan yang selalu sama, tatapan memuja dan kagum. “Hari ini aku mau ngasih tau management soal pernikahan kita. Sekalian aku mau ngenalin calon istriku.”

Sienna tersenyum mendengarnya. ‘Calon istri’ yang rasanya terdengar masih cukup asing baginya, tapi mampu menggelitik perutnya. Rasanya seperti ada kupu-kupu berterbangan di dalam sana.

“Oke, aku ikut kamu ke kantor,” putus Sienna.

***

Ini pertama kalinya Alvaro mengajak Siena ke kantor milik IMD Pictures. Ada beberapa pertimbangan yang membuat Alvaro menunda memberi tahu pernikahannya kepada management yang menaungi dan telah membesarkan namanya.

Begitu sampai di sana, Alvaro langsung bertemu beberapa rekan kerjanya. Ada dari tim produksi, tim kreatif, dan divisi penata kostum di sana. Alvaro menyapa mereka yang sudah ia kenal dan layaknya seperti keluarganya sendiri.

“Hai Bro, mau ada urusan apa nih ke kantor?” celetuk seorang lelaki yang sebelumnya telah disapa oleh Alvaro.

“Ada urusan sama Pak Parvez sama Kak Nat sebentar, mau ada yang gue omongin,” ujar Alvaro.

Terang saja beberapa orang di sana nampak penasaran ketika Alvaro datang, pasalnya lelaki itu tidak datang sendiri. Seorang perempuan berada di sampingnya, Alvaro bahkan menggenggam tangannya.

“Mas Arkan, Mas Bima, dan teman-teman divisi lain, kenalin ini Sienna,” ujar Alvaro yang akhirnya menjawab pertanyaan di dalam benark orang-orang di sana.

Dari tatapan mereka, sepertinya mereka sudah tahu bahwa sosok yang ingin dikenalkan Alvaro itu adalah sosok yang spesial baginya. Alvaro lantas beralih pada Sienna, “Sayang, kenalin ini Mas Arkan, Mas Bima, Kak Devi, dan ini Fauzan.”

Semua mata di sana masih tertuju pada Sienna, sampai detik berikutnya Sienna menyapa mereka satu persatu. “Halo, salam kenal, Mbak. Aku Sienna,” ujar Sienna sebagai awal perkenalannya dengan para karyawan dari beberapa divisi yang bekerja di perusahaan itu.

“Halo. Salam kenal juga. Aku Devi,” ujar Devi yang pertama berjabatan tangan dengan Sienna. Kemudian disusul oleh sisanya yang ada di sana, sampai akhirnya acara perkenalan tersebut selesai.

Alvaro telah mengenalkan Sienna sebagai calon istrinya. Tentunya kabar tersebut mengejutkan, dan Alvaro sempat meminta maaf karena baru memberitahu kabar pernikahannya sekarang. Mereka pun akhirnya memaklumi hal tersebut. Bagaimana pun Alvaro membutuhkan ruang dan waktu, serta kefokusan untuk mengurus pernikahannya. Mereka yakin, Alvaro tidak akan lama menyimpan kabar bahagia itu sendiri, karena bagi pria itu, perusahaan ini sudah seperti rumah keduanya.

***

Setelah menyapa beberapa karyawan IMD Pictures, Alvaro mengajak Sienna ke sebuah ruangan. Ruangan yang saat ini Sienna jajaki terlihat sangat ekslusif dan mewah. Terang saja, ruangan tersebut adalah ruangan yang biasa digunakan para petinggi perusahaan dan artisnya untuk bertemu dan mendiskusikan beberapa hal.

“Tunggu sebentar ya, pak Parvez masih ada di ruang meeting lantai tiga,” ujar Natalie begitu memasuki ruangan. Natalie lantas menarik kursi di hadapan Alvaro dan Sienna. Natalie mengulaskan senyum ramahnya ke arah Sienna, lalu lebih dulu mengulurkan tangan untuk berkenalan.

“Halo, kenalin. Aku Natalie,” ujar Natalie begitu tangannya dan Sienna berjabatan.

“Halo, Kak Nat. Aku Sienna,” balas Sienna.

“Al udah cerita lumayan banyak tentang kamu. Akhirnya kita bisa ketemu ya. Kalau Al udah bawa seseorang ke sini, itu artinya kamu spesial buat dia,” celetuk Natalie dengan nada bergurau. Perempuan berusia 30 tahunan itu lantas tertawa kecil.

Alvaro belum mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya, tapi Natalie seolah sudah dapat membaca apa yang membawa Alvaro ke sini dan bahkan lelaki itu mengajak Sienna.

“Jadi lo ke sini mau ngapain?” blak-blakan Natalie bertanya. Namun belum sempat Alvaro menjawabnya, pintu ruangan itu terbuka. Di sana tampak sosok lelaki berusia 40 tahunan yang lantas Alvaro sapa lebih dulu. Baru setelah itu Alvaro mengenalkan Sienna pada sosok tersebut.

“Ohh iya Sienna, saya sudah dengar banyak tentang kamu dari Al,” ujar Parvez, lalu pria itu menarik kursi di samping Natalie dan duduk di sana.

“Jadi begini Pak Parvez, Kak Nat. Hari ini gue ke sini mau nyampein sesuatu yang penting, sangat penting.” Alvaro menjeda ucapannya, ia menoleh ke samping di mana Sienna berada.

“Gue dan Sienna akan menikah, dalam beberapa bulan lagi,” ujar Alvaro akhirnya. Natalie tampak tidak terkejut dengan pernyataan itu, begitupun Parvez. Sebenarnya mereka memang sudah menduga bahwa Alvaro akan menikahi kekasihnya, tapi mereka tidak mengira bahwa rencana tersebut akan direalisasikan dalam waktu dekat setelah perceraian Alvaro dan Marsha.

Rencana pernikahan yang sudah berjalan 60 persen, terang saja membuat Parvez dan Natalie sedikit bingung. Pasalnya mereka memikirkan tanggapan publik akan hal ini nantinya. Alvaro baru saja bercerai dan membuat pernyataan bahwa tidak ada orang ketiga yang jadi penyebab perceraian. Namun dengan pernikahan yang secepat ini, dikhawatirkan keadaannya semakin memburuk dan publik semakin yakin akan kebenaran rumor orang ketiga tersebut.

Alvaro jelas mengerti akan hal tersebut dan mengatakan pada Parvez dan Natalie kalau ia telah memikirkan ini dengan matang. Sebagai seorang publik figur, ia tidak bisa bertindak semaunya. Namun mau sampai kapan ia hidup di balik rumor yang sebenarnya juga tidak benar.

“Kak Nat, Pak Parvez, gue peduli sama karir gue. Tapi jauh di atas itu, keluarga gue tetep jadi prioritas utama untuk gue,” ucap Alvaro akhirnya.

Dari satu kalimat itu, Natalie dan Parvez mengerti makna dan maksud dari pembicaraan ini. Bahwa sejatinya Alvaro mengesampingkan perkataan buruk orang-orang tentang dirinya. Namun Alvaro tidak akan diam jika cacian itu tertuju pada Sienna dan juga, kebahagiaan keluarganya tetaplah menjadi yang utama. Alvaro ingin menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis untuk anaknya, untuk Gio. Alvaro ingin menikahi Sienna, membahagiakan perempuan yang ia cintai, dan memiliki kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

“Oke, kalau itu emang udah jadi keputusan lo, Al. Gimana pun, kita nggak bisa mengatur hidup lo terlau jauh. Kita juga mau lo bahagia dan berharap yang terbaik buat lo. So, go ahead. You deserves to be happy.” Natalie menatap Alvaro lalu beralih menatap Sienna seraya mengulaskan senyumnya. “Congrats for your wedding ya, Al, Sienna,” pungkas Natalie.

IMD pada akhirnya tidak bisa melarang keputusan itu, meski sebenarnya mereka khawatir. Kabar pernikahan Alvaro bisa jadi memperburuk masalah yang sebelumnya sudah ada, tapi bagaimana pun mereka tidak bisa mengatur terlalu jauh kehidupan artis mereka.

Alvaro memutuskan tetap memprioritaskan keluarganya di atas karirnya, jadi sewaktu-waktu pun lelaki itu bisa saja hengkang dari dunia entertainment. Atau kemungkinan lebih buruknya, Alvaro akan meninggalkan management ini dan beralih pada perusahaan lain yang bisa mengerti akan batasan-batasan prioritasnya.

Perusahaan pun tidak munafik, mereka tidak ingin kehilangan Alvaro, apalagi lelaki itu telah memiliki nama yang besar dan bakat akting yang mumpuni. Mereka memang sudah layaknya keluarga bagi Alvaro, yang telah membesarkan namanya. Namun tetap saja, di atas perusahaan ini, Alvaro memiliki prioritas utamanya dan itu adalah keluarganya.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Selama 25 tahun menjalani hidupnya, Sienna tidak pernah berpikir bahwa ia dapat mewujudkan keinginannya berkat kemampuannya membaca masa depan. Sienna tentu masih ingat, beberapa saat sebelum dirinya dan Alvaro bertemu, ia mendapatkan sebuah mimpi. Di mimpi itu, Sienna merasa bahwa dirinya begitu bahagia. Sienna sekarang yakin bahwa lelaki yang dilihatnya di mimpi tersebut adalah Alvaro. Sienna ingin mewujudkan hari bahagia itu sesuai apa yang ada di mimpinya.

Kehidupan itu diibaratkan seperti sebuah kepingan puzzle yang awalnya tidak beraturan. Untuk melengkapi satu gambar puzzle yang utuh, maka diperlukan usaha yang tidaklah mudah, ; dan elama melakukan usaha tersebut, pastinya ada jatuh dan bangun, ada tangis dan tawa, serta ada senyum dan air mata. Sienna telah bersedia melewati itu semua, selama ia melaluinya dengan orang yang ia cintai, Sienna yakin bahwa ia mampu.

Sienna memiliki kemampuan untuk mengubah takdir seseorang menjadi lebih baik. Kemampuan Sienna bisa menyelamatkan orang lain atau bahkan melindungi orang-orang yang ia sayangi dari sesuatu yang kurang baik.

Kini Sienna ingin menggunakan kemampuannya untuknya sendiri. Sienna ingin mewujudkan mimpi indahnya agar benar-benar menjadi kenyataan.

Hari ini sekitar pukul 5 sore, Alvaro mengajak Sienna ke suatu tempat. Tempat tersebut berada di luar kota, jadi butuh waktu selama kurang lebih 4 jam untuk sampai, sudah termasuk padatnya lalu lintas.

Mobil Alvaro telah berhenti di depan sebuah tempat dengan pagar putih yang cukup tinggi. Alvaro lantas mengatakan bahwa ia akan turun lebih dulu. Ada sesuatu yang perlu ia pastikan agar semuanya berjalan sesuai dengan rencana.

Sienna hanya mengangguk menuruti Alvaro. Lanats Sienna berpikir, apakah ini akan persis seperti di mimpinya? Di dalam mimpinya, hanya ada dirinya sebelum akhirnya ia bertemu dengan Alvaro.

Bagaimana pu nitu akan terjadi, Sienna tetap memutuskan untuk menunggu Alvaro kembali. Namun sampai hampir sepuluh menit berlalu, tidak juga ada tanda-tanda Alvaro kembali. Sienna malah mendapat pesan di ponselnya dan itu dari Alvaro.

‘You need to find me, Babe. Come over here.'

Sienna membeliak membaca pesan itu. Sienna tidak menyangka, sepertinya mimpinya memang akan 100 persen akurat terjadi di kehidupan nyata.

Sienna akhirnya memutuskan turun dari mobil setelah mematikan mesin mobil dan membawa kuncinya bersamanya.

Sienna kemudian menyapukan matanya ke area sekitar sebelum akhirnya melangkah ke tempat itu. Tidak tahu pasti tempat seperti apa yang kini ia datangi, tapi yang jelas, tempat ini nampak sangat indah. Alvaro benar-benar mempersiapkan ini untuknya, dan Sienna merasa terharu karena telah dispesialkan seperti ini.

Tempat yang kini Sienna jajaki merupakan sebuah taman yang cukup luas yang dipenuhi oleh mawar pink. Sienna terkesima menyaksikan tempat yang begitu cantik ini. Sienna tidak tahu gambaran surga itu seperti apa, tapi tempat ini sepertinya layak disebut sebagai surga dunia.

Taman mawar pink

Saat Sienna melangkahkan kakinya semakin jauh, ia melihat sebuah danau yang airnya berwarna biru jernih. Pemandangan di tempat ini sungguh membuat Sienna terpana, pasalnya tempat ini mirip seperti tempat yang ada di dongeng barbie kerajaan ; yang waktu kecil sering Sienna tonton.

Tidak jauh dari danau itu, terdapat sebuah air mancur yang tidak kalah cantik dari bunga-bunga mawar yang ada di taman. Sienna memutuskan mendekati air mancur itu, ia menyaksikan dengan tatapan berbinar air yang bergerak ke atas dari pancuran.

Air mancur

Di dekat air mancur itu, ada sebuah keranjang yang berisi beberapa tangkai bunga mawar. Sienna sedikit membungkukkan badannya, hendak mengambil setangkai mawar dari sana, tapi seseorang lebih dulu memberikannya setangkai mawar yang sudah bersih dari duri ke tangannya. Begitu Sienna mendongak untuk melihat orang itu, ia menemukan Alvaro di sana.

Alvaro mengulaskan senyum lembutnya untuk Sienna. Sebuah senyum yang terasa fameliar, yang sama persis seperti yang Sienna lihat di dalam mimpinya.

Kedua netra Sienna turun pada mawar yang Alvaro berikan padanya. Mawar memiliki makna mendalam tentang sebuah cinta, dan mawar ini telah menjadi pertanda dari sebuah suratan takdir yang dituliskan untuk Sienna dan Alvaro.

“Sienna, gue seneng bisa ketemu lagi sama lo,” Alvaro menjeda ucapannya, ia meraih satu tangan Sienna yang bebas.

I’ve been looking for you since I came back to Jakarta, after me and my mom decided to live in Bali before. Tapi ternyata waktu itu Tuhan belum izinin gue buat ketemu sama lo. Pada akhinya, gue bersyukur karena gue bisa ketemu sama lo dan kita menjalin hubungan sampai saat ini.”

Sienna menatap Alvaro lurus-lurus. Detik berikutnya, Alvaro yang masih menggenggam tangan Sienna, lantas mengajak gadis itu ke sebuah tempat.

Rupanya Alvaro mengajak Sienna ke sebuah gazebo mungil yang telah di dekor dengan bunga-bunga mawar yang cantik di kerangka luarnya. Alvaro lantas mengajak Sienna masuk ke dalam gazebo itu.

Gazebo

Di dalam gazebo, terdapat sajian makanan di atas meja. Sienna terpana mendapati semua ini, ditambah lagi suasana di luar yang tiba-tiba berubah. Langit yang mulai menggelap, semakin bertambah cantik ketika lampu-lampu di sekitar taman dinyalakan.

Belum lengkap dengan semua itu, saking Sienna terpana dengan tempat ini, ia sampai tidak sadar bahwa sebuah lagu romantis mulai menyapa indera pendengarannya. Lagu berirama lembut tersebut dibawakan oleh sebuah band yang terdiri dari vokalis, pianis, dan basis.

Play this song in new tab while you read : Until I Found You

Sambil lagu dibawakan, Alvaro mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan kepada Sienna.

“Sienna, waktu gue sadar gue punya perasaan buat lo, gue merasa gue nggak akan bisa mencintai orang lain selain lo.” Alvaro menjeda ucapannya sesaat, tapi netranya tidak lepas memandang Sienna barang sedetikpun.

“Mungkin lo udah pernah denger kalimat yang gue bilang barusan dari laki-laki yang sebelumnya pernah ada di hidup lo,” ujar Alvaro lagi.

Satu tangan sienna yang berada di atas meja, diraih oleh Alvaro dan kemudian digenggam. Alvaro menatap Sienna lurus-lurus, “Mungkin manusia bisa jatuh cinta berkali-kali dalam hidupnya. Tapi seseorang juga bisa nentuin untuk punya satu cinta yang sama, dan cuma untuk satu orang.”

“Gue nggak ngerencanain kata-kata yang hari ini gue ucapin ke lo. I want you to know, what I said is just came out from me.”

Sienna masih terdiam di tempatnya, ia belum merespon perkataan Alvaro karena ia merasa begitu gugupnya. Hari ini Alvaro benar-benar membuatnya terpana berkali-kali.

Setelah Alvaro mengungkapkan semua yang ingin lelaki itu katakan, akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati hidangan yang telah tersaji di hadapan mereka. Sienna tidak makan banyak, membuat Alvaro heran. Namun mungkin karena Sienna gugup, dan Alvaro memilih tidak menyinggungnya yang mana nanti akan membuat Sienna semakin gugup.

“Al,” ujar Sienna di sela-sela suapannya.

“Iya?” Alvaro menghentikan kegiatannya menyuap makanan ke mulutnya. Alvaro lantas meletakkan garpunya di atas piring, ia memfokuskan atensinya pada Sienna.

“Makasih untuk semuanya. Tempat ini bener-bener bagus, suasananya juga,“” ujar Sienna.

Alvaro lantas mengulaskan senyumnya, “Sama-sama, Sayang.”

Sekitar 5 menit kemudian, Alvaro telah selesai dengan makanannya, yang tidak lama disusul juga oleh Sienna.

Musik masih terdengar, tapi sudah berganti entah ke lagu yang keberapa. Kali ini sebuah lagu yang fameliar bagi Sienna terdengar memasuki telinganya dengan begitu sopan. Lagu Marry You milik Bruno Mars itu dinyanyikan dengan begitu indah, melengkapi suasana romantis yang sedang terjadi itu.

Play this song in new tab while you read : Marry You

Selagi lagu tersebut dibawakan, Sienna mendapati Alvaro beranjak dari posisinya. Lelaki itu tampak mengeluarkan sesuatu dari kantung celana hitamnya.

Alvaro kemudian menyembunyikan benda itu di balik tubuhnya, lalu ia memutari meja yang membatasinya dengan Sienna.

Ketika Alvaro sudah sampai di hadapan Sienna, lelaki itu berlutut di hadapan Sienna dengan satu kaki yang maju ke depan.

Alvaro menunjukkan kepada Sienna benda yang sebelumnya ia sembunyikan. Benda itu adalah sebuah kotak beludru berwarna navy blue. Alvaro kemudian membuka kotak itu sehingga Sienna dapat melihat sebuah cincin dengan mata berlian yang nampak mengkilap. Cincin tersebut terlihat sangat cantik dan Sienna tahu bahwa nilai benda itu tidaklah kecil.

“Sienna, will you marry me?” ujar Alvaro sambil menatap Sienna dalam-dalam.

Tatapan Alvaro mengunci netra Sienna, sehingga Sienna tidak bisa berfokus pada hal lain selain sosok di hadapannya ini. Sienna pun membalas tatapan Alvaro dengan pancaran penuh afeksi. “Yes, I will,” ujarnya kemudian.

Sienna seketika mendapati kedua netra Alvaro berkaca-kaca. Detik berikutnya, Alvaro beranjak dari posisi berlututnya dan ia segera menyematkan cincinnya di jari manis Sienna. Selanjutnya Alvaro langsung membawa Sienna untuk masuk ke dalam pelukannya.

Sienna membalas dekapan hangat itu, kedua lengannya melingkar sempurna di torso Alvaro dan Sienna meletakkan dagunya di pundak Alvaro.

“Sienna, let’s make our beautiful journey together. I wpuld never fall in love again, even I meet another you in another universe,” ujar Alvaro.

Tepat setelah Alvaro mengucapkan kalimat itu, air mata Sienna meluncur dengan mulus membasahi pipinya.

Sienna lantas tertawa kecil, jenis tawa yang menandakan bahwa ia tengah berbahagia. Alvaro yang mendapati tawa itu ikut merasa bahagia, rongga dadanya pun terasa menghangat.

Detik berikutnya, Sienna beralih mengurai pelukan mereka. Namun tidak ingin berada jauh-jauh dari cintanya, Sienna menyandarkan kepalanya di dada bidang Alvaro dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Alvaro. Sienna ingin menikmati waktunya, rasanya tidak ingin saat-saat itu cepat berlalu.

“Al,” Sienna berujar pelan.

“Iya?” Suara lembut Alvaro yang selalu menyambutnya, suara yang selalu mampu membuatnya tenang ini, Sienna merasa bersyukur mengetahui bahwa ia dicintai oleh sosok di hadapannya ini.

Sienna lantas dedikit mendongak agar bisa menatap mata Alvaro. Pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. “*Thank you for loving me like this,” ucap Sienna.

Menggunakan netranya, Sienna dengan puas memandangi wajah kekasihnya. Sienna mengulaskan senyumnya, lalu ia kembali berujar, “Al, you made me realize that every one deserves to be loved. You taught me how to loving someone in every situation they would be. Al, you made me felt comfort when I’m with you, I enjoyed to do things with you. I’m really thankful, for every moment we have spent together.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Ini merupakan hari Sabtu. Jika biasanya Sienna menghabiskan waktu paginya di akhir pekan untuk tidur ; sampai paling tidak jam 12 siang, kali ini ia tidak melakukannya. Pukul 10 pagi, Sienna ikut bersama Renata untuk berbelanja bahan makanan ke supermarket.

Seperti yang telah direncanakan, malam ini Alvaro dan Gio akan datang ke rumah untuk makan malam atas undangan dari Fabio. Sienna nampak berseri-seri sekali wajahnya, sampai Renata yang memperhatikan putrinya itu ikut senang juga.

“Mah, Alvaro nervous banget tau karena undangan dari papa. Semalem kita video call-an, terus Sienna temenin dia sampai ngantuk, soalnya dia gak bisa tidur saking gugupnya.” Sienna bercerita sembari mendorong troli belanjaan dan mengikuti langkah Renata dari belakang.

Renata sedang meminta petugas supermarket untuk memotong beberapa slice daging steak sirloin. Nampaknya acara makan malam ini sungguh spesial, Renata sampai belanja cukup banyak dan berencana memasak hidangan fancy.

Renata lantas menoleh ke belakang dan bertanya pada Sienna, “Emang kamu belum kasih tau Al kalau papa udah restuin hubungan kalian?”

“Belum,” Sienna menggeleng.

“Kamu nih. Kasian kan, Al jadi khawatir gitu. Kenapa nggak dikasih tau aja?” Renata memasukkan kantong plastik berisi daging sirloin yang telah di slice ke dalam troli belanjaan.

“Biar surprise dong, Mah. Sienna pengennya Al langsung tau dari papa,” ujar Sienna, senyum di bibirnya otomatis mengembang.

“Yaudah kalau kamu emang maunya gitu. Papa kamu juga baru kasih tau ke Mama kemarin, karena katanya itu hukuman buat Mama. Soalnya Mama sempet ikutan bantuin kamu bohong ke papa, pas kamu pergi ketemu sama Al, padahal papa udah larang.”

Sienna kemudian terkekeh. “I’m sorry, Mam. Tapi makasih ya udah bantuin Sienna.”

“Nak, gimana coba kalau papamu nggak restuin kamu sama Al? Bener emang katanya kamu nggak mau nikah sama laki-laki selain Al?” Renata mengajukan pertanyaan yang sebenarnya ia sudah tahu jawabannya. Renata hanya penasaran bagaimana pandangan dan keseriusan putrinya dalam menjalani hubungannya dengan Alvaro.

Sienna kemudian mengangguk yakin untuk menjawab pertanyaan Renata barusan. “Mungkin Sienna bakal tetep nikah kalau nggak sama Al, tapi pasti perasaannya beda, Mah.” Sienna membayangkan jika hal tersebut sungguh terjadi. Rasanya jika Sienna bersama orang lain, ia tidak akan bisa melupakan perasaannya yang ia miliki terhadap Alvaro. Alvaro tetap memiliki tempat spesial di hatinya, maka Sienna berharap ia dapat hidup bersama orang yang telah sepenuhnya memiliki hatinya.

“Mah, Sienna nggak kepikiran buat cari laki-laki lain yang menurut papa pantes buat Sienna. Sienna milih Al bukan karena dia yang paling pantes buat Sienna, tapi karena Sienna cuma mau hidup bareng sama Al, bukan orang lain.”

***

Sekitar pukul 7 malam, Alvaro dan Gio telah datang ke rumah. Mereka pun langsung berniat menikmati hidangan yang telah tersaji cantik di meja makan.

Terdapat banyak makanan, mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hingga hidangan penutup. Renata menyiapkan camilan kesukaan Gio, yakni es krim dan coklat. Khusus malam ini, Alvaro memperbolehkan anaknya untuk menikmati makanan manis kesukaannya.

Di meja makan itu, terdapat orang tua Sienna, kakaknya, adiknya, Sienna, Alvaro, dan juga Gio. Fabio sebelumnya telah membuat briefing, bahwa ada yang penting yang perlu disampaikan setelah makan malam selesai. Jadi yang ada di sana nantinya hanyalah yang berkepentingan saja.

Setelah sekitar 30 menit mereka menyantap makanan, Renata meminta Valiant dan Christo untuk mengajak Gio bermain di kamar. Orang dewasa mempunyai urusan yang harus diselesaikan, jadi ada waktunya bagi anak kecil untuk tidak terlibat.

Di meja makan itu, kini tersisa Fabio, Renata, Sienna, dan Alvaro. Fabio baru saja meneguk teh manis di gelasnya. Setelah meletakkan gelasnya di meja, Fabio berdeham sekali sebelumnya akhirnya berujar, “Alvaro, ada hal penting yang ingin saya sampaikan ke kamu.”

Alvaro yang duduk di hadapan Fabio lantas mengarahkan tatapannya pada Fabio. Alvaro menoleh pada Sienna yang berada di sampingnya. Tatapan Alvaro terlihat khawatir ketika netranya bertemu dengan netra Sienna. Sienna lantas mengulaskan senyum teduhnya, lalu satu tangannya di bawah meja bergerak menggenggam tangan Alvaro yang ada di atas pahanya.

“Saya sudah memikirkannya selama seminggu belakangan ini,” Fabio kembali berujar. “Ada banyak hal yang saya pikirkan. Sebagian tentang hubungan kamu dan Sienna, sebagian juga tentang Gio. Saya ketemu Gio waktu dia nunggu Sienna di studio. Tanpa saya duga, kata-kata Gio berhasil meluluhkan hati saya.”

Alvaro mendengarkan dengan seksama setiap kalimat yang Fabio ucapkan. Terdapat perbedaan dari cara Fabio menatapnya. Kalau dulu tatapan itu begitu dingin dan tidak bersahabat, kini terlihat secercah keteduhan dan kelembutan yang terpancar dari kedua iris mata itu.

“Saya sadar akhirnya kalau selama ini saya terlalu menutup hati, hingga saya nggak bisa melihat kebaikan seseorang. Saya terlalu egois dengan cuma mikirin kebahagiaan Sienna, tanpa tau kalau saya memisahkan kamu, Sienna, dan Gio, ada kebahagiaan lain yang saya hancurkan. Saya minta maaf atas perlakuan saya sebelumnya kepada kamu.” Fabio menjeda ucapannya. Lelaki berusia 50 tahunan di hadapan Alvaro itu nampak menghembuskan napasnya dan terlebih, kedua mata itu terlihat berkaca-kaca ; hal yang jelas belum pernah Alvaro dapati di depan matanya.

Tanpa Alvaro sadari, kedua matanya juga terasa memanas. Alvaro pun berusaha kuat menahan air matanya agar tidak tumpah.

Kembali lagi Alvaro menatap Fabio ketika lelaki itu berujar, “Saya merestui hubungan kamu dengan Sienna. Saya mengizinkan kamu untuk bersama anak saya, karena saya percaya kamu dapat membahagiakannya.”

Lantas setelah mengatakannya, Fabio beranjak dari duduknya. Fabio menghampiri Alvaro dan mengajaknya untuk berjabat tangan, seperti tanda bahwa kedua orang itu telah berdamai. Tidak ada lagi perseteruan di antara mereka, dan Fabio telah sepenuhnya merelakan putrinya untuk bersama lelaki pilihannya.

Dengan tangannya yang sedikit gemetar, Alvaro akhirnya menyambut uluran tangan Fabio. Sienna dan Renata menatap kejadian itu dengan senyuman haru dan mata yang juga sudah berkilat karena air mata yang tertahan.

Begitu tangan Fabio menjabat tangannya, Alvaro merasakan genggaman itu sedikit menguat. Fabio menatap Alvaro lurus-lurus, dan masih sambil menjabat tangannya, lelaki itu lantas berujar, “Dua puluh lima tahun saya menjaga Sienna dan selalu memastikan agar dia bahagia. Sekarang saya menyerahkan tanggung jawab itu kepada kamu, dan saya harap kamu mampu memegang tanggung jawab itu dengan baik.”

Atas permintaan Fabio tersebut, Alvaro menganggukinya dengan sebuah anggukan yakin. Begitu Fabio meraih Alvaro ke pelukannya, Alvaro nampak sedikit terkejut.

Fabio menepuk sekali punggung Alvaro dengan pelan, lalu Fabio berujar di dekatnya, “Terima kasih, kamu sudah hadir di hidup Sienna dan jadi alasan dia untuk bahagia.”

Alvaro nampak mengulaskan senyum harunya setelah mendengar ucapan Fabio. Setelah pelukan itu terurai, Alvaro berujar kepada Fabio. “Terima kasih Om. Terima kasih sudah memberi restu untuk hubungan saya dan Sienna.”

Alvaro mati-matian berusaha mengucapkan kalimat itu, saat lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengeluarkan kata-kata. Namun detik setelahnya, pertahanan Alvaro akhirnya runtuh juga. Alvaro tidak lagi sanggup menahan air matanya untuk tidak tumpah.

***

Fabio telah mendengar kabar bahwa Sienna dan Alvaro sempat membicarakan soal pernikahan. Renata sudah tau itu terlebih dulu. Jadi setelah Alvaro menyelesaikan urusan perceraiannya dengan Marsha, Alvaro tidak ingin menunggu lama untuk meresmikan hubungannya dengan Sienna. Dengan restu yang telah Fabio berikan, Alvaro dan Sienna akan mantap melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius.

Kabar soal rencana pernikaha itu sungguh membahagiakan. Meski rasanya begitu cepat dan tentu sebagai orang tua, tetap terasa berat ketika harus melepas anak mereka untuk memulai hidup baru dengan seseorang yang dicintai. Namun begitulah kehidupan, akan ada perubahan-perubahan yang di awal terasa tidak mudah untuk diterima.

Sekitar pukul 9 malam, Alvaro memutuskan pamit dari rumah itu. Ada yang berbeda kali ini, Alvaro tidak pulang bersama Gio. Alvaro sebelumnya memang telah berjanji pada Gio agar anak itu diperbolehkan menginap di rumah Sienna. Tadi sebelum berangkat, Gio telah membawa pakaian di dalam ransel miliknya,jadi bocah itu telah sangat siap untuk menginap.

Alvaro akhirnya pulang sendiri. Setelah berpamitan pada Fabio dan Renata, kini Alvaro berpamitan pada anaknya.

“Bener nih kamu nggak mau ikut Papa pulang?” Alvaro mencoba triknya sekali lagi, mana tahu Gio ingin ikut pulang dengannya.

“Nggak mau, Papa. Gio mau tidur sama Bunda malam ini. Papa pulang sendiri ya.” Dengan lugasnya Gio menjawab pertanyaan papanya.

Lantas Sienna, Fabio, dan Renata yang menyaksikan interaksi antara anak dan ayah di hadapan mereka hanya dapat mengulaskan tersenyum.

“Kamu nggak kasian sama Papa? Papa sendiri lho di rumah kalau nggak ada kamu,” ujar Alvaro lagi.

Gio nampak berpikir, lalu dua detik setelahnya anak itu kembali menjawab. “Kan di rumah ada banyak orang. Ada om Aufar, mbak Gina, mbak Ida, pak Amar, tuh banyak kan, Papa.” Jawaban Gio tersebut sukses mengundang tawa orang-orang dewasa yang mendengarnya.

“Gio mau bobo sama Bunda Sienna di kamar bunda,” ucap Gio lagi.

“Gio, tidur di kamar Nenek sama Kakek aja, gimana? Kan Nenek juga mau tidur sama Gio, nanti Nenek beliin Gio mainan deh. Mau ngga?” celetuk Renata yang segera membuat Gio menoleh ke arahnya.

“Hmm ... nanti dulu ya Nenek. Lain kali deh, beneran. Gio malam ini mau tidur sama bunda dulu,” jawab Gio dengan nada sok dewasanya. Seolah anak itu yang mengatur semuanya dan semua orang harus menurutinya.

“Oke, bener ya. Besok kalau nginep lagi, Gio tidurnya sama Nenek ya?”

“Iya, Nenek,” ujar Gio diiringi senyum lebarnya, tidak lupa anak itu mengacungkan satu ibu jarinya kepada Renata.

Akhirnya setelah percakapan itu, Alvaro sungguhan pamit dan berlalu dari sana. Sienna dan Gio mengantar Alvaro sampai ke mobil, sementara Fabio dan Renata memilih masuk ke dalam rumah lebih dulu.

Say good bye dulu sama Papa,” ujar Sienna meminta Gio untuk berpamitan pada Alvaro.

Good bye, Papa. It’s oke to be alone, Papa. Bunda sama Gio dulu ya. Gantian, kan Papa terus yang udah sama Bunda.” Gio malah berucap meledek Alvaro, tahu saja kalau papanya itu juga posesif terhadap Sienna dan mereka memang sering cemburu satu sama lain. Tidak Alvaro, tidak Gio, mereka sama-sama menjadikan Sienna bahan rebutan.

Alvaro belum masuk ke mobilnya, lelaki itu lantas mengarahkan tangannya untuk kemudian mengusap puncak kepala Gio. “Jadi anak baik ya, nurut sama Bunda selama kamu di sini,” ujar Alvaro pada anaknya.

Setelah dari Gio, Alvaro beralih pada Sienna. “Gue pulang dulu. Titip Gio ya,” ujar Alvaro sembari mengusap puncak kepala Sienna dengan gerakan lembut.

Sienna lantas mengulaskan senyumnya. Sudah biasa Alvaro melakukannya, tapi kali ini terasa ada yang berbeda. Sienna merasakan jantungnya berdebar lebih kencang dan ia hanya dapat membeku di tempatnya. Sienna merasa tingkahnya jadi aneh, dan ia hanya berharap semoga Alvaro tidak menyadarinya.

Gio sebelumnya telah meminta Sienna agar mereka masuk, anak itu sudah meraih tangan Sienna dan merengek minta masuk ke rumah. Namun Gio hanya mendapat angin lalu saja, ia diabaikan karena kedua orang dewasa di hadapannya sedang asik menikmati belenggu cinta, tidak sadar bahwa ada manusia lain selain mereka.

Begitu Alvaro sudah memasuki mobilnya dan berada di balik kemudi, lelaki itu menatap Sienna lekat-lekat dan senyum lebarnya terulas.

You look so happy,” celetuk Alvaro sembari memperhatikan wajah Sienna.

I’m really happy tonight,” Alvaro kembali berucap, masih mempertahankan senyumnya dan menatap Sienna dengan tatapan penuh afeksi.

“Al, hati-hati dijalan. Nyetirnya yang fokus,” ujar Sienna yang lantas segera diangguki oleh Alvaro.

Good night, Sky. Have a sweet dream, ya.” Dua kalimat itu Alvaro ucapkan sebelum ia menutup kaca mobilnya. Setelah itu, range rover putih milik Alvaro mulai berjalan meninggalkan Sienna dan Gio.

Beberapa meter setelah mobil Alvaro berlalu, Sienna masih di sana. Senyum Sienna juga masih setia terulas di wajahnya ; nampaknya senyum tersebut belum ingin luntur barang sedikitpun.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Di dalam mobil itu, baik Fabio maupun Sienna, tidak ada yang memulai pembicaraan. Jalanan Jakarta sore ini tampak cukup padat. Wajar saja sebenarnya, karena mereka berkendara tepat saat jam pulang kerja orang-orang kantoran.

Mobil yang dikendarai Fabio baru saja berjalan sedikit, tapi sudah berhenti lagi karena mobil di depan mereka kembali berhenti.

Fabio lantas menoleh ke samping dan ia berujar, “Sienna, ada yang mau Papa tanyakan sama kamu.”

“Iya, Pah?” Sienna pun ikut menoleh dan menatap Fabio. Kemudian Sienna membiarkan Fabio bertanya padanya.

“Tadi waktu Papa nunggu kamu, papa denger cerita dari Gio soal kejadian waktu itu.”

Awalnya Sienna belum sadar apa yang dimaksud oleh Fabio. Namun Fabio menjelaskan lagi bahwa Gio bercerita padanya soal kejadian Alvaro yang menolong Marsha ketika Marsha mendapat perlakuan kurang baik dari seorang laki-laki.

Akhinya Sienna menceritakan detail kejadiannya pada Fabio. Memang benar, waktu itu Alvaro menolong Marsha karena perempuan itu mendapat perlakuan buruk dari seorang laki-laki. Di mana laki-laki itu adalah orang yang berselingkuh dengan Marsha dan merupakan ayah biologis dari Gio.

“Pah, nggak mudah bagi Alvaro untuk melakukan itu. Tapi Alvaro mutusin buat nolong Marsha karena satu alasan. Karena gimana pun Marsha, dia tetep ibu kandungnya Gio. Meskipun Alvaro udah tau Gio bukan anak kandungnya, itu nggak ngubah sedikitpun rasa sayang Alvaro ke Gio,” jelas Sienna.

Bagi Alvaro, tidak mudah melakukannya ; karena sama saja seperti membuka luka lama yang telah berusaha laki-laki itu tutup. Harusnya pun Marsha bukan lagi tanggung jawab Alvaro, seharusnya Alvaro bisa saja tidak peduli dan menutup mata. Namun Alvaro menyelamatkan Marsha karena satu alasan. Bagaimana pun masa lalu Alvaro dengan Marsha, Marsha tetaplah ibu kandung Gio. Alvaro melakukannya semata untuk anaknya.

Sienna tidak tahu bahwa selama Fabio tadi menunggunya dan bertemu dengan Gio, mereka mengobrol tentang banyak hal. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba Fabio jadi ingin tahu dan berakhir bertanya pada Sienna, padahal biasanya papanya itu tidak peduli tentang segala hal yang menyangkut Alvaro.

“Sienna,” ujar Fabio setelah Sienna mengakhiri ceritanya.

“Iya Pah?”

“Maafkan Papa. Papa sudah salah menilai Alvaro. Maaf, Papa selama ini terlalu menutup hati dan bersikap egois.”

***

Beberapa hari telah berlalu sejak percakapan Sienna dan Fabio di mobil. Setelah mendengar semua cerita itu, Fabio akhirnya tergerak hatinya. Fabio dapat melihat sisi baik dari Alvaro, ia dapat melihat cara lelaki itu memperjuangkan segalanya.

Selama ini Fabio hanya terlalu menutup hatinya, hingga tidak bisa melihat kebaikan seseorang. Fabio menyadari itu dan mengaku bahwa dirinya keliru.

Pagi ini Fabio menghampiri Sienna yang masih bersiap-siap di kamarnya ; sebelum putrinya itu berangka bekerja. Fabio mengetuk pintu kamar putrinya sebanyak dua kali sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam.

Di luar dugaan, Fabio meletakkan kunci mobil milik Sienna di atas meja. Sienna nampak bingung, muncul kerutan di dahinya. Pasalnya beberapa hari belakangan, Fabio bersikukuh mengantar dan menjemputnya ke studio.

“Papa nggak nganter Sienna ke studio?” Sienna bertanya.

“Mulai hari ini, Papa mengizinkan kamu bawa mobil sendiri ke studio. Papa juga mengizinkan kamu untuk ketemu sama Alvaro,” tutur Fabio.

Sienna nampak tidak percaya setelah mendengarnya. Kedua matanya membola, bahkan belah bibirnya sedikit terbuka.

“Sienna?” panggil Fabio menyadarkan Sienna dari lamunannya.

Ketika Sienna telah sadar, ia bertanya, “Pah … ini beneran?”

“Beneran, Sayang. Papa nggak larang lagi kamu buat berhubungan dengan Alvaro. Oh iya, Papa juga mau ngundang Alvaro makan malam di rumah kita.”

“Oke, Pah. Nanti Sienna bilang ke Alvaro.” Sienna hanya mengangguk sekali, ia masih tampak bingung dan mencoba untuk mencerna semuanya. Sienna berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi, ini sungguh nyata; papanya telah merestui hubungannya dengan Alvaro.

“Sienna, tunggu.” Fabio menahan Sienna yang sudah akan berlalu setelah menyalami tangannya.

“Kenapa Pah?” Sienna berbalik lagi kepada Fabio.

“Nanti tolong kamu kirim nomornya Alvaro ke Papa. Papa yang akan hubungi Alvaro secara langsung untuk ngundang makan malam.”

Sienna hanya mengangguk sekali lagi, lalu Sienna benar-benar melangkah pergi dari sana. Sienna harus segera berangkat dan saat ini tidak punya waktu untuk meresapi semua yang terjadi pagi ini.

Ini terlalu ajaib, tapi sekaligus membahagiakan baginya. Sienna pun ingin secepatnya memberi tahu hal ini kepada Alvaro.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Selama 25 tahun menjalani hidupnya, Sienna tidak pernah berpikir bahwa ia dapat mewujudkan keinginannya berkat kemampuannya membaca masa depan. Sienna tentu masih ingat, beberapa saat sebelum dirinya dan Alvaro bertemu, ia mendapatkan sebuah mimpi. Di mimpi itu, Sienna merasa bahwa dirinya begitu bahagia. Sienna sekarang yakin bahwa lelaki yang dilihatnya di mimpi tersebut adalah Alvaro. Sienna ingin mewujudkan hari bahagia itu sesuai apa yang ada di mimpinya.

Kehidupan itu diibaratkan seperti sebuah kepingan puzzle yang awalnya tidak beraturan. Untuk melengkapi satu gambar puzzle yang utuh, maka diperlukan usaha yang tidaklah mudah, ; dan elama melakukan usaha tersebut, pastinya ada jatuh dan bangun, ada tangis dan tawa, serta ada senyum dan air mata. Sienna telah bersedia melewati itu semua, selama ia melaluinya dengan orang yang ia cintai, Sienna yakin bahwa ia mampu.

Sienna memiliki kemampuan untuk mengubah takdir seseorang menjadi lebih baik. Kemampuan Sienna bisa menyelamatkan orang lain atau bahkan melindungi orang-orang yang ia sayangi dari sesuatu yang kurang baik.

Kini Sienna ingin menggunakan kemampuannya untuknya sendiri. Sienna ingin mewujudkan mimpi indahnya agar benar-benar menjadi kenyataan.

Hari ini sekitar pukul 5 sore, Alvaro mengajak Sienna ke suatu tempat. Tempat tersebut berada di luar kota, jadi butuh waktu selama kurang lebih 4 jam untuk sampai, sudah termasuk padatnya lalu lintas.

Mobil Alvaro telah berhenti di depan sebuah tempat dengan pagar putih yang cukup tinggi. Alvaro lantas mengatakan bahwa ia akan turun lebih dulu. Ada sesuatu yang perlu ia pastikan agar semuanya berjalan sesuai dengan rencana.

Sienna hanya mengangguk menuruti Alvaro. Lanats Sienna berpikir, apakah ini akan persis seperti di mimpinya? Di dalam mimpinya, hanya ada dirinya sebelum akhirnya ia bertemu dengan Alvaro.

Bagaimana pu nitu akan terjadi, Sienna tetap memutuskan untuk menunggu Alvaro kembali. Namun sampai hampir sepuluh menit berlalu, tidak juga ada tanda-tanda Alvaro kembali. Sienna malah mendapat pesan di ponselnya dan itu dari Alvaro.

‘You need to find me, Babe. Come over here.'

Sienna membeliak membaca pesan itu. Sienna tidak menyangka, sepertinya mimpinya memang akan 100 persen akurat terjadi di kehidupan nyata.

Sienna akhirnya memutuskan turun dari mobil setelah mematikan mesin mobil dan membawa kuncinya bersamanya.

Sienna kemudian menyapukan matanya ke area sekitar sebelum akhirnya melangkah ke tempat itu. Tidak tahu pasti tempat seperti apa yang kini ia datangi, tapi yang jelas, tempat ini nampak sangat indah. Alvaro benar-benar mempersiapkan ini untuknya, dan Sienna merasa terharu karena telah dispesialkan seperti ini.

Tempat yang kini Sienna jajaki merupakan sebuah taman yang cukup luas yang dipenuhi oleh mawar pink. Sienna terkesima menyaksikan tempat yang begitu cantik ini. Sienna tidak tahu gambaran surga itu seperti apa, tapi tempat ini sepertinya layak disebut sebagai surga dunia.

Taman mawar pink

Saat Sienna melangkahkan kakinya semakin jauh, ia melihat sebuah danau yang airnya berwarna biru jernih. Pemandangan di tempat ini sungguh membuat Sienna takjub, mirip seperti di dongeng barbie kerajaan yang waktu kecil sering ia tonton.

Tidak jauh dari danau itu, terdapat sebuah air mancur yang tidak kalah cantik dari bunga-bunga mawar yang ada di taman. Sienna memutuskan mendekati air mancur itu, ia menyaksikan dengan tatapan berbinar air yang bergerak ke atas dari pancuran.

Air mancur

Di dekat air mancur itu, ada sebuah keranjang yang berisi beberapa tangkai bunga mawar. Sienna baru akan mengambil setangkai mawar dari sana, tapi seseorang lebih dulu memberikannya setangkai mawar ; yang sudah bersih dari duri ke tangannya. Begitu Sienna mendongak untuk mendapati orang itu, ia menemukan Alvaro di sana.

Alvaro mengulaskan senyum lembutnya untuk Sienna. Sebuah senyum yang terasa fameliar, yang sama persis seperti yang Sienna lihat di dalam mimpinya.

Kedua netra Sienna turun pada mawar yang Alvaro berikan padanya. Mawar memiliki makna mendalam tentang sebuah cinta, dan mawar ini telah menjadi pertanda dari sebuah suratan takdir yang dituliskan untuk Sienna dan Alvaro.

“Sienna, gue seneng bisa ketemu lagi sama lo,” Alvaro menjeda ucapannya, ia meraih satu tangan Sienna yang bebas.

I’ve been looking for you since I came back to Jakarta. Tapi waktu itu Tuhan belum izinin gue buat ketemu sama lo. Pada akhinya, gue bersyukur karena gue bisa ketemu sama lo dan kita menjalin hubungan sampai saat ini.”

Sienna menatap Alvaro lurus-lurus. Detik berikutnya, Alvaro yang masih menggenggam tangan Sienna, lantas mengajak gadis itu ke sebuah tempat.

Rupanya Alvaro mengajak Sienna ke sebuah gazebo mungil yang telah di dekor dengan bunga-bunga mawar yang cantik di kerangka luarnya. Alvaro lantas mengajak Sienna masuk ke dalam gazebo itu.

Gazebo

Di dalam gazebo, terdapat sajian makanan di atas meja. Sienna terpana mendapati semua ini, ditambah lagi suasana di luar yang tiba-tiba berubah. Langit yang mulai menggelap, semakin bertambah cantik ketika lampu-lampu di sekitar taman dinyalakan.

Belum lengkap dengan semua itu, saking Sienna terpana dengan tempat ini, ia sampai tidak sadar bahwa sebuah lagu romantis mulai menyapa indera pendengarannya. Lagu berirama lembut tersebut dibawakan oleh sebuah band yang terdiri dari vokalis, pianis, dan basis.

Play this song in new tab while you read : Until I Found You

Sambil lagu dibawakan, Alvaro mengutarakan apa yang ingin ia sampaikan kepada Sienna.

“Sienna, waktu gue sadar gue punya perasaan buat lo, gue merasa gue nggak akan bisa lagi mencintai orang lain selain lo.” Alvaro menjeda ucapannya sesaat, tapi netranya tidak lepas memandang Sienna barang sedetikpun.

“Mungkin lo udah pernah denger kalimat yang gue bilang barusan dari laki-laki yang sebelumnya pernah ada di hidup lo,” ujar Alvaro lagi.

Satu tangan sienna yang berada di atas meja, diraih oleh Alvaro dan kemudian digenggam. Alvaro menatap Sienna lurus-lurus, “Mungkin manusia bisa jatuh cinta berkali-kali dalam hidupnya. Tapi seseorang juga bisa nentuin untuk punya satu cinta yang sama, dan cuma untuk satu orang.”

“Gue nggak ngerencanain kata-kata yang hari ini gue ucapin ke lo. I want you to know, what I said is just came out from me.”

Sienna masih terdiam di tempatnya, ia belum merespon perkataan Alvaro karena ia merasa begitu gugupnya. Hari ini Alvaro benar-benar membuatnya terpana berkali-kali.

Setelah Alvaro mengungkapkan semua yang ingin lelaki itu katakan, akhirnya mereka memutuskan untuk menikmati hidangan yang telah tersaji di hadapan mereka. Sienna tidak makan banyak, membuat Alvaro heran. Namun mungkin karena Sienna gugup, dan Alvaro memilih tidak menyinggungnya yang mana nanti akan membuat Sienna semakin gugup.

“Al,” ujar Sienna di sela-sela suapannya.

“Iya?” Alvaro menghentikan kegiatannya menyuap makanan ke mulutnya. Alvaro lantas meletakkan garpunya di atas piring, ia memfokuskan atensinya pada Sienna.

“Makasih buat semuanya. Tempat ini bener-bener bagus, suasananya juga,“” ujar Sienna.

Alvaro lantas mengulaskan senyumnya, “Sama-sama, Sayang.”

Sekitar 5 menit kemudian, Alvaro telah selesai dengan makanannya, yang tidak lama disusul juga oleh Sienna.

Musik masih terdengar, tapi sudah berganti entah ke lagu yang keberapa. Kali ini sebuah lagu yang fameliar bagi Sienna terdengar memasuki telinganya dengan begitu sopan. Lagu Marry You milik Bruno Mars itu dinyanyikan dengan begitu indah, melengkapi suasana romantis yang sedang terjadi itu.

Play this song in new tab while you read : Marry You

Selagi lagu tersebut dibawakan, Sienna mendapati Alvaro beranjak dari posisinya. Lelaki itu tampak mengeluarkan sesuatu dari kantung celana hitamnya.

Alvaro kemudian menyembunyikan benda itu di balik tubuhnya, lalu ia memutari meja yang membatasinya dengan Sienna.

Ketika Alvaro sudah sampai di hadapan Sienna, lelaki itu berlutut di hadapan Sienna dengan satu kaki yang maju ke depan.

Alvaro menunjukkan kepada Sienna benda yang sebelumnya ia sembunyikan. Benda itu adalah sebuah kotak beludru berwarna navy blue. Alvaro kemudian membuka kotak itu sehingga Sienna dapat melihat sebuah cincin dengan mata berlian yang nampak mengkilap. Cincin yang terlihat sangat cantik dan Sienna tahu bahwa nilai benda itu tidaklah kecil.

“Sienna, will you marry me?” ujar Alvaro sambil menatap Sienna dalam-dalam.

Tatapan Alvaro mengunci netra Sienna, sehingga Sienna tidak bisa berfokus pada hal lain selain sosok di hadapannya ini. Sienna pun membalas tatapan Alvaro dengan pancaran penuh afeksi. “Yes, I will,” ujarnya kemudian.

Sienna seketika mendapati kedua netra Alvaro berkaca-kaca. Alvaro kemudian beranjak dari posisi berlututnya dan ia menyematkan cincinnya di jari manis Sienna. Detika berikutnya, Alvaro langsung membawa Sienna untuk masuk ke dalam pelukannya.

Sienna membalas dekapan itu, kedua lengannya melingkar di torso Alvaro dan Sienna meletakkan dagunya di pundak Alvaro.

“Sienna, let’s make our beautiful journey together. I would never fall in love again, even I meet another you in another universe,” ujar Alvaro.

Tepat setelah Alvaro mengucapkan kalimat itu, air mata Sienna meluncur dengan mulus membasahi pipinya.

Sienna lantas tertawa kecil, jenis tawa yang menandakan bahwa ia tengah berbahagia. Alvaro yang mendapati tawa itu ikut merasa bahagia, rongga dadanya pun terasa menghangat.

Detik berikutnya, Sienna beralih mengurai pelukan mereka. Namun tidak ingin berada jauh-jauh dari cintanya, Sienna menyandarkan kepalanya di dada bidang Alvaro dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Alvaro. Sienna ingin menikmati waktunya, rasanya tidak ingin saat-saat itu cepat berlalu.

“Al,” Sienna berujar pelan.

“Iya?” Suara lembut Alvaro yang selalu menyambutnya, suara yang selalu mampu membuatnya tenang ini, Sienna merasa bersyukur mengetahui bahwa ia dicintai oleh sosok di hadapannya ini.

Sienna lantas dedikit mendongak agar bisa menatap mata Alvaro. Pandangan mereka bertemu dan saling mengunci. “*Thank you for loving me like this,” ucap Sienna.

Menggunakan netranya, Sienna dengan puas memandangi wajah kekasihnya. Sienna mengulaskan senyumnya, lalu ia kembali berujar, “Al, you made me realize that every one deserves to be loved. You taught me how to loving someone in every situation they would be. Al, you made me felt comfort when I’m with you, I enjoyed to do things with you. I’m really thankful, for every moment that we have spent together.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Hari-hari telah berlalu sejak Alvaro mengadakan konferensi pers. Namun masih ada beberapa media yang dengan gencarnya memberitakan bahwa Alvaro telah berselingkuh dari Marsha. Awalnya Alvaro tidak terlalu peduli, tapi saat mereka mulai mengulik sosok perempuan yang waktu itu terlihat bersamanya di konferensi pers, Alvaro rasanya tidak ingin diam. Namun lagi-lagi Seinna mengingatkannya dan menyarankan untuk lebih baik tidak angkat bicara mengenai hal tersebut. Media itu haus akan bahan berita, dan seperti sebuah pancingan, jika Alvaro terpancing lalu akhirnya terperangkap, maka sebenarnya ia akan kalah. Alvaro akan membiarkan media mendapat apa yang mereka mau dan membuat mereka merasa menang.

Ini baru seumur-umur dalam hidupnya, Sienna menemukan namanya terdapat di berbagai platform media dan menjadi perbincangan khayalak. Kejadian waktu itu memang tidak terduga, dan entah dari mana juga media bisa mendapat informasi tentang dirinya.

Perempuan yang disebut-sebut terlihat bersama Alvaro di konferensi pers, telah diketahui bernama Sienna Skyla Malinka ; yang lantas diduga bahwa perempuan tersebut adalah kekasih Alvaro yang belum diungkap secara resmi oleh Alvaro sendiri.

“Al, udah biarin aja. Nggak usah dipeduliin, taro hp-nya ya,” ujar Sienna sembari meraih ponsel di tangan Alvaro lalu meletakkan benda itu di atas meja.

Sienna lantas menghela satu sisi wajah Alvaro, meminta lelaki itu untuk menatapnya. “Kita punya hal-hal lebih penting yang harusnya kita fokus pikirin, dari pada pemberitaan itu,” ujar Sienna.

“Berita-berita itu udah keterlaluan, mereka menggiring opini publik, terus ujung-ujungnya jadi fitnah. Sienna, harusnya lo nggak perlu ngelaluin ini. Gue minta maaf,” ujar Alvaro tampak merasa bersalah.

Beberapa hari ini Sienna mendapat ujaran kebencian di sosial media dan Alvaro khawatir mengenai itu.

“Pasti ini bikin lo nggak nyaman,” lagi, Alvaro berujar dengan ekspresi bersalahnya.

“Rasanya emang nggak nyaman, Al.” Sienna jujur tentang itu. Namun ia tidak bermaksud untuk membebani Alvaro. “Setiap gue keluar rumah, takut ada yang ngenalin. Tapi kenyataannya, nggak separah yang kita bayangin, kan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat juga nggak akan terlalu peduli lagi dan mereka akan lupa dengan sendirinya. Kita berdua bisa laluin ini,” pungkas Sienna.

Saat Sienna memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Alvaro, Sienna tahu bahwa suatu hari ia akan menghadapi ini, tapi bukan itu poinnya. Sienna yakin bahwa setiap masalah pasti akan datang, tapi ada waktunya juga untuk berlalu dan sirna. Manusia hanya perlu menghadapinya, dan selama yakin apa yang mereka lakukan sudah benar, maka tidak ada alasan untuk menghindar dari masalah dan lantas menutup diri. Tidak perlu semua orang tahu kebenaran yang sesungguhnya dan kita haus akan validasi maupun pembenaran.

“Oke. Kalau makin parah, bilang sama gue, ya. Gue bakal urus semuanya dan pastiin mereka nggak nyerang lo lagi, mau secara langsung atau pun di sosial media,” ujar Alvaro akhirnya.

Sienna kemudian mengulaskan senyumnya, kemudian ia mengangguk. Senyum tersebut lantas otomatis tertular pada Alvaro. Melihat senyum kekasihnya, Alvaro selalu dapat merasa nyaman ; rasanya emosinya mudah surut dan ketegangannya berangsur mereda.

Alvaro lantas mendekatkan posisi duduknya dengan Sienna, tangan Sienna yang masih berada di sisi wajahnya, Alvaro mengambilnya lalu ia beralih menggenggam tangan itu.

Alvaro mengeratkan genggaman itu, lalu sedikit digoyangkan. Sambil menatap netra Sienna dalam-dalam, Alvaro lantas bertanya, “Apa yang lebih penting yang harusnya kita fokus pikirin?”

Sienna nampak berpikir sejenak, matanya memicing dan timbul kerutan di dahinya. Kemudian Sienna menjawab pertanyaan Alvaro, “Banyak, salah satunya keluarga kita.” Sienna menjeda ucapannya, ia menangkap basah Alvaro yang tengah menatapnya selekat ini ketika ia berbicara. Seolah setiap kata yang Sienna ucapkan begitu penting bagi Alvaro dan lelaki itu benar-benar akan mendengarkannya.

“Kita harus fokus untuk ngasih kasih sayang yang utuh untuk Gio. Terus fokus bicarain kelanjutan hubungan kita.” Sienna melanjutkan ucapannya, yang mana seketika rentetan kalimat itu berhasil mencetak senyum di wajah Alvaro.

“Kemarin gue udah ngomong sama mama dan juga orang tua lo, soal rencana pernikahan kita,” ujar Alvaro.

Alvaro telah berbicara pada mamanya dan juga orang tua Sienna tentang rencananya untuk menikahi Sienna. Niat itu sudah disampaikan dan tentunya disambut baik oleh kedua belah pihak dan mereka akan segera membuat perencanaannya.

“Sky, kapan kira-kira lo siap untuk pemberkatan di gereja?” Alvaro bertanya.

“Hah?” kerutan di kening Sienna seolah menjelaskan kebingungannya.

“Iya, kira-kira kapan tanggal dan bulannya. Biar gue bisa perkirakan dan kita bisa mulai mempersiapkan semuanya,” Alvaro malah bertanya lagi soal tanggal dan bulan untuk pernikahan meeka.

You’re not even propose me yet,” cicit Sienna pelan.

Sienna pun segera melayangkan protesnya kepada Alvaro. Alih-alih bertanya apakah Sienna bersedia menikah dengannya, Alvaro justru bertanya kapan Sienna siap melakukan pemberkatan di gereja.

Seolah-olah memang Sienna telah menerima lamaran Alvaro dan bersedia untuk menikah dengannya, padahal lelaki itu belum melamarnya secara resmi.

“Oke-oke.” Alvaro pun terkekeh. “You have any request for the propose? Atau … lo lebih suka sesuatu yang rahasia dan surprise, jadi biar gue yang planning semuanya?”

“Hmm … I want to request one thing, maybe,” ujar Sienna kemudian.

“Oke, apa itu?”

“Mawar pink yang banyak, di taman, terus tamannya yang ada air mancurnya.”

Alright. Tapi itu lebih dari satu lho, Sayang.”

“Emangnya nggak boleh?” Sienna bertanya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Alvaro lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap belah pipi Sienna, nampak gemas dengan tingkah kekasihnya barusan. “Boleh, Sayang. Alright, you will get what you want.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Hari-hari telah berlalu sejak Alvaro mengadakan konferensi pers. Namun masih ada beberapa media yang dengan gencarnya memberitakan bahwa Alvaro telah berselingkuh dari Marsha. Awalnya Alvaro tidak terlalu peduli, tapi saat mereka mulai mengulik sosok perempuan yang waktu itu terlihat bersamanya di konferensi pers, Alvaro rasanya tidak ingin diam. Namun lagi-lagi Seinna mengingatkannya dan menyarankan untuk lebih baik tidak angkat bicara mengenai hal tersebut. Media itu haus akan bahan berita, dan seperti sebuah pancingan, jika Alvaro terpancing lalu akhirnya terperangkap, maka sebenarnya ia akan kalah. Alvaro akan membiarkan media mendapat apa yang mereka mau dan membuat mereka merasa menang.

Ini baru seumur-umur dalam hidupnya, Sienna menemukan namanya terdapat di berbagai platform media dan menjadi perbincangan khayalak. Kejadian waktu itu memang tidak terduga, dan entah dari mana juga media bisa mendapat informasi tentang dirinya.

Perempuan yang disebut-sebut terlihat bersama Alvaro di konferensi pers, telah diketahui bernama Sienna Skyla Malinka ; yang lantas diduga bahwa perempuan tersebut adalah kekasih Alvaro yang belum diungkap secara resmi oleh Alvaro sendiri.

“Al, udah biarin aja. Nggak usah dipeduliin, taro hp-nya ya,” ujar Sienna sembari meraih ponsel di tangan Alvaro lalu meletakkan benda itu di atas meja.

Sienna lantas menghela satu sisi wajah Alvaro, meminta lelaki itu untuk menatapnya. “Kita punya hal-hal lebih penting yang harusnya kita fokus pikirin, dari pada pemberitaan itu,” ujar Sienna.

“Berita-berita itu udah keterlaluan, mereka menggiring opini publik, terus ujung-ujungnya jadi fitnah. Sienna, harusnya lo nggak perlu ngelaluin ini. Gue minta maaf,” ujar Alvaro tampak merasa bersalah.

Beberapa hari ini Sienna mendapat ujaran kebencian di sosial media dan Alvaro khawatir mengenai itu.

“Pasti ini bikin lo nggak nyaman,” lagi, Alvaro berujar dengan ekspresi bersalahnya.

“Rasanya emang nggak nyaman, Al.” Sienna jujur tentang itu. Namun ia tidak bermaksud untuk membebani Alvaro. “Setiap gue keluar rumah, takut ada yang ngenalin. Tapi kenyataannya, nggak separah yang kita bayangin, kan. Seiringnya waktu, masyarakat juga nggak akan terlalu peduli lagi dan mereka akan lupa dengan sendirinya,” pungkas Sienna.

Saat Sienna memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Alvaro, Sienna tahu bahwa suatu hari ia akan menghadapi ini, tapi bukan itu poinnya. Sienna yakin bahwa setiap masalah pasti akan datang, tapi ada waktunya juga untuk berlalu dan sirna. Manusia hanya perlu menghadapinya, dan selama yakin apa yang mereka lakukan sudah benar, maka tidak ada alasan untuk lari masalah dan menutup diri. Tidak perlu semua orang tahu kebenaran yang sesungguhnya dan kita haus akan validasi maupun pembenaran.

“Oke. Kalau makin parah, bilang sama gue, ya. Gue bakal urus semuanya dan pastiin mereka nggak nyerang lo lagi, mau secara langsung atau pun di sosial media,” ujar Alvaro akhirnya.

Sienna kemudian mengulaskan senyumnya, kemudian ia mengangguk. Senyum tersebut lantas otomatis tertular pada Alvaro. Melihat senyum kekasihnya, Alvaro selalu dapat merasa nyaman ; rasanya emosinya mudah surut dan ketegangannya berangsur mereda.

Alvaro lantas mendekatkan posisi duduknya dengan Sienna, tangan Sienna yang masih berada di sisi wajahnya, Alvaro mengambilnya lalu ia beralih menggenggam tangan itu.

Alvaro mengeratkan genggaman itu, lalu sedikit digoyangkan. Sambil menatap netra Sienna dalam-dalam, Alvaro lantas bertanya, “Apa yang lebih penting yang harusnya kita fokus pikirin?”

Sienna nampak berpikir sejenak, matanya memicing dan timbul kerutan di dahinya. Kemudian Sienna menjawab pertanyaan Alvaro, “Banyak, salah satunya keluarga kita.” Sienna menjeda ucapannya, ia menangkap basah Alvaro yang tengah menatapnya selekat ini ketika ia berbicara. Seolah setiap kata yang Sienna ucapkan begitu penting bagi Alvaro dan lelaki itu benar-benar akan mendengarkannya.

“Kita harus fokus untuk ngasih kasih sayang yang utuh untuk Gio. Terus fokus bicarain kelanjutan hubungan kita.” Sienna melanjutkan ucapannya, yang mana seketika rentetan kalimat itu berhasil mencetak senyum di wajah Alvaro.

“Kemarin gue udah ngomong sama mama dan juga orang tua lo, soal rencana pernikahan kita,” ujar Alvaro.

Alvaro telah berbicara pada mamanya, juga pada orang tua Sienna tentang rencananya untuk menikahi Sienna. Niat itu sudah disampaikan dan tentunya disambut baik oleh kedua belah pihak dan mereka akan segera membuat perencanaannya.

“Sky, kapan kira-kira lo siap untuk pemberkatan di gereja?” Alvaro bertanya.

“Hah?” kerutan di kening Sienna seolah menjelaskan kebingungannya.

“Iya, kira-kira kapan tanggal dan bulannya. Biar gue bisa perkirakan dan kita bisa mulai mempersiapkan semuanya,” Alvaro malah bertanya lagi soal tanggal dan bulan untuk pernikahan meeka.

You’re not even purpose me yet,” cicit Sienna pelan.

Sienna pun segera melayangkan protesnya kepada Alvaro. Alih-alih bertanya apakah Sienna bersedia menikah dengannya, Alvaro justru bertanya kapan Sienna siap melakukan pemberkatan di gereja.

Seolah-olah memang Sienna telah menerima lamaran Alvaro dan bersedia untuk menikah dengannya, padahal lelaki itu belum melamarnya secara resmi.

“Oke-oke.” Alvaro pun terkekeh. “You have any request for the purpose? Atau … lo lebih suka sesuatu yang rahasia dan surprise, jadi biar gue yang planning semuanya?”

“Hmm … I want to request one thing, maybe,” ujar Sienna kemudian.

“Oke, apa itu?”

“Mawar pink yang banyak, di taman, terus tamannya yang ada air mancurnya.”

Alright. Tapi itu lebih dari satu lho, Sayang.”

“Emangnya nggak boleh?” Sienna bertanya dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.

Alvaro lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap belah pipi Sienna, nampak gemas dengan tingkah kekasihnya barusan. “Boleh, Sayang. Alright, you will get what you want.”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭