alyadara

Berita tentang pernikahan Alvaro dan Marsha telah resmi diumumkan oleh pihak entertainment mereka, dan dalam waktu 24 jam, kabar tersebut berhasil menghebohkan media, juga tentunya para penggemar dari Alvaro dan Marsha.

Selama dua hari, Alvaro dan Marsha memutuskan untuk tidak terlihat di hadapan publik. Respon publik cukup baik terhadap kabar pernikahan mereka, tapi perusahaan menyarankan demikian. Tujuannya semata agar skenario yang mereka ciptakan terkesan natural dan berjalan mulus sesuai dengan harapan.

Hari ini Alvaro kembali terlihat di publik. Saat sebuah Range Rover putih milik Alvaro sampai di depan lobi kantor IMD Pictures, di sana sudah terlihat banyak wartawan yang berkumpul. Alvaro turun dari mobilnya dan rupanya Marsha berada di mobil yang sama dengan lelaki itu. Saat Alvaro dan Marsha turun dari mobil, tiga orang bodyguard sudah siap berada di sisi dan kanan dan kiri mereka untuk menjaga kedua artis itu. Para bodyguard memerintahkan para wartawan untuk memberi Alvaro dan Marsha ruang, tapi mereka tidak mau mundur sedikit pun.

Marsha paparazzi

Alvaro paparazzi

Akhirnya Alvaro meminta bodyguard-nya untuk membiarkan para wartawan mewawancarai dirinya dan Marsha. Di depan gedung agensi itu, Alvaro dan Marsha setuju untuk memberi jawaban dari pertanyaan yang akan diajukan oleh para wartawan.

Ketika salah satu wartawan mengajukan pertanyaan soal anak angkat Alvaro, salah satu bodyguard Alvaro langsung meminta wartawan lain untuk mengajukan pertanyaan. Namun yang terjadi adalah di luar dugaan, wartawan yang lain mengatakan kalau mereka datang untuk meminta Alvaro dan Marsha memberi konfirmasi yang jelas, mengenai rumor yang beredar beberapa hari belakangan.

Sempat terjadi keributan ketika para bodyguard meminta para wartawan untuk berhenti meliput dan mengusir mereka dari sana. Tanpa diprediksi, Alvaro justru menahan para wartawan itu dan akhirnya lelaki itu pun angkat bicara. “Saya tidak ingin ada pemberitaan apa pun mengenai anak saya. Jadi tolong mengerti, saya hanya ingin melindungi anak saya.”

Pada akhirnya para wartawan tidak bertanya lagi tentang hal yang menyangkut anak angkat Alvaro. Alvaro dan Marsha hanya membenarkan tentang kabar pernikahan mereka yang sebelumnya memang telah diumumkan.

“Saya dan Marsha akan menikah dalam waktu 6 bulan lagi, seperti yang sudah diberitakan oleh agensi kami,” ujar Alvaro.

“Kalau soal konsep pernikahan bagaimana? Bisa tolong jelaskan sedikit?” tanya salah satu wartawan.

Kali ini Marsha yang menjawab pertanyaan itu. “Kami ingin konsep pernikahan internasional tapi tetap tekesan simple. Mohon doanya yaa teman-teman semua,” ucap Marsha sambil menoleh pada Alvaro yang berada di sampingnya. Marsha menatap Alvaro dengan seulas senyum lembut. “Kami meminta dukungan, dan semoga pernikahan kami dilancarkan,” tukas Marsha mengakhiri ucapannya.

***

Alvaro dan Marsha memutuskan kembali ke rumah. Hari ini mereka tidak memiliki jadwal pekerjaan, jadi menghabiskan waktu bersama di rumah bersama Gio adalah yang terbaik. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, jadi pasti anak mereka telah kembali dari sekolahnya.

Sebelum pulang ke rumah, Alvaro dan Marsha sempat berbicara dengan para petinggi perusahaan yang menaungi nama mereka. Mereka juga menyaksikan bersama pemberitaan yang mulai naik dan bahkan dengan cepat menjadi trending media konvensional seperti televisi dn berbagai platform sosial media. Diprediksi pernikahan Alvaro dan Marsha akan menjadi pernikahan artis yang menggemparkan jagat hiburan tanah air.

Alvaro dan Marsha memiliki banyak fans yang merestui hubungan mereka dan mendapat banyak dukungan atas rencana pernikahan. Sejauh ini. Rencana yang dibuat oleh agensi rupanya cukup berhasil, isu miring tentang anak angkat Alvaro mulai teralihkan dengan berita pernikahan.

Begitu Range Rover Alvaro sampai di pekarangan rumahnya, seseorang langsung membukakan pintu mobil. Alvaro dan Marsha turun dari mobil dan kedatangannya langsung disambut oleh pemberitahuan dari salah satu bodyguard Alvaro di sana.

Alvaro's house

“Ada tamu yang datang, mereka adalah keluarga Zachary,” jelas lelaki di hadapan Alvaro yang merupakan kepala bodyguard-nya.

Sebelum Aufar mengatakan sesuatu lagi kepada Alvaro, Alvaro lebih dulu melangkah memasuki rumahnya. Dengan langkah lebarnya, Alvaro langsung berjalan menuju ruang tamu. Marsha segera menyusul langkah Alvaro, setelah Aufar memberi kode bahwa kemungkinan akan terjadi sesuatu yang besar. Bagaimana tidak, bertahun-tahun setelah keluarga Zachary mencampakkan Alvaro dan Inggit, kini mereka tiba-tiba datang.

Alvaro's house 2

Ketika langkah Alvaro sampai di ruang tamu, Alvaro mendapati wajah-wajah yang cukup fameliar yang kini tengah berbincang dengan mamanya di sofa. Alvaro berdecih pelan, kemudian disusul sebuah senyum getir yang tersungging di bibirnya.

“Alvaro,” ujar seorang pria paruh baya yang akhirnya menyadari kehadiran Alvaro di sana.

Seketika tatapan para tetua itu mengarah pada Alvaro. Mereka menatap Alvaro dan juga tentunya sosok perempuan di samping Alvaro yang kini tengah tersenyum ramah ke arah mereka.

Alvaro hanya dapat mematung di tempatnya, padahal banyak sekali unek-unek di dalam hatinya yang ingin ia ungkapkan. Alvaro ingin mengatakannya, tapi lidahnya terasa kelu.

Saat Inggit menyuruh Alvaro menyalami kakek dan neneknya serta tante dan omnya, Alvaro pun melakukannya dengan terpaksa. Alvaro yang melihat mamanya mencoba tersenyum, padahal ia tahu bahwa Inggit masih begitu sakit atas perlakuan keluarga papanya di masa lalu, hal tersebut membuat Alvaro ikut merasakan rasa sakit itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya.

Hari ini keluarga Zachary datang dan bersikap seolah mereka adalah sebuah keluarga, dan mereka melupakan apa yang mereka lakukan pada Inggit dan juga Alvaro di masa lalu.

“Alvaro, apa gosip itu benar? Kalau benar kamu memiliki anak, nenek ingin sekali bertemu dengan cicit nenek, apakah boleh?” ujar seorang wanita yang sudah nampak menua sambil menatap Alvaro dengan tatapan penuh harap. Tanpa sadar, kedua tangan Alvaro telah mengepal di kedua sisi tubuhnya.

Alvaro pun hanya mengangguk sekilas. Kemudian Alvaro mengatakan sesuatu kepada Marsha. “Aku ke kamar dulu ya,” ujar Alvaro pelan. Marsha terlihat sedikit bingung, tapi ia membiarkan Alvaro meninggalkan ruang tamu, meninggalkan keluarganya yang baru saja datang berkunjung.

Keluarga Zachary terlihat ramah dan sangat antusias ketika bertanya kepada Marsha mengenai hubungannya dengan Alvaro, serta mengenai kabar tentang anak lelaki yang diduga adalah darah daging Alvaro dan Marsha.

“Sebentar ya Nenek dan Kakek, Marsha panggil Gio ke sini dulu,” ucap Marsha kepada pasangan tetua di hadapannya itu. Sebelum Marsha berlalu dari ruang tamu untuk memanggil Gio, netra Marsha bersitatap dengan Inggit. Dari tatapan Inggit, Marsha dapat melihat luka yang tergambar di kedua matanya, tapi Inggit terlihat berusaha untuk menutupi itu semua dengan sebuah senyuman di wajahnya.

***

Selagi Marsha dan Gio bertemu dan mengobrol dengan keluarga Zachary, Inggit menemui Alvaro di kamarnya. Inggit mengetuk pintu di hadapannya terlebih dulu dan setelah Alvaro membukakannya, Inggit meminta waktu sebentar untuk berbicara dengan putranya itu.

Inggit dan Alvaro duduk bersisian di tepi ranjang di kamar tersebut. Alvaro menundukkan pandangannya dan hanya menatap lantai marmer, ia tidak sanggup melihat mata terluka mamanya.

“Al, Mama nggak pernah ngajarin kamu untuk membenci keluarga papamu,” ucap Inggit, suara wanita itu terdengar sedikit bergetar. Inggit menjeda ucapannya, ia meraih satu tangan Alvaro dan menggenggamnya. “Mama tau, hati kamu masih sangat sakit kalau mengingatnya. Tapi Mama percaya, kamu adalah orang yang berhati besar dan kamu bisa memaafkan mereka.”

Alvaro kemudian menengadahkan kepalanya, ia mempertemukan netranya dengan Inggit. “Untuk apa mereka datang setelah bertahun-tahun, Mah? Alvaro udah maafin mereka sejak lama, tapi Alvaro nggak bisa kalau harus ngeliat Mama ngerasain sakit kayak dulu lagi. Luka itu akan selalu ada Mah, Alvaro tau itu.”

Inggit seketika bungkam karena ucapan putranya. Apa yang dikatakan oleh Alvaro adalah benar. Inggit memang telah memaafkan perlakuan keluarga almarhum suaminya, tapi luka itu selamanya akan tetap membekas di hatinya.

Inggit meminta Alvaro mendengarkan perkataannya dengan seksama. “Al, Mama nggak ingin kamu seperti ini. Sebenarnya Mama nggak papa kalau kita menetap tinggal di Bali aja ketimbang harus pindah ke Jakarta. Tapi waktu kamu bilang ingin balik ke Jakarta, Mama setuju, karena Mama cuma ingin membahagiakan kamu. Meskipun sampai sekarang kamu nggak ingin ngasih tau Mama apa alasan kamu ingin kembali ke Jakarta.”

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Alvaro sedang berada di ruang pribadi yang diperuntukkan khusus untuknya bekerja, tapi Alvaro nampak tidak melakukan apa pun di sana. Terdengar ketukan di pintu ruangan sebanyak dua kali, Alvaro lantas memperbolehkan seseorang di sana untuk masuk.

Pintu pun terbuka dan menampakkan sosok Aufar. Aufar merupakan kepala bodyguard yang telah setia bekerja dengannya sejak Alvaro baru memulai karirnya di dunia akting. Bagi Alvaro, Aufar sudah seperti abangnya sendiri. Meskipun kini Alvaro sudah menjadi lelaki dewasa, bagi Aufar Alvaro tetaplah adiknya yang akan selalu membutuhkannya.

“Sampai sekarang tante Inggit nggak tau alasan lo minta pindah ke Jakarta?” celetuk Aufar setelah menarik kursi di hadapan Alvaro dan menjatuhkan pantatnya di sana.

“Mama nggak perlu tau,” jawab Alvaro. Alvaro tampak berpikir sesaat, kemudian pria itu lanjut berujar, “Lagian setelah gue pikir-pikir, alasan itu nggak terlalu penting.”

“Lo nggak berniat pindah ke Bali lagi aja? Lagian lo sama Marsha udah mau nikah, jadi gue pikir lo udah nggak punya tujuan untuk stay di Jakarta, right?” Aufar menyampaikan pendapatnya kepada Alvaro. Sejauh ini, hanya Aufar yang mengetahui alasan Alvaro ingin kembali ke Jakarta setelah sebelumnya menetap tinggal di Bali. Tujuan awal Alvaro ke Jakarta adalah karena Alvaro ingin mencari sosok gadis dari masa lalunya.

“Gue mau tetap stay di Jakarta aja,” ucap Alvaro setelah beberapa detik lelaki itu terdiam.

“Tapi bukannya lo mau menghindari keluarga almarhum papa lo? Lo juga nggak ingin tante Inggit ngerasain sakit hati lagi kan?” tanya Aufar.

Alvaro lantas mengatakan bahwa menyetujui perkataan Aufar tentang dirinya yang tidak ingin melihat Inggit sakit hati lagi. Jakarta memang telah menorehkan luka yang mendalam kepada Inggit dan Alvaro, dan itu bukanlah hal yang mudah. Namun soal menghindari keluarga almarhum papanya, Alvaro tidak setuju. Alvaro mengatakan pada Aufar bahwa ia telah menyadari, dirinya tidak bisa terus lari dari kenyataan untuk dapat mengobati luka di hatinya. Alvaro harus menghadapinya untuk bisa sepenuhnya memaafkan dan sembuh dari luka itu.

“Tujuan gue di Jakarta bukan untuk cari perempuan itu lagi. Sejak gue ketemu sama Marsha, gue udah janji kalau gue cuma akan mencintai dia. Perempuan itu cuma masa lalu gue, Bang,” terang Alvaro.

“Oke-oke,” ujar Aufar sambil terkekeh pelan.

“Tapi lo masih inget nama lengkapnya,” celetuk Aufar sebelum lelaki itu beranjak dari kursinya karena Alvaro meminta diberi waktu sendiri dulu.

“Iya, gue emang masih inget. Tapi semuanya udah berubah, dan mungkin pun kalau kita ketemu, gue nggak akan ngenalin dia,” jawab Alvaro apa adanya.

Alvaro memang masih mengingat nama lengkap gadis itu. Namun segalanya telah berubah, dan mungkin jika suatu saat mereka tidak sengaja berpapasan, Alvaro tidak akan mengenali atau menyadari keberadaan gadis itu. Gadis itu hanya bagian dari masa lalunya, sosok yang pernah Alvaro kagumi bukan hanya karena kecantikan parasnya, tapi juga karena kecerdasannya saat di Sekolah Dasar.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Saat Sienna lulus dari Sekolah Dasar, ia tidak pernah mendengar kabar mengenai Alvaro. Hanya satu yang Sienna ketahui, setelah ayah Alvaro meninggal dunia, Alvaro dan mamanya pergi dari kota Jakarta. Kemarin Sienna telah memastikan bahwa Alvaro Xander Zachary adalah Alvaro yang sama yang merupakan teman Sekolah Dasarnya. Soal mimpi Sienna di taman bunga mawar, Sienna berharap bahwa mimpinya yang satu itu tidak akan menjadi kenyataan di kemudian hari. Sienna tidak ingin bertemu lagi dengan Alvaro, ataupun memiliki urusan dengan lelaki itu.

Siang ini Sienna sedang berada di rumahnya. Satu harian ini Sienna dapat bersantai karena tidak ada appointment makeup atau makeup class yang harus diampu olehnya. Saat Sienna sampai di ruang keluarga di rumahnya dan meletakkan piring berisi potongan mangga di atas meja, di sana para anggotanya juga tengah menikmati waktu santai di hari Sabtu ini. Ada papa dan mamanya, serta adik lelakinya yang tengah menonton sebuah tayangan televisi.

Adik lelaki Sienna mengambil piring yang bawa Sienna dan langsung menikmati buah mangga yang dingin dan manis itu menggunakan sebuah garpu. Biasanya Sienna akan badmood kalau makanann kesukaannya diserobot oleh orang lain sebelum ia mencicipinya, tapi kali ini rupanya tidak. Sienna justru fokus pada tayangan berita selebriti yang disetel oleh mamanya. Saat Sienna meminta untuk mengganti channel-nya, mamanya menahan remotenya karena beliau masih ingin menonton acara itu.

“Mama jangan kebanyakan nonton gosip. Gosip tuh nggak bener,” cetus Sienna.

Renata seketika mendelik kepada putrinya. “Biarin dong, Mama kan mau nonton gosip. Lagi seru nih, Mama kepo ini gosipnya emang bener atau enggak,” ujar Renata.

“Kak, gosip itu sebenarnya adalah fakta yang tertunda. Ini emang seru sih gosipnya, gue liat kemarin sempet trending juga di twitter. Lagian ya, artis tuh banyak banget sih tingkahnya, heran gue. Segala punya anak di luar nikah lah, terus diakuin anak angkat, kok kayak bejat banget ya kelakukannya,” cerocos Christo, adik laki-laki Sienna.

Sienna tidak lagi ikut nimbrung pembicaraan itu dan memutuskan perfi dari sana. Christo keheranan melihat kakaknya yang tiba-tiba beranjak dari ruang tamu, bahkan meninggalkan mangganya begitu saja dan menyuruh Christo untuk menghabiskannya.

“Pah,” ujar Renata kepada suaminya yang duduk di sampingnya. Saat layar TV menampilkan iklan, Renata baru mengalihkan fokusnya pada hal lain, karena sebelumnya fokusnya hanya terarah pada layar datar itu saja.

“Kenapa Mah?” Fabio balas bertanya menanggapi istrinya.

“Papa inget nggak sih, dulu ada temen SDnya Sienna yang namanya Alvaro.”

“Yang mana sih Mah? Papa nggak ingat tuh,” ujar Fabio.

“Yang anaknya ganteng, yang dulu pipinya chubby banget. Tapi kalau Mama inget-inget lagi, wajahnya mirip deh Pah sama aktor kesukaan Mama. Namanya juga mirip, sama-sama Alvaro. Jangan-jangan mereka orang yang sama Pah, kita tanya Sienna aja gimana?” celoteh Renata.

“Biar Christo yang tanya aja Mah,” celetuk Christo yang langsung bangkit dari duduknya. Christo nampak bersemangat dan lelaki itu segera berjalan menuju kamar Sienna. Namun beberpa saat kemudian, hanya angin kosong yang didapatkan oleh Christo.

“Gimana kata kakak kamu? Bener nggak?” Renata bertanya pada Christo ketika anak lelakinya itu telah kembali ke ruang keluarga.

“Kakak nggak mau jawab Mah. Aku malah diomelin, aneh banget sih tu orang,” sungut Christo dengan wajah masamnya.

“Yah, padahal kalau bener kan Mama mau minta tolong kakak kamu buat mintain tanda tangannya Alvaro. Atau kalau bisa, Mama mau ketemu gitu, mau minta foto bareng,” ujar Renata.

“Nggak bisa lah, Mah. Lagian kalaupun bener, kakak kan cuma temen SDnya Alvaro, Alvaro juga udah lupa kali sama dia. Nanti kalau minta tanda tangan malah kakak dianggep sok akrab lagi,” ujar Fabio yang lantas mau tidak mau dibenarkan juga perkataannya oleh Renata.

Keinginan Renata sepertinya memang terlalu jauh untuk bertemu dengan artis idolanya itu, Gosip kurang enak yang beredar soal idolanya, tidak serta merta membuat Renata langsung berhenti mengidolakan sosok Alvaro Zachary, sang aktor laga yang menurutnya sangat keren itu.

“Mah, Mama mau ke mana?” tanya Christo begitu melihat Renata beranjak dari sofa.

“Mama mau tanya ke kakak kamu. Mama juga akan pastiin, gosip Alvaro itu bener atau enggak. Mama yakin Alvaro laki-laki yang baik, nggak mungkin lah dia hamilin pacarnya.”

Christo dan Fabio akhirnya hanya bisa pasrah dengan tingkah Renata. Mereka sekarang benar-benar sadar bahwa ternyata begitu besar dampak yang diberikan seorang public figure terhadap fansnya, itu sudah seperti sebuah doktrin, dan begitulah kenyataan yang ada.

***

Saat hari baru saja beranjak sore dan Alvaro sedang bersantai di halaman belakang rumahnya yang luas, waktu indahnya tiba-tiba harus diganggu oleh sebuah panggilan telfon. Jika saja panggilan tersebut bukan dari orang yang penting baginya, Alvaro bersumpah tidak akan mengangkatnya.

“Hai kak Nat? Ada apa kak?” ujar Alvaro ditelfon dengan nada suara yang terdengar ramah.

Alvaro lantas mendengarkan ucapan orang di seberang telfon itu dengan seksama. Jika sebelumnya Alvaro menyandarkan punggungnya di kursi, kini pria itu langsung bangun dari posisinya setelah mendengar apa yang dijelaskan oleh Natalie.

“Okey kak Nat, gue on the way ke kantor deh sekarang. Pak Parvez masih di sana kan?” Setelah Alvaro mengatakan itu, sambungan telfon pun dimatikan. Alvaro sedikit berdecak sambil melangkah memasuki rumahnya. Ketika melewati Inggit dan Gio yang sedang berada di ruang keluarga, mama dan anaknya itu menanyakan ke mana Alvaro akan pergi. Pasalnya hari ini Alvaro telah mengatakan bahwa ia tidak punya jadwal apa pun.

“Alvaro mau ke kantor dulu Mah, ada urusan penting yang mendadak banget,” ujar Alvaro memberitahu Inggit.

Inggit segera mengiyakannya. Inggit seperti sudah tahu apa yang harus Alvaro urus tanpa Alvaro mengatakannya. Itu sudah pasti tentang gosip tidak sedap yang beredar di media mengenai Alvaro, Marsha, dan Gio. “Al, kamu hati-hati. Kalau ada apa-apa, cepet kabarin Mama,” ucap Inggit sebelum Alvaro benar-benar melenggang pergi.

***

Film The Last Mission akan tayang di layar lebar beberapa bulan lagi. Film tersebut telah berhasil mengundang antusias yang luar biasa dari para penikmat film. Terlebih aktor yang akan membintangi film tersebut adalah aktor yang sudah terkenal akan kemampuan beraktingnya yang baik.

Alvaro Zachary, sang bintang utama yang akan memerankan karakter utama di The Last Mission, adalah sosok memiliki nama yang cukup besar sebagai aktor laga. Setiap film yang dibintangi Alvaro selalu dinantikan dan berakhir meledak di pasaran ketika tayang, bahkan berhasil mencapai jutaan penonton dalam waktu tayang yang masih bisa dibilang sebentar.

Promosi dari rumah produksi telah banyak dilakukan untuk membuat masyarakat semakin tertarik terhadap The Last Mission. Selain itu dalam menjalankan sebuah promosi, memakan dana yang jumlahnya tidak sedikit. Jadi ketika ada isu tidak sedap beredar mengenai sang aktor, pihak entertainment harus segera berdiskusi untuk mencari jalan keluar dari masalah yang muncul.

“Kemarin nama lo sempat trending di twitter. Nggak cuma itu, muncul hashtag yang mendukung untuk memboikot The Last Mission, padahal belum ada bukti yang bisa membenarkan gosip tentang lo itu,” jelas Natalie yang merupakan executive producer dari film yang dibintangi oleh Alvaro.

Di hadapan Natalie dan Parvez, kini sudah ada Alvaro dan juga managernya, Ila.

“Sebelumnya saya udah sempat diskusi sama Natalie dan kuasa hukum agensi kita, soal solusi yang mungkin bisa kita lakukan untuk mengalihkan isu ini. Film kamu sebentar lagi akan tayang, kita harus menjaga nama baik kamu,” Parvez yang merupakan CEO dari IMD Pictures pun menjelaskan kepada Alvaro. Mereka memanggil Alvaro ke kantor karena ingin mendiskusikan solusi tersebut.

“Bagaimana Pak kira-kira solusinya? Kalau bagi saya, selama solusi itu tidak akan berdampak buruk untuk Marsha dan Gio, saya akan setuju,” ujar Alvaro. Perusahaan yang sama yang menaungi Alvaro dan Marsha jelas sudah tahu mengenai identitas Gio, bahwa anak laki-laki yang kini sudah berusia 6 tahun tersebut adalah anak kandung Alvaro dan Marsha. Selama ini, perusahaan selalu mencari cara dan menempuh segala upaya guna menyembunyikan hal itu demi kelangsungan karir kedua selebriti papan atas tersebut.

Ila kemudian menjelaskan pada Alvaro soal usulan yang sebelumnya telah disampaikan Natalie kepadanya. Setelah mendengarnya, Alvaro pun tidak lama-lama membuat sebuah keputusan.

“Kalau begitu, saya setuju untuk memajukan tanggal pernikahan saya dengan Marsha,” ujar Alvaro.

Sebelumnya usulan tersebut sudah dipikirkan oleh pihak agensi secara matang. Diyakini saat mereka mengeluarkan berita tentang tanggal pernikahan Alvaro dan Marsha, publik akan teralihkan perhatiannya dari isu miring soal anak angkat Alvaro. Publik akan lebih fokus pada kabar pernikahan kedua artis yang kerap kali mendapat julukan sebagai couple goals itu.

“Oke, saya harus pamit duluan. Good luck untuk gala premiere dua minggu lagi. Saya selalu yakin sama kemampuan akting kamu, agensi ini sangat beruntung memiliki kamu Alvaro,” ujar Parvez sebelum beliau pamit lebih dulu dari sana.

Di ruangan itu kini hanya tersisa Alvaro dan Natalie. Alvaro meminta Ila menunggunya di bawah selagi ia berbicara sebentar dengan Natalie. “Sorry Kak Nat, gue harus nanya ini. Gue penasaran, kenapa agensi yakin banget kalau kita bisa alihin isu dengan mempercepat pernikahan gue sama Marsha. Kalau justru kecaman publik malah makin menjadi, gimana?” tanya Alvaro.

“Kita lihat aja nanti,” ujar Natalie. Natalie memicingkan matanya, lalu perempuan itu berujar lagi, “Gosip kemarin memang melahirkan haters-haters baru buat lo dan Marsha, tapi jangan lupa juga sama pendukung yang cukup fanatik terhadap hubungan kalian. Masyarakat itu gampang tersentuh sama hal-hal klise, apalagi soal kehidupan percintaan artisnya. Menurut sebagian besar mereka, pernikahan itu sesuatu yang meaningful. Dengan lo sama Marsha came up soal tanggal pernikahan, agensi yakin berita itu bisa menyentuh sisi emosional mereka dan akhirnya mereka ngelupain rumor nggak enak itu.”

Alvaro pun mengangguk-angguk mengerti setelah mendengarkan penjelasan Natalie. Kalau dipikir, itu memang masuk akal.

“Ini akan berhasil, bahkan bisa jauh lebih bagus untuk karir lo dan Marsha ke depannya,” ucap Natalie.

“Ohya? Lebih bagus gimana maksud Kak Nat?” tanya Alvaro.

“Pernikahan lo sama Marsha bisa jadi sesuatu yang menjual untuk nama kalian ke depannya. Dengan satu syarat, setelah menikah, lo maupun Marsha nggak berniat membuat gosip yang bisa menghancurkan pernikahan kalian sendiri. Gue harap lo sama Marsha bisa paham, kalau sekecil apa pun tentang kalian itu bisa jadi keberuntungan maupun sebaliknya, bisa jadi bencana. So, be careful with everything.” Setelah mengatakannya, Natalie bangkit dari kursinya dan ia menepuk pundak Alvaro sekali, sebelum akhirnya berlalu lebih dulu meninggalkan Alvaro di ruangan itu.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sesi pemotretan di studio itu telah berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Brand dengan produk parfum luxury yang beraroma manis tersebut mengusung tema pemotretan simpel, elegan, dan seksi. Selain itu, sesuai dengan nama produknya yakni ‘Eternity’, pose model yang dipotret pun akan menggambarkan keabadian cinta yang tidak lekang oleh waktu.

Setelah mendapatkan beberapa hasil foto, tim fotografer nampak sangat puas dengan hasil jepretan mereka. Bahkan mereka langsung mencoba mengedit hasil foto tersebut karena tidak sabar melihat hasilnya setelah diberi copy yang merupakan merek produk. Hasil fotonya terlihat sempurna, mulai dari chesmistry model, ekspresi wajah, serta pose yang sangat sesuai dengan tema, semua itu sukses mengundang applause dari semua crew yang ada di sana.

Foto ada yang berlatarkan di ruang tamu, ada yang menggunakan green screen yang nantinya akan diedit dengan latar pemandangan di pantai, serta yang terakhir adalah berlatarkan di atas kasur.

Sesi foto yang terakhir, Alvaro dan Marsha akan mengambil potret di atas kasur. Setelah mengganti pakaian untuk sesi selanjutnya, Marsha kini tengah merebahkan dirinya di ranjang terlebih dulu, baru setelah itu Alvaro menyusulnya. Dua orang pengarah gaya pun membantu mengatur pose untuk Alvaro dan Marsha.

Marsha diminta untuk memasang ekspresi wajah fierce, tatapannya harus tajam memicing dan mengarah ke kamera. Sementara Alvaro diminta untuk merebahkan kepalanya di atas perut Marsha dan menatap ke arah Marsha dengan ekspresi lembut dan mesra.

Usai kamera mengambil beberapa potret mereka, Marsha dengan cepat mengubah ekspresinya ketika netranya bersinggungan dengan Alvaro. Marsha lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut sisi kanan wajah Alvaro. “Kamu baru aja selesai shooting langsung pemotretan ke sini, emangnya nggak cape?” tanya Marsha dengan pandangannya yang tidak lepas menatap wajah lelah Alvaro.

Alvaro menggeleng, membuat kedua alis Marsha seketika bertaut. “Aku harus ambil job photoshoot ini, karena kalau engga …” Alvaro menggantung ucapannya, pria itu menatap Marsha dengan tatapan menggoda.

“Kalau engga apa?” tanya Marsha yang terlihat bingung.

“Kalau engga … nanti kamu pemotretan sama aktor atau model laki-laki selain aku. Kamu liat, konsepnya intim banget kayak gini, nanti aku bsia cemburu” tutur Alvaro blak-blakan. Marsha yang mendapati ujaran itu untuknya, tidak lagi mampu menahan senyuman di wajahnya.

“Dasar kamu,” Marsha pun tertawa pelan, lalu perempuan itu bangkit dari posisinya. Alvaro masih di posisi rebahannya, tapi kedua matanya tidak lepas memandang ke arah Marsha, menatap setiap pergerakan perempuan itu. Marsha kini tengah dibantu oleh asistennya untuk melepaskan aksesoris di tubuhnya, lalu asistennya yang lain mengambilkan pakaian ganti untuknya.

Pemotretan hari ini telah selesai, model yang bekerja sudah diperbolehkan untuk rapi-rapi dan berkemas. Ketika Marsha sudah selesai berganti pakaian, perempuan itu melenggang menghampiri Alvaro di ruangan yang diperuntukkan khusus untuk lelaki itu. Di sana Alvaro sedang dibantu untuk memberishkan makeup di wajahnya. Tiba-tiba Alvaro meminta Marsha yang melakukannya. Jadi akhirnya Marsha meminta kepada asisten itu untuk meninggalkannya bersama Alvaro di sana.

Tersisa Marsha dan Alvaro di ruangan itu. Saat Marsha mengusapkan kapas ke wajah Alvaro, pria itu menghela pinggang Marsha untuk mendekat.

“Al, sebentar dulu, aku mau bersihin makeup kamu,” ujar Marsha meminta Alvaro berhenti menyentuhnya karena ia jadi kesulitan melakukan kegiatannya.

I want to hug you. I missed you so bad, dari kemarin kita sama-sama sibuk untuk kerjaan,” ucap Alvaro seraya mendongakkan wajahnya dan menatap Marsha lekat-lekat.

I missed you too,” balas Marsha.

“Nanti kamu pulang ke rumah aku kan? It’s a Saturday night, and it’s the time for our family, right?”

“Iya, malam ini aku pulang ke rumah kamu. Kerjaan aku udah beres semua, jadi malam ini kita bisa habisin waktu bertiga. Kamu, aku, dan Gio.” Marsha mengulaskan senyum lebarnya, ia telah selesai membersihkan makeup di wajah Alvaro.

Senyum Alvaro otomatis terulas juga. Rasanya hidup Alvaro begitu sempurna di usianya yang menginjak angka 25 tahun ini. Alvaro telah memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Giorgino Gavi Zachary serta seorang kekasih yang begitu mencintainya, yakni Marsha Iliana Tengker. Alvaro dapat menikmati hidupnya. Kesuksesan karir dan orang-orang di sekitarnya yang menyayanginya, berhasil melengkapi hidup Alvaro. Ditambah lagi ia dan Marsha sudah merencanakan sebuah pernikahan.

Ketika netra Alvaro dan Marsha saling mengunci, dengan jarak keduanya yang tersisa sangat minim, mereka lantas sama-sama mendekatkan diri dan sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun saat tersisa 2 centi lagi jarak di antara mereka, sebuah suara menginterupsi keduanya. Alvaro dan Marsha cepat-cepat menarik kembali tubuh mereka.

“Mama! Papa!” seruan itu terdengar bersamaan dengan seorang anak laki-laki yang melenggang memasuki ruangan itu.

Alvaro dan Marsha nampak sedikit terkejut mendapati keberadaan anak mereka. Kemudian kehadiran Gio disusul oleh kehadiran Gina, suster yang bertugas menjaga anak mereka. Gina pun menjelaskan pada Alvaro dan Marsha kalau tadi Gio meminta menyusul ke tempat kerja papa dan mamanya. Jadilah tiba-tiba Gio datang ke sini tanpa sepengetahuan Alvaro maupun Marsha. Setelah menjelaskannya, Gina pamit berlalu dari ruangan itu, meninggalkan Gio bersama dengan kedua orang tuanya.

“Gio, kamu harus izin dulu sama Papa kalau mau nyusul,” tutur Alvaro pada anaknya. Gio terlihat mencebikkan bibirnya, anak itu tahu bahwa papanya tengah marah padanya. Gio pun langsung menghambur pada Marsha dan memeluk pinggang ibunya, menyembunyikan wajahnya di pelukan Marsha.

Marsha dengan lembut menasehati anaknya, ia balas memeluk tubuh kecil Gio dengan kedua lengannya. “Gio sayang, lain kali boleh kok kalau mau nyusul Mama dan Papa ke tempat kerja. Tapi Gio harus izin dulu ya,” ujar Marsha.

“Kenapa Gio harus izin? Kan Gio cuma pengen ketemu Papa sama Mama, emangnya nggak boleh?” celetuk bocah itu.

“Karena Papa sama Mama lagi kerja, ini tempat kerja, bukan tempat bermain. Jadi kalau Gio mau nyusul, harus kasih tau Papa atau Mama dulu, oke?” ujar Marsha lagi. Gio akhirnya mengangguk setuju dan akan melakukan apa yang dikatakan Marsha di lain kesempatan. Alvaro nampak menghembuskan napasnya, ia jadi merasa bersalah karena tadi sempat mengomeli anaknya dan nada bicaranya memang terdengar agak tinggi.

“Gio sayang, maafin Papa ya. Tadi Papa udah marahin Gio,” ucap Alvaro. Beberapa detik setelah ucapan Alvaro, Gio menoleh ke arah Alvaro. Gio masih memeluk Marsha, anak lelaki itu menatap Alvaro dengan kedua mata yang nampak berkaca-kaca.

“Maafin Papa ya?” ulang Alvaro lagi.

“Ada syaratnya kalau Papa mau dimaafin,” celetuk Gio.

“Oke,” Alvaro menghembuskan napasnya. “Apa syaratnya?” Begitulah Alvaro, pria itu akan mudah luluh terhadap apa pun yang menyangkut soal Gio.

“Syaratnya malam ini Gio mau main sama Papa dan Mama sampai jam 10,” ujar Gio.

“Malem banget itu, Sayang. Emangnya Gio mau main apa, Nak?” tanya Marsha.

“Oke, nggak masalah. Sampe jam 10 aja kan?” Alvaro justru langsung mengiyakan, membuat Marsha mengernyit menatap Alvaro. “Sayang, tapi itu malem banget lho,” ujar Marsha.

Ucapan Marsha seolah hanya angin lalu, Alvaro tidak mau mendengarnya.

“Gio, papa kan baru selesai syuting sama pemotretan hari ini, Papanya cape lho Nak kalau main sampai jam 10,” Marsha berujar lagi.

“Gio mau main robot-robotan, mobil-mobilan, terus nonton film. Kan kemarin Papa udah janji sama Gio,” cerocos anak lelaki itu yang tetap pada pendiriannya.

“Oke, Papa akan turutin mau kamu. Tapi kamu maafin Papa ya?” Alvaro mengulurkan tangannya dan kemudian dengan cepat Gio menyambutnya. Mereka berjabatan tangan sebagai tanda kalau Gio telah memaafkan papanya.

Marsha yang melihat kejadian itu di depannya tidak lagi merasa heran. Alvaro memang sangat mencintai anaknya, apa pun itu demi Gio, Alvaro akan selalu mengusahakannya. Terlebih Alvaro dan Marsha memang kurang memiliki waktu untuk Gio, jadi saat mereka free dari pekerjaan, sebisa mungkin Alvaro dan Marsha akan meluangkan waktu untuk buah hati mereka.

***

Jam dinding di ruang keluarga itu tengah menunjukkan pukul 5 waktu sore hari. Terlihat Alvaro, Marsha, dan Gio tengah bermain bersama di sana. Gio menggunakan topeng superhero favoritnya dan Alvaro menggunakan topeng karakter yang merupakan villain dari superhero itu. Masing-masing mereka memegang senjata bohongan di tangan, dan misi Gio kali ini adalah menyelamatkan Marsha yang berperan sebagai tokoh perempuan dari sergapannya sang villain yang diperankan oleh Alvaro.

“MJ, you are safe with me now,” ucap Gio sambil pergelangan meraih tangan Marsha dan membawanya pergi bersamanya.

Gio tampak senang karena ia telah menang dari Alvaro. Alvaro berakting seolah ia kalah sungguhan, pria itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan mengerang kesakitan sambil memegang dadanya.

Marsha yang melihat akting Alvaro tidak lagi kuasa menahan tawanya. Akting Alvaro memang patut diacungi jempol. Seolah berakting sungguhan, Alvaro melakukannya dengan sangat baik dan natural. Alvaro pun dapat menjadi sosok yang sangat konyol hanya demi menyenangkan Gio.

“Peter Parker, wait for my revenge. Just wait for it,” ucap Alvaro dan setelah itu ia bangkit dari posisi tidurannya. Drama kecil-kecilan itu pun berakhir sampai di sana. Kemudian Alvaro, Marsha, dan Gio bersamaan membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih, seolah-olah di depan mereka ada ribuan menonton yang tengah menyaksikan drama itu.

“Habis ini udahan ya, Nak? Kamu udah capek tuh, sampai keringetan gini,” ujar Marsha seraya meraih Gio dan mengusap pelipis anaknya.

“Sayang, aku juga keringetan lho. Gio aja nih yang diusapin?” celetuk Alvaro sembari mencebikkan bibirnya.

Marsha lalu bergerak untuk mengusap pelipis Alvaro juga. “Selalu deh kamu, nggak mau kalah sama anaknya. Kalian tunggu sini sebentar, Mama ambilin minum dulu.” Setelah itu Marsha melenggang dari ruang keluarga menuju dapur.

“Papa, it’s time to watch a movie. Papa di situ aja, biar Gio yang nyalain TV,” ujar Gio.

Alvaro pun memperbolehkan Gio menyalakan TV sendiri dan mengatur setting untuk memutar film yang akan mereka tonton. Alvaro masih duduk di sofa dan memperhatikan Gio yang tengah menyalakan TV, sampai pada saat layar kaca di hadapan mereka menampilkan sebuah acara gosip, Alvaro segera meraih remote dari tangan Gio dan mematikan TV belayar datar itu.

“Papa, kenapa di matiin? Tadi ada Papa sama Mama di TV, Gio mau liat dulu sebentar,” ucap Gio kepada Alvaro.

Alvaro tidak dapat membalas ucapan Gio karena ia juga kebingungan untuk menjelaskannya. Pasalnya acara gosip itu menayangkan berita kurang baik tentang dirinya, Marsha, dan juga Gio. Alvaro tidak akan membiarkan anaknya menyaksikan berita itu. Cukup Alvaro dan Marsha saja yang akan mendengarnya, tidak dengan anak mereka.

Ditengah-tengah keterdiaman Alvaro itu, Marsha kembali ke ruang keuarga. Marsha meletakkan dua gelas yang dibawanya di meja lalu ia bertanya pada Alvaro. “Al, kenapa?”

Alvaro menggeleng menjawab pertanyaan Marsha. Kemudian Alvaro beralih pada Gio dan mengajak anaknya untuk melakukan hal lain selain menonton film di TV. Marsha yang kebingungan lantas mengikuti langkah Alvaro dan Gio. Mereka melenggang menuju ruang belajar, untungnya Gio mau menurut ketika Alvaro mengajaknya bermain komputer ketimbang menonton film.

Selagi Alvaro dan Gio bermain game di komputer, Marsha melenggang keluar dari ruang belajar itu. Marsha lantas mengambil ponselnya dan mengecek sesuatu di sana. Ia ingin memastikan dugaannya, bahwa ada gosip kurang sedap yang berhembus di media, mengenai dirinya dan Alvaro. Sikap Alvaro yang tadi tiba-tiba berubah, membuat Marsha berpikir bahwa ada sesuatu di TV yang akhirnya membuat Alvaro tidak memperbolehkan Gio untuk menonton TV.

Rupanya benar saja, ada berita soal Alvaro, Marsha, dan Gio dan berita tersebut telah ramai menjadi perbincangan di media sosial. Inti dari berita itu adalah tentang publik yang mencurigai identitas Gio yang sebenarnya. Headline berita tersebut berbunyi “Alvaro Zachary : Aktor Laga dengan Bayaran Tertinggi di Tahun 2022, diduga memiliki anak di luar pernikahan dengan kekasihnya, Marsha Iliana Tengker”.

Pada awal kalimat di deskripsi berita, dituliskan bahwa anak yang diakui Alvaro sebagai anak angkatnya yang diadopsi sejak bayi, mendapat dugaan bahawa sebenarnya anak itu adalah anak kandung Alvaro dan Marsha yang telah dipalsukan identitasnya.

Alvaro memang mengakui Gio sebagai anak angkat yang pria itu adopsi dari sebuah panti asuhan milik keluarganya. Namun karena Gio memiliki wajah yang mirip dengan Marsha dan sedikit juga mirip dengan Alvaro, menimbulkan rumor tidak sedap bahwa Gio adalah anak hasil hubungan di luar nikah antara Alvaro dan Marsha. Selain itu, ada berita juga tentang Marsha yang sempat vakum dari dunia hiburan selama kurang lebih 1 tahun, jadi itu adalah faktor yang juga ikut memperkuat dugaan bahwa Gio sebenarnya adalah anak kandung Alvaro dan Marsha.

Kegiatan Marsha membaca berita terinterupsi karena Alvaro yang tiba-tiba menghampirinya.

Marsha lantas bertanya pada Alvaro, “Kamu nggak temenin Gio main game?”

“Gio mau main sendiri katanya, udah jago anak kita,” ujar Alvaro.

Kemudian Alvaro yang melihat apa yang sedang dibuka oleh Marsha di ponselnya, segera bergerak mengambil alih benda itu. Alvaro membaca headline berita yang tertulis di sana, tapi tidak lama ia kemudian meletakkan ponsel itu di meja. Alvaro tidak membiarkan Marsha membaca artikelnya semakin jauh.

Alvaro menatap Marsha, kemudian ia berujar, “Itu cuma rumor dan nggak ada bukti yang jelas untuk mengungkap itu. Nggak usah terlalu kamu pikirin, oke? Aku pastiin Gio nggak akan sampai dengar berita itu.”

Marsha pun mengangguk mengiyakan ucapan Alvaro.

Barusan Marsha memang mengkhawatirkan berita yang muncul itu. Entah dari mana media bisa menyambungkan benang-benang merah yang sebenarnya memang merupakan kebenaran yang sesungguhnya. Marsha dan Alvaro memang menyembunyikan kenyataan itu selama 7 tahun belakangan. Mereka terpaksa menyembunyikan fakta bahwa anak laki-laki yang diketahui publik adalah anak angkat Alvaro, sebenarnya adalah anak hasil hubungan Alvaro dengan Marsha 7 tahun yang lalu.

7 tahun yang lalu, Marsha hamil dan sempat ingin menggugurkan kandungannya, tapi Alvaro mencegahnya. Saat tahu mereka punya anak, karir Alvaro sebagai aktor dan Marsha sebagai aktris baru saja naik daun, jadi mereka harus memikirkan cara untuk mempertahankan anak mereka, tapi tetap menjaga nama baik sebagai seorang public figure. Memiliki anak di luar pernikahan adalah hal yang pada saat itu masih sangat tabu, jadi Alvaro dan Marsha berpikir bahwa sousi itu adalah yang terbaik.

Setelah mereka sepakat, akhirnya Marsha mengasingkan diri dan benar-benar tidak terlihat di dunia hiburan. Sampai akhirnya 9 bulan kemudian Marsha melahirkan seorang bayi lak-laki. Sejak Gio masih bayi, anak lelaki itu dibesarkan oleh Alvaro dan keluarganya. Gio diakui sebagai anak angkat Alvaro, dengan tujuan untuk menutupi perbuatan Alvaro dan Marsha di masa lalu.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sesi pemotretan di studio itu telah berlangsung selama kurang lebih 1 jam. Brand dengan produk parfum luxury yang beraroma manis tersebut mengusung tema pemotretan simpel, elegan, dan seksi. Selain itu, sesuai dengan nama produknya yakni ‘Eternity’, pose model yang dipotret pun akan menggambarkan keabadian cinta yang tidak lekang oleh waktu.

Setelah mendapatkan beberapa hasil foto, tim fotografer nampak sangat puas dengan hasil jepretan mereka. Bahkan mereka langsung mencoba mengedit hasil foto tersebut karena tidak sabar melihat hasilnya setelah diberi copy yang merupakan merek produk. Hasil fotonya terlihat sempurna, mulai dari chesmistry model, ekspresi wajah, serta pose yang sangat sesuai dengan tema, semua itu sukses mengundang applause dari semua crew yang ada di sana.

Foto ada yang berlatarkan di ruang tamu, ada yang menggunakan green screen yang nantinya akan diedit dengan latar pemandangan di pantai, serta yang terakhir adalah berlatarkan di atas kasur.

Sesi foto yang terakhir, Alvaro dan Marsha akan mengambil potret di atas kasur. Setelah mengganti pakaian untuk sesi selanjutnya, Marsha kini tengah merebahkan dirinya di ranjang terlebih dulu, baru setelah itu Alvaro menyusulnya. Dua orang pengarah gaya pun membantu mengatur pose untuk Alvaro dan Marsha.

Sesi photoshoot

Marsha diminta untuk memasang ekspresi wajah fierce, tatapannya harus tajam memicing dan mengarah ke kamera. Sementara Alvaro diminta untuk merebahkan kepalanya di atas perut Marsha dan menatap ke arah Marsha dengan ekspresi lembut dan mesra.

Usai kamera mengambil beberapa potret mereka, Marsha dengan cepat mengubah ekspresinya ketika netranya bersinggungan dengan Alvaro. Marsha lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut sisi kanan wajah Alvaro. “Kamu baru aja selesai shooting langsung pemotretan ke sini, emangnya nggak cape?” tanya Marsha dengan pandangannya yang tidak lepas menatap wajah lelah Alvaro.

Alvaro menggeleng, membuat kedua alis Marsha seketika bertaut. “Aku harus ambil job photoshoot ini, karena kalau engga …” Alvaro menggantung ucapannya, pria itu menatap Marsha dengan tatapan menggoda.

“Kalau engga apa?” tanya Marsha yang terlihat bingung.

“Kalau engga … nanti kamu pemotretan sama aktor atau model laki-laki selain aku. Kamu liat, konsepnya intim banget kayak gini, nanti aku bsia cemburu” tutur Alvaro blak-blakan. Marsha yang mendapati ujaran itu untuknya, tidak lagi mampu menahan senyuman di wajahnya.

“Dasar kamu,” Marsha pun tertawa pelan, lalu perempuan itu bangkit dari posisinya. Alvaro masih di posisi rebahannya, tapi kedua matanya tidak lepas memandang ke arah Marsha, menatap setiap pergerakan perempuan itu. Marsha kini tengah dibantu oleh asistennya untuk melepaskan aksesoris di tubuhnya, lalu asistennya yang lain mengambilkan pakaian ganti untuknya.

Pemotretan hari ini telah selesai, model yang bekerja sudah diperbolehkan untuk rapi-rapi dan berkemas. Ketika Marsha sudah selesai berganti pakaian, perempuan itu melenggang menghampiri Alvaro di ruangan yang diperuntukkan khusus untuk lelaki itu. Di sana Alvaro sedang dibantu untuk memberishkan makeup di wajahnya. Tiba-tiba Alvaro meminta Marsha yang melakukannya. Jadi akhirnya Marsha meminta kepada asisten itu untuk meninggalkannya bersama Alvaro di sana.

Tersisa Marsha dan Alvaro di ruangan itu. Saat Marsha mengusapkan kapas ke wajah Alvaro, pria itu menghela pinggang Marsha untuk mendekat.

“Al, sebentar dulu, aku mau bersihin makeup kamu,” ujar Marsha meminta Alvaro berhenti menyentuhnya karena ia jadi kesulitan melakukan kegiatannya.

I want to hug you. I missed you so bad, dari kemarin kita sama-sama sibuk untuk kerjaan,” ucap Alvaro seraya mendongakkan wajahnya dan menatap Marsha lekat-lekat.

I missed you too,” balas Marsha.

“Nanti kamu pulang ke rumah aku kan? It’s a Saturday night, and it’s the time for our family, right?”

“Iya, malam ini aku pulang ke rumah kamu. Kerjaan aku udah beres semua, jadi malam ini kita bisa habisin waktu bertiga. Kamu, aku, dan Gio.” Marsha mengulaskan senyum lebarnya, ia telah selesai membersihkan makeup di wajah Alvaro.

Senyum Alvaro otomatis terulas juga. Rasanya hidup Alvaro begitu sempurna di usianya yang menginjak angka 25 tahun ini. Alvaro telah memiliki seorang anak laki-laki yang diberi nama Giorgino Gavi Zachary serta seorang kekasih yang begitu mencintainya, yakni Marsha Iliana Tengker. Alvaro dapat menikmati hidupnya. Kesuksesan karir dan orang-orang di sekitarnya yang menyayanginya, berhasil melengkapi hidup Alvaro. Ditambah lagi ia dan Marsha sudah merencanakan sebuah pernikahan.

Ketika netra Alvaro dan Marsha saling mengunci, dengan jarak keduanya yang tersisa sangat minim, mereka lantas sama-sama mendekatkan diri dan sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun saat tersisa 2 centi lagi jarak di antara mereka, sebuah suara menginterupsi keduanya. Alvaro dan Marsha cepat-cepat menarik kembali tubuh mereka.

“Mama! Papa!” seruan itu terdengar bersamaan dengan seorang anak laki-laki yang melenggang memasuki ruangan itu.

Alvaro dan Marsha nampak sedikit terkejut mendapati keberadaan anak mereka. Kemudian kehadiran Gio disusul oleh kehadiran Gina, suster yang bertugas menjaga anak mereka. Gina pun menjelaskan pada Alvaro dan Marsha kalau tadi Gio meminta menyusul ke tempat kerja papa dan mamanya. Jadilah tiba-tiba Gio datang ke sini tanpa sepengetahuan Alvaro maupun Marsha. Setelah menjelaskannya, Gina pamit berlalu dari ruangan itu, meninggalkan Gio bersama dengan kedua orang tuanya.

“Gio, kamu harus izin dulu sama Papa kalau mau nyusul,” tutur Alvaro pada anaknya. Gio terlihat mencebikkan bibirnya, anak itu tahu bahwa papanya tengah marah padanya. Gio pun langsung menghambur pada Marsha dan memeluk pinggang ibunya, menyembunyikan wajahnya di pelukan Marsha.

Marsha dengan lembut menasehati anaknya, ia balas memeluk tubuh kecil Gio dengan kedua lengannya. “Gio sayang, lain kali boleh kok kalau mau nyusul Mama dan Papa ke tempat kerja. Tapi Gio harus izin dulu ya,” ujar Marsha.

“Kenapa Gio harus izin? Kan Gio cuma pengen ketemu Papa sama Mama, emangnya nggak boleh?” celetuk bocah itu.

“Karena Papa sama Mama lagi kerja, ini tempat kerja, bukan tempat bermain. Jadi kalau Gio mau nyusul, harus kasih tau Papa atau Mama dulu, oke?” ujar Marsha lagi. Gio akhirnya mengangguk setuju dan akan melakukan apa yang dikatakan Marsha di lain kesempatan. Alvaro nampak menghembuskan napasnya, ia jadi merasa bersalah karena tadi sempat mengomeli anaknya dan nada bicaranya memang terdengar agak tinggi.

“Gio sayang, maafin Papa ya. Tadi Papa udah marahin Gio,” ucap Alvaro. Beberapa detik setelah ucapan Alvaro, Gio menoleh ke arah Alvaro. Gio masih memeluk Marsha, anak lelaki itu menatap Alvaro dengan kedua mata yang nampak berkaca-kaca.

“Maafin Papa ya?” ulang Alvaro lagi.

“Ada syaratnya kalau Papa mau dimaafin,” celetuk Gio.

“Oke,” Alvaro menghembuskan napasnya. “Apa syaratnya?” Begitulah Alvaro, pria itu akan mudah luluh terhadap apa pun yang menyangkut soal Gio.

“Syaratnya malam ini Gio mau main sama Papa dan Mama sampai jam 10,” ujar Gio.

“Malem banget itu, Sayang. Emangnya Gio mau main apa, Nak?” tanya Marsha.

“Oke, nggak masalah. Sampe jam 10 aja kan?” Alvaro justru langsung mengiyakan, membuat Marsha mengernyit menatap Alvaro. “Sayang, tapi itu malem banget lho,” ujar Marsha.

Ucapan Marsha seolah hanya angin lalu, Alvaro tidak mau mendengarnya.

“Gio, papa kan baru selesai syuting sama pemotretan hari ini, Papanya cape lho Nak kalau main sampai jam 10,” Marsha berujar lagi.

“Gio mau main robot-robotan, mobil-mobilan, terus nonton film. Kan kemarin Papa udah janji sama Gio,” cerocos anak lelaki itu yang tetap pada pendiriannya.

“Oke, Papa akan turutin mau kamu. Tapi kamu maafin Papa ya?” Alvaro mengulurkan tangannya dan kemudian dengan cepat Gio menyambutnya. Mereka berjabatan tangan sebagai tanda kalau Gio telah memaafkan papanya.

Marsha yang melihat kejadian itu di depannya tidak lagi merasa heran. Alvaro memang sangat mencintai anaknya, apa pun itu demi Gio, Alvaro akan selalu mengusahakannya. Terlebih Alvaro dan Marsha memang kurang memiliki waktu untuk Gio, jadi saat mereka free dari pekerjaan, sebisa mungkin Alvaro dan Marsha akan meluangkan waktu untuk buah hati mereka.

***

Jam dinding di ruang keluarga itu tengah menunjukkan pukul 5 waktu sore hari. Terlihat Alvaro, Marsha, dan Gio tengah bermain bersama di sana. Gio menggunakan topeng superhero favoritnya dan Alvaro menggunakan topeng karakter yang merupakan villain dari superhero itu. Masing-masing mereka memegang senjata bohongan di tangan, dan misi Gio kali ini adalah menyelamatkan Marsha yang berperan sebagai tokoh perempuan dari sergapannya sang villain yang diperankan oleh Alvaro.

“MJ, you are safe with me now,” ucap Gio sambil pergelangan meraih tangan Marsha dan membawanya pergi bersamanya.

Gio tampak senang karena ia telah menang dari Alvaro. Alvaro berakting seolah ia kalah sungguhan, pria itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa dan mengerang kesakitan sambil memegang dadanya.

Marsha yang melihat akting Alvaro tidak lagi kuasa menahan tawanya. Akting Alvaro memang patut diacungi jempol. Seolah berakting sungguhan, Alvaro melakukannya dengan sangat baik dan natural. Alvaro pun dapat menjadi sosok yang sangat konyol hanya demi menyenangkan Gio.

“Peter Parker, wait for my revenge. Just wait for it,” ucap Alvaro dan setelah itu ia bangkit dari posisi tidurannya. Drama kecil-kecilan itu pun berakhir sampai di sana. Kemudian Alvaro, Marsha, dan Gio bersamaan membungkukkan badan sebagai ucapan terima kasih, seolah-olah di depan mereka ada ribuan menonton yang tengah menyaksikan drama itu.

“Habis ini udahan ya, Nak? Kamu udah capek tuh, sampai keringetan gini,” ujar Marsha seraya meraih Gio dan mengusap pelipis anaknya.

“Sayang, aku juga keringetan lho. Gio aja nih yang diusapin?” celetuk Alvaro sembari mencebikkan bibirnya.

Marsha lalu bergerak untuk mengusap pelipis Alvaro juga. “Selalu deh kamu, nggak mau kalah sama anaknya. Kalian tunggu sini sebentar, Mama ambilin minum dulu.” Setelah itu Marsha melenggang dari ruang keluarga menuju dapur.

“Papa, it’s time to watch a movie. Papa di situ aja, biar Gio yang nyalain TV,” ujar Gio.

Alvaro pun memperbolehkan Gio menyalakan TV sendiri dan mengatur setting untuk memutar film yang akan mereka tonton. Alvaro masih duduk di sofa dan memperhatikan Gio yang tengah menyalakan TV, sampai pada saat layar kaca di hadapan mereka menampilkan sebuah acara gosip, Alvaro segera meraih remote dari tangan Gio dan mematikan TV belayar datar itu.

“Papa, kenapa di matiin? Tadi ada Papa sama Mama di TV, Gio mau liat dulu sebentar,” ucap Gio kepada Alvaro.

Alvaro tidak dapat membalas ucapan Gio karena ia juga kebingungan untuk menjelaskannya. Pasalnya acara gosip itu menayangkan berita kurang baik tentang dirinya, Marsha, dan juga Gio. Alvaro tidak akan membiarkan anaknya menyaksikan berita itu. Cukup Alvaro dan Marsha saja yang akan mendengarnya, tidak dengan anak mereka.

Ditengah-tengah keterdiaman Alvaro itu, Marsha kembali ke ruang keuarga. Marsha meletakkan dua gelas yang dibawanya di meja lalu ia bertanya pada Alvaro. “Al, kenapa?”

Alvaro menggeleng menjawab pertanyaan Marsha. Kemudian Alvaro beralih pada Gio dan mengajak anaknya untuk melakukan hal lain selain menonton film di TV. Marsha yang kebingungan lantas mengikuti langkah Alvaro dan Gio. Mereka melenggang menuju ruang belajar, untungnya Gio mau menurut ketika Alvaro mengajaknya bermain komputer ketimbang menonton film.

Selagi Alvaro dan Gio bermain game di komputer, Marsha melenggang keluar dari ruang belajar itu. Marsha lantas mengambil ponselnya dan mengecek sesuatu di sana. Ia ingin memastikan dugaannya, bahwa ada gosip kurang sedap yang berhembus di media, mengenai dirinya dan Alvaro. Sikap Alvaro yang tadi tiba-tiba berubah, membuat Marsha berpikir bahwa ada sesuatu di TV yang akhirnya membuat Alvaro tidak memperbolehkan Gio untuk menonton TV.

Rupanya benar saja, ada berita soal Alvaro, Marsha, dan Gio dan berita tersebut telah ramai menjadi perbincangan di media sosial. Inti dari berita itu adalah tentang publik yang mencurigai identitas Gio yang sebenarnya. Headline berita tersebut berbunyi “Alvaro Zachary : Aktor Laga dengan Bayaran Tertinggi di Tahun 2022, diduga memiliki anak di luar pernikahan dengan kekasihnya, Marsha Iliana Tengker”.

Pada awal kalimat di deskripsi berita, dituliskan bahwa anak yang diakui Alvaro sebagai anak angkatnya yang diadopsi sejak bayi, mendapat dugaan bahawa sebenarnya anak itu adalah anak kandung Alvaro dan Marsha yang telah dipalsukan identitasnya.

Alvaro memang mengakui Gio sebagai anak angkat yang pria itu adopsi dari sebuah panti asuhan milik keluarganya. Namun karena Gio memiliki wajah yang mirip dengan Marsha dan sedikit juga mirip dengan Alvaro, menimbulkan rumor tidak sedap bahwa Gio adalah anak hasil hubungan di luar nikah antara Alvaro dan Marsha. Selain itu, ada berita juga tentang Marsha yang sempat vakum dari dunia hiburan selama kurang lebih 1 tahun, jadi itu adalah faktor yang juga ikut memperkuat dugaan bahwa Gio sebenarnya adalah anak kandung Alvaro dan Marsha.

Kegiatan Marsha membaca berita terinterupsi karena Alvaro yang tiba-tiba menghampirinya.

Marsha lantas bertanya pada Alvaro, “Kamu nggak temenin Gio main game?”

“Gio mau main sendiri katanya, udah jago anak kita,” ujar Alvaro.

Kemudian Alvaro yang melihat apa yang sedang dibuka oleh Marsha di ponselnya, segera bergerak mengambil alih benda itu. Alvaro membaca headline berita yang tertulis di sana, tapi tidak lama ia kemudian meletakkan ponsel itu di meja. Alvaro tidak membiarkan Marsha membaca artikelnya semakin jauh.

Alvaro menatap Marsha, kemudian ia berujar, “Itu cuma rumor dan nggak ada bukti yang jelas untuk mengungkap itu. Nggak usah terlalu kamu pikirin, oke? Aku pastiin Gio nggak akan sampai dengar berita itu.”

Marsha pun mengangguk mengiyakan ucapan Alvaro.

Barusan Marsha memang mengkhawatirkan berita yang muncul itu. Entah dari mana media bisa menyambungkan benang-benang merah yang sebenarnya memang merupakan kebenaran yang sesungguhnya. Marsha dan Alvaro memang menyembunyikan kenyataan itu selama 7 tahun belakangan. Mereka terpaksa menyembunyikan fakta bahwa anak laki-laki yang diketahui publik adalah anak angkat Alvaro, sebenarnya adalah anak hasil hubungan Alvaro dengan Marsha 7 tahun yang lalu.

7 tahun yang lalu, Marsha hamil dan sempat ingin menggugurkan kandungannya, tapi Alvaro mencegahnya. Saat tahu mereka punya anak, karir Alvaro sebagai aktor dan Marsha sebagai aktris baru saja naik daun, jadi mereka harus memikirkan cara untuk mempertahankan anak mereka, tapi tetap menjaga nama baik sebagai seorang public figure. Memiliki anak di luar pernikahan adalah hal yang pada saat itu masih sangat tabu, jadi Alvaro dan Marsha berpikir bahwa sousi itu adalah yang terbaik.

Setelah mereka sepakat, akhirnya Marsha mengasingkan diri dan benar-benar tidak terlihat di dunia hiburan. Sampai akhirnya 9 bulan kemudian Marsha melahirkan seorang bayi lak-laki. Sejak Gio masih bayi, anak lelaki itu dibesarkan oleh Alvaro dan keluarganya. Gio diakui sebagai anak angkat Alvaro, dengan tujuan untuk menutupi perbuatan Alvaro dan Marsha di masa lalu.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sienna telah membuat keputusan bahwa ia akan membantu Bella untuk merias artis itu. Pemotretan untuk produk parfum di mana Bella menjadi penanggungjawabnya, akan dilakukan di studio yang masih berada di gedung yang sama. Peralatan makeup telah dibawa oleh Hani dan Fia. Sienna berada di lift yang berbeda dengan para asistennya, ia pergi bersama Bella dan berada di satu lift yang sama dengan perempuan itu.

“Sisi bilang sama saya, hasil makeup kamu bagus banget,” ujar Bella sambil menoleh menatap Sienna yang berdiri di sampingnya.

Sienna hanya mengulaskan senyum kecilnya menanggapi ucapan Bella. Sebenarnya Sienna memiliki sedikit keraguan di dalam hatinya. Hasil-hasil riasannya pada kliennya selalu diberkati oleh mimpinya, sehingga itu membantu Sienna untuk menghindari kesalahan. Namun kali ini, Sienna harus merias artis yang katanya namanya cukup besar dan Sienna tidak ada persiapan apa pun untuk itu.

“Sienna, saya yakin kamu bisa. Ini kesempatan yang bagus juga untuk kamu. Kalau beliau suka dengan hasil makeup kamu, kemungkinan beliau akan memakai jasa kamu lagi. Kamu akan membantu menyelamatkan pemotretannya hari ini, kamu akan sangat berjasa,” ucap Bella lagi.

***

Sesampainya Sienna di studio pemotretan itu, Sienna langsung bersiap-siap untuk merias. Sienna tidak memiliki banyak waktu, jadi Sienna mungkin akan merias artis itu dengan waktu yang lebih sedikit dibandingkan ia merias kliennya yang lain.

Hani dan Fia dengan cekatan menyiapkan peralatan makeup yang akan digunakan Sienna. Setelah Sienna mensterilkan tangannya dan menyiapkan kursi untuk sang artis, tidak lama kemudian sosok artis perempuan dengan tubuh tinggi semampai itu terlihat memasuki ruang rias. Perempuan itu nampak sangat cantik, senyumnya lembut, dan proporsi wajahnya bisa dibilang hampir mendekati kata sempurna.

“Saya mulai makeup-nya ya,” ucap Sienna dengan sopan kepada perempuan itu.

Perempuan yang sedang duduk itu menoleh kepada Sienna, lalu ia mengangguk.

“Kira-kira makeup-nya bisa selesai dalam berapa menit ya?” tanya perempuan itu dengan nada suaranya yang terdengar lembut dan sopan.

“Sekitar tiga puluh menit untuk hasil makeup simple glam,” tutur Sienna.

Sienna sudah mulai merias wajah perempuan itu, wajah sempurna yang selama ini hanya ia lihat berseliweran di layar kaca. Pantas saja Bella sangat pemilih dalam memilih MUA untuk merias artis yang akan mempromosikan produk dari perusahaannya. Selain karean ini adalah project besar, pastilah sosok artis ternama harus selalu tampil memukau dan sempurna di depan kamera. Perempuan yang kini tengah dipoles wajahnya oleh Sienna adalah Marsha Iliana Tengker, aktris populer yang telah banyak membintangi sinema elektronik di televisi, beberapa film layar lebar, serta menjadi brand ambassador dari merek-merek ternama yang iklannya sering dipajang di billboard besar maupun tayang cukup sering di televisi.

Setelah hampir 30 menit berlalu, kini Sienna telah selesai merias wajah Marsha. Riasan kali ini nampak sederhana, sesuai dengan tema pemotretan yang ingin diwujudkan. Marsha beranjak dari kursinya dan perempuan itu menatap pantulan wajahnya di kaca rias. Detik berikutnya Marsha tersenyum manis sekali, lalu ia menoleh pada Sienna dan berujar, “Terima kasih. Saya suka banget sama hasil makeupnya.”

Sienna yang mendengar pujian itu ikut merasa senang. Sienna berhasil melakukannya dengan baik, dan tanpa ia sangka, Marsha sangat puas dengan hasil polesannya, itu melebihi ekspektasi Sienna sendiri.

Marsha kemudian berlalu hadapan Sienna untuk mengganti pakaiannya sebelum sesi pemotretan dimulai. Sepeninggalan Marsha, Hani dan Fia menghampiri Sienna. Kedua asisten Sienna menatap Sienna dengan tatapan bangga. Mereka memang yakin Sienna mampu melakukannya, meski tanpa bantuan mimpi pembaca masa depan itu. Sienna beberapa kali kerap ragu terhadap kemampuannya, ia takut melakukan kesalahan tanpa adanya mimpi itu. Namun hari ini Sienna berhasil membuktikannya sendiri bahwa ia memang mampu.

Di tengah-tengah Sienna dan asistennya yang sedang merapikan makeup yang baru dipakai, tiba-tiba fokus mereka teralihkan oleh pintu ruangan yang dibuka. Di sana nampak kehadiran Bella dan seorang wanita yang lantas Sienna ketahui bernama Ila.

Tidak lama setelah kehadiran Bella dan Ila, menyusul kehadiran seorang pria dengan tinggi badan sekitar lebih dari 175 centi. Pria itu mengenakan sebuah kacamata rayban hitam dan sebuah masker yang menutupi wajahnya. Saat pria tersebut akhirnya membuka maskernya, Sienna baru bisa melihat wajah itu.

Lantas pria itu berbicara pada Ila. “Marsha udah selesai dirias belum Mbak? Sekarang Marsha di mana?”

“Marsha udah dirias, Al. Tinggal ganti baju aja, habis itu kita bisa langsung mulai pemotretannya. Untungnya ada MUA pengganti,” jelas Bella. Seketika tatapan Bella, Ila, dan lelaki yang tadi dipanggil ‘Al’ tadi mengarah kepada Sienna. Sienna masih diam di tempatnya, sampai Ila menghampirinya dan langkah Ila disusul juga oleh lelaki itu.

Ila pun menjelaskan pada Sienna bahwa Marsha tidak sendiri melakukan pemotretannya. Sesuai dengan konsep iklannya nanti, produk parfum akan ditujukan untuk pasar kaum muda-mudi, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi perusahaan Bella menggaet dua artis ternama untuk berpasangan melakukan pemotretan.

Ila meminta tolong pada Sienna untuk melakukan touch up riasan pada lelaki yang kini ada di hadapan Sienna. Sienna menganggukinya dan lantas meminta lelaki itu untuk duduk di kursi di hadapan cermin rias. Sienna memperhatikan wajah itu sejenak, supaya ia tahu apa yang perlu ia lakukan untuk merapikan tampilan wajah itu.

Hanya butuh sedikit usaha untuk merias wajah lelaki itu. Sebelumnya sudah ada makeup di wajahnya, jadi Sienna hanya perlu memberikan sedikit polesan saja.

“Sudah selesai makeup-nya,” ucap Sienna.

“Oke, terima kasih,” ujar lelaki itu.

Lelaki itu lalu bangkit dari kursinya. Detik berikutnya terlihat sosok Marsha memasuki ruangan rias dan menghampiri lelaki yang langsung mengarahkan netranya kepada Marsha.

“Jadi … hari ini kita pemotretan bareng nih?” ujar Marsha dengan seulas senyum cantik yang mengembang di wajahnya.

Lelaki di hadapan Marsha itu balas tersenyum sambil pandangannya tidak lepas dari Marsha. Sebelum lelaki itu meraih tangan Marsha dan hampir merangkul pinggang rampingnya, kemunculan Bella dan Ila di ruangan itu menginterupsi keduanya. Ila segera meminta lelaki itu untuk mengganti pakaiannya, karena waktu yang mereka miliki semakin sempit untuk melakukan pemotretan.

Sienna masih di sana dan ia menyaksikan semuanya, terlebih saat lelaki itu tersenyum kepada Marsha. Kemudian saat lelaki itu berlalu dari hadapan Marsha, Ila memberikan sesuatu pada Marsha yang katanya ia temukan di mobil lelaki itu. Ila yakin bahwa bucket bunga mawar putih itu adalah untuk Marsha.

***

Di perjalanan pulang di dalam mobil, Sienna memikirkan kejadian apa yang saja didapatinya. Sienna merasa fameliar dengan paras lelaki itu, terlebih dengan senyumannya. Senyuman itu mirip dengan senyum orang yang Sienna lihat di taman bunga di mimpinya. Meskipun mimpi itu tidak terlalu jelas di mata Sienna, tapi Sienna begitu yakin bahwa senyuman lelaki itu mirip sekali dengan senyum seseorang misterius yang Sienna temui di dalam mimpi.

Saat mobil yang ditumpangi Sienna berhenti karena padatnya lalu lintas, netra Sienna tidak sengaja melihat ke arah sebuah poster promosi untuk sebuah film laga yang sebentar lagi akan tayang di layar lebar. Di papan billboard yang cukup besar itu, terpampang sosok aktor yang akan menjadi pemain utama di film action tersebut. Alvaro Xander Zachary adalah nama lengkap aktor itu, dan ia lebih dikenal dengan nama Alvaro Zachary.

Sienna lalu bergerak mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di kolom pencarian di ineternet. Berdasarkan apa yang tertulis di sana, Alvaro adalah seorang aktor yang telah memulai karirnya sejak dirinya berusia 13 tahun. Alvaro diketahui telah menjalin hubungan asmara dengan Marsha Iliana Tengker selama 8 tahun belakangan.

Sienna akhirnya juga membaca sedikit biografi soal Alvaro dan melihat beberapa fotonya yang beredar di internet. Saat netra Sienna menangkap foto masa kecil Alvaro, pikiran Sienna seketika melayang kepada masa kecilnya sekitar belasan tahun yang lalu. Lebih tepatnya saat masa sekolah dasar, dimana ada seorang anak lelaki yang menyatakan perasannya kepada Sienna. Sienna berakhir menolak lelaki itu, bahkan berlari saat tidak sengaja berpapasan dengannya.

Sienna tidak memiliki ingatan banyak tentang teman-teman sekolah dasarnya, karena waktu itu ia juga merupakan murid pindahan yang baru datang ke sekolah itu saat kelas 5. Namun Sienna ingat sekali bahwa nama anak lelaki yang menyatakan perasaan padanya adalah Alvaro.

Sienna tentu tidak bisa melupakan kejadian yang membuatnya malu itu, saat Alvaro memintanya jadi kekasihnya tepat di hadapan teman-temannya. Namun pertanyaan Sienna saat ini, benarkah Alvaro teman sekolah dasarnya adalah sosok yang sama dengan yang beberapa menit lalu Sienna temui? Selain itu, seseorang dalam mimpi Sienna, mirip sekali senyumannya dengan Alvaro Zachary sang aktor laga terkenal itu. Apa arti dari mimpi yang dialami oleh Sienna kemarin? Mengapa Alvaro berada di dalam mimpinya, di saat Sienna bahkan tidak mengingat wajah itu dan Alvaro juga terlihat tidak mengenalinya saat mereka bertemu tadi?

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sienna telah membuat keputusan bahwa ia akan membantu Bella untuk merias artis itu. Pemotretan untuk produk parfum di mana Bella menjadi penanggungjawabnya, akan dilakukan di studio yang masih berada di gedung yang sama. Peralatan makeup telah dibawa oleh Hani dan Fia. Sienna berada di lift yang berbeda dengan para asistennya, ia pergi bersama Bella dan berada di satu lift yang sama dengan perempuan itu.

“Sisi bilang sama saya, hasil makeup kamu bagus banget,” ujar Bella sambil menoleh menatap Sienna yang berdiri di sampingnya.

Sienna hanya mengulaskan senyum kecilnya menanggapi ucapan Bella. Sebenarnya Sienna memiliki sedikit keraguan di dalam hatinya. Hasil-hasil riasannya pada kliennya selalu diberkati oleh mimpinya, sehingga itu membantu Sienna untuk menghindari kesalahan. Namun kali ini, Sienna harus merias artis yang katanya namanya cukup besar dan Sienna tidak ada persiapan apa pun untuk itu.

“Sienna, saya yakin kamu bisa. Ini kesempatan yang bagus juga untuk kamu. Kalau beliau suka dengan hasil makeup kamu, kemungkinan beliau akan memakai jasa kamu lagi. Kamu akan membantu menyelamatkan pemotretannya hari ini, kamu akan sangat berjasa,” ucap Bella lagi.

***

Sesampainya Sienna di studio pemotretan itu, Sienna langsung bersiap-siap untuk merias. Sienna tidak memiliki banyak waktu, jadi Sienna mungkin akan merias artis itu dengan waktu yang lebih sedikit dibandingkan ia merias kliennya yang lain.

Hani dan Fia dengan cekatan menyiapkan peralatan makeup yang akan digunakan Sienna. Setelah Sienna mensterilkan tangannya dan menyiapkan kursi untuk sang artis, tidak lama kemudian sosok artis perempuan dengan tubuh tinggi semampai itu terlihat memasuki ruang rias. Perempuan itu nampak sangat cantik, senyumnya lembut, dan proporsi wajahnya bisa dibilang hampir mendekati kata sempurna.

“Saya mulai makeup-nya ya,” ucap Sienna dengan sopan kepada perempuan itu.

Perempuan yang sedang duduk itu menoleh kepada Sienna, lalu ia mengangguk.

“Kira-kira makeup-nya bisa selesai dalam berapa menit ya?” tanya perempuan itu dengan nada suaranya yang terdengar lembut dan sopan.

“Sekitar tiga puluh menit untuk hasil makeup simple glam,” tutur Sienna.

Sienna sudah mulai merias wajah perempuan itu, wajah sempurna yang selama ini hanya ia lihat berseliweran di layar kaca. Pantas saja Bella sangat pemilih dalam memilih MUA untuk merias artis yang akan mempromosikan produk dari perusahaannya. Selain karean ini adalah project besar, pastilah sosok artis ternama harus selalu tampil memukau dan sempurna di depan kamera. Perempuan yang kini tengah dipoles wajahnya oleh Sienna adalah Marsha Iliana Tengker, aktris populer yang telah banyak membintangi sinema elektronik di televisi, beberapa film layar lebar, serta menjadi brand ambassador dari merek-merek ternama yang iklannya sering dipajang di billboard besar maupun tayang cukup sering di televisi.

Setelah hampir 30 menit berlalu, kini Sienna telah selesai merias wajah Marsha. Riasan kali ini nampak sederhana, sesuai dengan tema pemotretan yang ingin diwujudkan. Marsha beranjak dari kursinya dan perempuan itu menatap pantulan wajahnya di kaca rias. Detik berikutnya Marsha tersenyum manis sekali, lalu ia menoleh pada Sienna dan berujar, “Terima kasih. Saya suka banget sama hasil makeupnya.”

Sienna yang mendengar pujian itu ikut merasa senang. Sienna berhasil melakukannya dengan baik, dan tanpa ia sangka, Marsha sangat puas dengan hasil polesannya, itu melebihi ekspektasi Sienna sendiri.

Marsha kemudian berlalu hadapan Sienna untuk mengganti pakaiannya sebelum sesi pemotretan dimulai. Sepeninggalan Marsha, Hani dan Fia menghampiri Sienna. Kedua asisten Sienna menatap Sienna dengan tatapan bangga. Mereka memang yakin Sienna mampu melakukannya, meski tanpa bantuan mimpi pembaca masa depan itu. Sienna beberapa kali kerap ragu terhadap kemampuannya, ia takut melakukan kesalahan tanpa adanya mimpi itu. Namun hari ini Sienna berhasil membuktikannya sendiri bahwa ia memang mampu.

Di tengah-tengah Sienna dan asistennya yang sedang merapikan makeup yang baru dipakai, tiba-tiba fokus mereka teralihkan oleh pintu ruangan yang dibuka. Di sana nampak kehadiran Bella dan seorang wanita yang lantas Sienna ketahui bernama Ila.

Tidak lama setelah kehadiran Bella dan Ila, menyusul kehadiran seorang pria dengan tinggi badan sekitar lebih dari 175 centi. Pria itu mengenakan sebuah kacamata rayban hitam dan sebuah masker yang menutupi wajahnya. Saat pria tersebut akhirnya membuka maskernya, Sienna baru bisa melihat wajah itu.

Lantas pria itu berbicara pada Ila. “Marsha udah selesai dirias belum Mbak? Sekarang Marsha di mana?”

“Marsha udah dirias, Al. Tinggal ganti baju aja, habis itu kita bisa langsung mulai pemotretannya. Untungnya ada MUA pengganti,” jelas Bella. Seketika tatapan Bella, Ila, dan lelaki yang tadi dipanggil ‘Al’ tadi mengarah kepada Sienna. Sienna masih diam di tempatnya, sampai Ila menghampirinya dan langkah Ila disusul juga oleh lelaki itu.

Ila pun menjelaskan pada Sienna bahwa Marsha tidak sendiri melakukan pemotretannya. Sesuai dengan konsep iklannya nanti, produk parfum akan ditujukan untuk pasar kaum muda-mudi, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi perusahaan Bella menggaet dua artis ternama untuk berpasangan melakukan pemotretan.

Ila meminta tolong pada Sienna untuk melakukan touch up riasan pada lelaki yang kini ada di hadapan Sienna. Sienna menganggukinya dan lantas meminta lelaki itu untuk duduk di kursi di hadapan cermin rias. Sienna memperhatikan wajah itu sejenak, supaya ia tahu apa yang perlu ia lakukan untuk merapikan tampilan wajah itu.

Hanya butuh sedikit usaha untuk merias wajah lelaki itu. Sebelumnya sudah ada makeup di wajahnya, jadi Sienna hanya perlu memberikan sedikit polesan saja.

“Sudah selesai makeup-nya,” ucap Sienna.

“Oke, terima kasih,” ujar lelaki itu.

Lelaki itu lalu bangkit dari kursinya. Detik berikutnya terlihat sosok Marsha memasuki ruangan rias dan menghampiri lelaki yang langsung mengarahkan netranya kepada Marsha.

“Jadi … hari ini kita pemotretan bareng nih?” ujar Marsha dengan seulas senyum cantik yang mengembang di wajahnya.

Lelaki di hadapan Marsha itu balas tersenyum sambil pandangannya tidak lepas dari Marsha. Sebelum lelaki itu meraih tangan Marsha dan hampir merangkul pinggang rampingnya, kemunculan Bella dan Ila di ruangan itu menginterupsi keduanya. Ila segera meminta lelaki itu untuk mengganti pakaiannya, karena waktu yang mereka miliki semakin sempit untuk melakukan pemtoretan.

Sienna masih di sana dan ia menyaksikan semuanya, terlebih saat lelaki itu tersenyum kepada Marsha. Kemudian saat lelaki itu berlalu dari hadapan Marsha, Ila memberikan sesuatu pada Marsha yang katanya ia temukan di mobil lelaki itu. Ila yakin bahwa bucket bunga mawar putih itu adalah untuk Marsha.

***

Di perjalanan pulang di dalam mobil, Sienna memikirkan kejadian apa yang saja didapatinya. Sienna merasa fameliar dengan paras lelaki itu, terlebih dengan senyumannya. Senyuman itu mirip dengan senyum orang yang Sienna lihat di taman bunga di mimpinya. Meskipun mimpi itu tidak terlalu jelas di mata Sienna, tapi Sienna begitu yakin bahwa senyuman lelaki itu mirip sekali dengan senyum seseorang misterius yang Sienna temui di dalam mimpi.

Saat mobil yang ditumpangi Sienna berhenti karena padatnya lalu lintas, netra Sienna tidak sengaja melihat ke arah sebuah poster promosi untuk sebuah film laga yang sebentar lagi akan tayang di layar lebar. Di papan billboard yang cukup besar itu, terpampang sosok aktor yang akan menjadi pemain utama di film action tersebut. Alvaro Xander Zachary adalah nama lengkap aktor itu, dan ia lebih dikenal dengan nama Alvaro Zachary.

Sienna lalu bergerak mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di kolom pencarian di ineternet. Berdasarkan apa yang tertulis di sana, Alvaro adalah seorang aktor yang telah memulai karirnya sejak dirinya berusia 13 tahun. Alvaro diketahui telah menjalin hubungan asmara dengan Marsha Iliana Tengker selama 8 tahun belakangan.

Sienna akhirnya juga membaca sedikit biografi soal Alvaro dan melihat beberapa fotonya yang beredar di internet. Saat netra Sienna menangkap foto masa kecil Alvaro, pikiran Sienna seketika melayang kepada masa kecilnya sekitar belasan tahun yang lalu. Lebih tepatnya saat masa sekolah dasar, dimana ada seorang anak lelaki yang menyatakan perasannya kepada Sienna. Sienna berakhir menolak lelaki itu, bahkan berlari saat tidak sengaja berpapasan dengannya.

Sienna tidak memiliki ingatan banyak tentang teman-teman sekolah dasarnya, karena waktu itu ia juga merupakan murid pindahan yang baru datang ke sekolah itu saat kelas 5. Namun Sienna ingat sekali bahwa nama anak lelaki yang menyatakan perasaan padanya adalah Alvaro.

Sienna tentu tidak bisa melupakan kejadian yang membuatnya malu itu, saat Alvaro memintanya jadi kekasihnya tepat di hadapan teman-temannya. Namun pertanyaan Sienna saat ini, benarkah Alvaro teman sekolah dasarnya adalah sosok yang sama dengan yang beberapa menit lalu Sienna temui? Selain itu, seseorang dalam mimpi Sienna, mirip sekali senyumannya dengan Alvaro Zachary sang aktor laga terkenal itu. Apa arti dari mimpi yang dialami oleh Sienna kemarin? Mengapa Alvaro berada di dalam mimpinya, di saat Sienna bahkan tidak mengingat wajah itu dan Alvaro juga terlihat tidak mengenalinya saat mereka bertemu tadi?

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sang Makeup Artist & Pembaca Masa Depan

Mayoritas manusia di dunia, menganggap mimpi hanya sebagai sesuatu rekaan kejadian yang sifatnya abstrak, jadi hakekatnya mudah dilupakan oleh pikiran. Biasanya mimpi memiliki jalan cerita yang jelas atau ada juga yang alurnya tidak masuk akal sama sekali. Hal tersebut bisa terjadi karena yang mengatur mimpi adalah pusat emosional otak, bukan wilayah otak yang berhubungan dengan sesuatu yang logis. Namun berbeda dengan apa yang dialami oleh Sienna Skyla Malinka. Sejak usianya 11 tahun, Sienna mendapati bahwa mimpi yang terjadi padanya merupakan gambaran dari sebuah masa depan. Mimpi Sienna memiliki alur yang jelas dan terasa logis, hal tiu terbukti dengan mimpinya yang selalu menjadi kenyataan.

Maka ketika siang ini Sienna tidak sengaja tertidur di sofa studio makeup-nya, manager maupun asistennya tidak ada yang membangunkannya. Sienna baru saja tertidur selama hampir 1 jam, dan biasanya gadis itu akan bisa terbangun sendiri setelah mimpinya selesai.

Zahra yang merupakan manager Sienna mendekati gadis itu dan memperhatikan raut wajah Sienna. Wajah Sienna tampak tenang dan bibirnya sedikit tertarik membentuk sebuah senyuman, jadi Zahra pikir bahwa Sienna sedang bermimpi indah.

Zahra, Fia, dan dua orang asisten yang bekerja dalam tim makeup artist milik Sienna, masih berada di studio itu untuk merampungkan beberapa pekerjaan lagi. Mereka harus mempersiapkan peralatan untuk merias klien di keesokan harinya. Tadinya Sienna juga ikut mempersiapkan beberapa produk-produk makeup untuk dimasukkan ke dalam case makeup, tapi saat Zahra menghampiri Sienna, gadis itu sudah tertidur di sofa. Jadwal Sienna tadi lumayan padat, hari ini ada 3 klien yang harus dirias olehnya. di wajar saja jika Sienna merasa kelelahan dan sampai akhirnya gadis itu tertidur di sofa.

Ketika Fia melewati Sienna yang tertidur, Zahra langsung meletakkan telunjuknya di depan bibir, mengisyarakatkan pada Fia untuk tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Fia pun mengerti, gadis itu berjalan dengan langkah mengendap dan perlahan-lahan mengambil produk-produk makeup dari dalam etalase kaca. Fia memutuskan untuk merampungkan pekerjaan Sienna selagi atasannya itu masih tidur.

“Nanti kalau udah dua jam Sienna tidur, tolong dibangunin ya,” pesan Zahra kepada Fia sebelum berlalu dari sana. Fia mengangguk mengerti. Fia masih berada di sana dan memperhatikan wajah tertidur Sienna. Fia berpikir bahwa apa yang selama ini dilalui Sienna pasti tidaklah mudah, Sienna selalu dihantui oleh rekaan masa depan yang bisa Sienna ketahui lebih dulu dari pada orang lain.

Saat Fia hendak pergi dari sana, tiba-tiba Sienna membuka kedua netranya. Sienna nampak mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, lalu gadis itu mengubah posisi rebahannya menjadi duduk.

“Fi, sorry ya gue ketiduran. Tadi gue belum selesai beres-beres makeup buat besok, gue lanjut lagi deh,” ucap Sienna.

“Udah Mbak istirahat aja dulu, biar gue yang beresin. Makeup-nya tinggal dikit kok yang mau dimasukin ke case,” ujar Fia yang segera menahan pergerakan Sienna. “Mba, lo mimpi lagi ya?” tanya Fia dengan ekspresi khawatir yang tergambar jelas di wajanya.

Sienna terdiam sesaat, ia nampak sedang memikirkan sesuatu. Biasanya Sienna akan menceritakan seluruh yang ia mimpikan kepada orang-orang terdekatnya dan juga rekan kerjanya, karena mimpi Sienna kebanyakan adalah tentang klien yang akan diriasnya. Itu merupakan suatu keuntungan untuk timnya ketika bekerja, karena Sienna dapat mencegah sesuatu yang buruk dan mengubahnya menjadi takdir yang baik. Namun mimpi Sienna barusan tidak hanya tentang kliennya, dan Sienna tidak menceritakan yang bukan tentang klien kepada Fia.

“Iya, tadi barusan aja gue mimpi tentang klien kita besok,” ungkap Sienna.

“Oke, bentar gue ambil buku catatan dulu ya Mbak,” ucap Fia terlihat antusias. Mereka memang selalu membuat sebuah catatan. Jadi mimpi Sienna tentang klien akan dicatat di sebuah buku, dan dengan begitu, mereka dapat meminimalisir kesalahan yang akan terjadi ketika merias klien nanti.

Tidak lama kemudian, Fia telah kembali pada Sienna dengan sebuah buku catatan dan pulpen di tangannya. Fia siap mencatat poin-poin yang akan dikatakan oleh Sienna. Setelah beberapa saat mencatat, Fia telah dapat sebanyak 5 poin, jadi nanti mereka bisa pelajari catatan itu sebagai cara untuk mengurangi kesalahan ketika merias besok.

“Oke, good luck untuk besok ya Mbak. Lo lanjut istirahat aja, biar gue yang beres-beres,” ucap Fia. Sienna pun mengulaskan senyum kecilnya dan mengangguki ucapan asistennya tersebut.

Setelah Fia berlalu dari hadapannya, Sienna memutuskan untuk beristirahat dulu sejenak di ruangan miliknya. Langkah Sienna telah sampai di ruangan pribadinya, ia masuk ke dalam dan menutup pintunya. Sienna lalu mengambil ponsel miliknya dan mengetikkan sesuatu pada aplikasi notes di sana. Sejauh ini, belum ada yang tahu soal catatan yang dibuat oleh Sienna, ini merupakan catatan pribadi yang hanya Sienna yang mengetahuinya. Di dalam catatan tersebut, Sienna menceritakan bagian-bagian mimpinya yang tidak ia ceritakan kepada siapa pun.

Tanggal : 17 Juli 2022. Judul : Taman bunga mawar dan orang misterius

Hari ini gue dapet mimpi yang lumayan aneh dari biasanya. Gue ada di taman bunga yang mayoritas isinya adalah bunga mawar warna pink. Mawar-mawar di sana cantik banget. Waktu gue jalan semakin jauh, gue ngeliat danau yang airnya biru jernih, pemandangan di sana bener-bener bikin gue takjub. Nggak jauh dari danau itu, ada air mancur yang nggak kalah cantik dari bunga-bunga mawar yang ada di taman yang udah gue lewatin. Di dekat air mancur, ada keranjang yang isinya beberapa tangkai bunga mawar pink. Waktu gue mau ambil satu mawar itu dari sana, ada seseorang yang lebih dulu menaruh setangkai mawar pink di tangan gue. Wajah orang itu nggak terlalu jelas di penglihatan gue, tapi satu hal yang pasti, senyumnya terasa fameliar buat gue. Orang itu sempat bilang sesuatu sama gue. “Gue seneng bisa ketemu lagi sama lo, Sienna.” Dia cuma bilang gitu, terus habis itu gue bangun.

Sienna and the rose

***

Sienna Skyla Malinka merupakan seorang makeup artist profesional yang sudah menggeluti karirnya dalam waktu 3 tahun terakhir. Setelah berkecimpung di dunia makeup, kini Sienna telah memiliki nama yang cukup besar dan dikenal oleh beberapa vendor acara dan juga agensi entertainment yang memang membutuhkan jasa MUA. Di usianya yang menginjak angka 25, Sienna telah berhasil stabil secara finansial, dan menjadi perempuan yang dapat menikmati kehidupannya yang independen.

Sienna memiliki suatu kelebihan yang dulu ia anggap sebagai kekurangan, bahkan Sienna sempat merasa minder dengan kemampuannya itu. Sienna memiliki kemampuan melihat masa depan melalui mimpi. Mimpi yang dialami oleh Sienna selalu menjadi kenyataan, kejadiannya terwujud dalam waktu dekat, dan selalu berhubungan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, kemampuan tersebut menjadi kelebihan untuk Sienna dan ia pergunakan untuk membantu pekerjaannya. Sienna dapat tahu apa yang akan terjadi, jadi ia bisa meminimalisir kesalahan saat merias kliennya. Selama hal itu baik dan tidak merugikan orang lain, Sienna yang punya kemampuan itu memutuskan untuk mengubah takdir menjadi lebih baik.

Sienna sangat mencintai pekerjaannya, meskipun ketika fajar belum menyingising, Sienna harus sudah beranjak dari kasur empuknya dan menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk sampai di tempat kliennya.
Hari ini Sienna ada appointment merias model untuk sebuah pemotretan brand fashion. Dari awal karirnya, Sienna hanya merias untuk acara pernikahan, acara lamaran, dan acara kelulusan sekolah. Namun seiringnya waktu berjalan, berkat ketekunannya dan promosi dari mulut ke mulut oleh kliennya yang puas dengan hasil riasannya, Sienna berhasil memperluas pasarnya. Sienna seringkali dipercaya untuk merias wajah artis-artis terkenal, baik yang masih cakupan nasional maupun internasional.

Terdapat 3 model yang telah dirias oleh Sienna di tempat itu, dan kurang lebih sudah 3 jam Sienna berdiri. Hani dan Fia yang merupakan asistennya mengambilkan minuman untuk Sienna. Hani lantas mulai merapikan produk-produk makeup, memasukkannya kembali ke dalam case karena pekerjaan mereka memang sudah selesai.

Sienna baru saja meletakkan minumannya di meja setelah meneguknya, saat Sisi melenggang masuk ke ruang rias dan menghampirinya. Sisi merupakan penanggung jawab tata rias untuk acara pemotretan ini, sekaligus seseorang yang juga memberi Sienna kesempatan untuk bisa merias model-model internasional tadi.

“Sienna, makasih ya. Saya selalu suka sama hasil makeup kamu. Hasilnya sempurna, seperti nggak ada kurangnya,” ujar Sisi.

“Sama-sama Mbak. Aku juga makasih banyak, udah dikasih kepercayaan untuk makeupin model-model di sini,” ujar Sienna kepada Sisi. Setelah Sienna dan Sisi sedikit berbincang ringan, akhirnya Sisi pamit berlalu. Sisi mengatakan ia harus mengurus beberapa hal terkait acara pemotretan hari ini. Tugas Sienna di sini sudah selesai, ia juga telah pamitan kepada Sisi sebelum perempuan itu melenggang dari ruangan rias.

Sebuah case makeup yang cukup besar, peralatan lighting, kamera, dan tripod juga sudah selesai dirapikan. Sienna baru saja akan menelfon asisten laki-laki sekaligus supirnya untuk membantu membawakan barang ke mobil, tapi aksinya itu terhenti kala mendapati Sisi kembali masuk ke ruang rias. Sisi langsung menghampiri Sienna dan menjelaskan sesuatu yang urgent itu.

Ternyata Sisi tidak sendiri, perempuan itu bersama seorang temannya yang kemudian diketahui Sienna bahwa beliau sedang membutuhkan sebuah bantuan.

Teman Sisi yang bernama Bella itu lantas menjelaskan maksud kedatangannya kepada Sienna. “Kita lagi butuh bantuan untuk merias artis, tapi kita juga ingin MUA yang terpercaya dan dikenal bagus, karena ini project yang besar. MUA kita masih di jalan dan beliau kejebak macet, padahal pemotretannya sebentar lagi dan artisnya udah nunggu. Sisi merekomendasikan kamu ke saya, Sienna. Saya percaya kalau kamu bisa. Bagaimana, apa kamu bersedia membantu?”

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭

Sang Makeup Artist & Pembaca Masa Depan

Mayoritas manusia di dunia, menganggap mimpi hanya sebagai sesuatu rekaan kejadian yang sifatnya abstrak, jadi hakekatnya mudah dilupakan oleh pikiran. Biasanya mimpi memiliki jalan cerita yang jelas atau ada juga yang alurnya tidak masuk akal sama sekali. Hal tersebut bisa terjadi karena yang mengatur mimpi adalah pusat emosional otak, bukan wilayah otak yang berhubungan dengan sesuatu yang logis. Namun berbeda dengan apa yang dialami oleh Sienna Skyla Malinka. Sejak usianya 11 tahun, Sienna mendapati bahwa mimpi yang terjadi padanya merupakan gambaran dari sebuah masa depan. Mimpi Sienna memiliki alur yang jelas dan terasa logis, hal tiu terbukti dengan mimpinya yang selalu menjadi kenyataan.

Maka ketika siang ini Sienna tidak sengaja tertidur di sofa studio makeup-nya, manager maupun asistennya tidak ada yang membangunkannya. Sienna baru saja tertidur selama hampir 1 jam, dan biasanya gadis itu akan bisa terbangun sendiri setelah mimpinya selesai.

Zahra yang merupakan manager Sienna mendekati gadis itu dan memperhatikan raut wajah Sienna. Wajah Sienna tampak tenang dan bibirnya sedikit tertarik membentuk sebuah senyuman, jadi Zahra pikir bahwa Sienna sedang bermimpi indah.

Zahra, Fia, dan dua orang asisten yang bekerja dalam tim makeup artist milik Sienna, masih berada di studio itu untuk merampungkan beberapa pekerjaan lagi. Mereka harus mempersiapkan peralatan untuk merias klien di keesokan harinya. Tadinya Sienna juga ikut mempersiapkan beberapa produk-produk makeup untuk dimasukkan ke dalam case makeup, tapi saat Zahra menghampiri Sienna, gadis itu sudah tertidur di sofa. Jadwal Sienna tadi lumayan padat, hari ini ada 3 klien yang harus dirias olehnya. di wajar saja jika Sienna merasa kelelahan dan sampai akhirnya gadis itu tertidur di sofa.

Ketika Fia melewati Sienna yang tertidur, Zahra langsung meletakkan telunjuknya di depan bibir, mengisyarakatkan pada Fia untuk tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Fia pun mengerti, gadis itu berjalan dengan langkah mengendap dan perlahan-lahan mengambil produk-produk makeup dari dalam etalase kaca. Fia memutuskan untuk merampungkan pekerjaan Sienna selagi atasannya itu masih tidur.

“Nanti kalau udah dua jam Sienna tidur, tolong dibangunin ya,” pesan Zahra kepada Fia sebelum berlalu dari sana. Fia mengangguk mengerti. Fia masih berada di sana dan memperhatikan wajah tertidur Sienna. Fia berpikir bahwa apa yang selama ini dilalui Sienna pasti tidaklah mudah, Sienna selalu dihantui oleh rekaan masa depan yang bisa Sienna ketahui lebih dulu dari pada orang lain.

Saat Fia hendak pergi dari sana, tiba-tiba Sienna membuka kedua netranya. Sienna nampak mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, lalu gadis itu mengubah posisi rebahannya menjadi duduk.

“Fi, sorry ya gue ketiduran. Tadi gue belum selesai beres-beres makeup buat besok, gue lanjut lagi deh,” ucap Sienna.

“Udah Mbak istirahat aja dulu, biar gue yang beresin. Makeup-nya tinggal dikit kok yang mau dimasukin ke case,” ujar Fia yang segera menahan pergerakan Sienna. “Mba, lo mimpi lagi ya?” tanya Fia dengan ekspresi khawatir yang tergambar jelas di wajanya.

Sienna terdiam sesaat, ia nampak sedang memikirkan sesuatu. Biasanya Sienna akan menceritakan seluruh yang ia mimpikan kepada orang-orang terdekatnya dan juga rekan kerjanya, karena mimpi Sienna kebanyakan adalah tentang klien yang akan diriasnya. Itu merupakan suatu keuntungan untuk timnya ketika bekerja, karena Sienna dapat mencegah sesuatu yang buruk dan mengubahnya menjadi takdir yang baik. Namun mimpi Sienna barusan tidak hanya tentang kliennya, dan Sienna tidak menceritakan yang bukan tentang klien kepada Fia.

“Iya, tadi barusan aja gue mimpi tentang klien kita besok,” ungkap Sienna.

“Oke, bentar gue ambil buku catatan dulu ya Mbak,” ucap Fia terlihat antusias. Mereka memang selalu membuat sebuah catatan. Jadi mimpi Sienna tentang klien akan dicatat di sebuah buku, dan dengan begitu, mereka dapat meminimalisir kesalahan yang akan terjadi ketika merias klien nanti.

Tidak lama kemudian, Fia telah kembali pada Sienna dengan sebuah buku catatan dan pulpen di tangannya. Fia siap mencatat poin-poin yang akan dikatakan oleh Sienna. Setelah beberapa saat mencatat, Fia telah dapat sebanyak 5 poin, jadi nanti mereka bisa pelajari catatan itu sebagai cara untuk mengurangi kesalahan ketika merias besok.

“Oke, good luck untuk besok ya Mbak. Lo lanjut istirahat aja, biar gue yang beres-beres,” ucap Fia. Sienna pun mengulaskan senyum kecilnya dan mengangguki ucapan asistennya tersebut.

Setelah Fia berlalu dari hadapannya, Sienna memutuskan untuk beristirahat dulu sejenak di ruangan miliknya. Langkah Sienna telah sampai di ruangan pribadinya, ia masuk ke dalam dan menutup pintunya. Sienna lalu mengambil ponsel miliknya dan mengetikkan sesuatu pada aplikasi notes di sana. Sejauh ini, belum ada yang tahu soal catatan yang dibuat oleh Sienna, ini merupakan catatan pribadi yang hanya Sienna yang mengetahuinya. Di dalam catatan tersebut, Sienna menceritakan bagian-bagian mimpinya yang tidak ia ceritakan kepada siapa pun.

Tanggal : 17 Juli 2022. Judul : Taman bunga mawar dan orang misterius

Hari ini gue dapet mimpi yang lumayan aneh dari biasanya. Gue ada di taman bunga yang mayoritas isinya adalah bunga mawar warna pink. Mawar-mawar di sana cantik banget. Waktu gue jalan semakin jauh, gue ngeliat danau yang airnya biru jernih, pemandangan di sana bener-bener bikin gue takjub. Nggak jauh dari danau itu, ada air mancur yang nggak kalah cantik dari bunga-bunga mawar yang ada di taman yang udah gue lewatin. Di dekat air mancur, ada keranjang yang isinya beberapa tangkai bunga mawar pink. Waktu gue mau ambil satu mawar itu dari sana, ada seseorang yang lebih dulu menaruh setangkai mawar pink di tangan gue. Wajah orang itu nggak terlalu jelas di penglihatan gue, tapi satu hal yang pasti, senyumnya terasa fameliar buat gue. Orang itu sempat bilang sesuatu sama gue. “Gue seneng bisa ketemu lagi sama lo, Sienna.” Dia cuma bilang gitu, terus habis itu gue bangun.

Sienna and the rose

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik di update selanjutnya. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~🍭

Regards

Alya

Sang Makeup Artist & Pembaca Masa Depan

Sienna and the rose

Makeup

Mayoritas manusia di dunia ini, menganggap mimpi hanya sebagai sesuatu rekaan kejadian yang sifatnya abstrak, jadi hakekatnya mudah dilupakan oleh pikiran. Biasanya mimpi memiliki jalan cerita yang jelas atau ada juga yang alurnya tidak masuk akal sama sekali. Hal tersebut bisa terjadi karena yang mengatur mimpi adalah pusat emosional otak, bukan wilayah otak yang berhubungan dengan sesuatu yang logis. Namun berbeda dengan apa yang dialami oleh Sienna Skyla Malinka. Sejak umur 11 tahun, Sienna mendapati bahwa mimpi yang terjadi padanya merupakan gambaran dari sebuah masa depan. Mimpi Sienna memiliki alur yang jelas dan terasa logis, hal tiu terbukti dengan mimpinya yang selalu menjadi kenyataan.

Maka ketika siang ini Sienna tidak sengaja tertidur di sofa studio makeup-nya, manager maupun asistennya tidak ada yang membangunkannya. Sienna baru saja tertidur selama hampir 1 jam, dan biasanya gadis itu akan bisa terbangun sendiri setelah mimpinya selesai.

Zahra yang merupakan manager Sienna mendekati gadis itu dan memperhatikan raut wajah Sienna. Wajah Sienna tampak tenang dan bibirnya sedikit tertarik membentuk sebuah senyuman, jadi Zahra pikir bahwa Sienna sedang bermimpi indah.

Zahra, Fia, dan dua orang asisten yang bekerja dalam tim makeup artist milik Sienna, masih berada di studio itu untuk merampungkan beberapa pekerjaan lagi. Mereka harus mempersiapkan peralatan untuk merias klien di keesokan harinya. Tadinya Sienna juga ikut mempersiapkan beberapa produk-produk makeup untuk dimasukkan ke dalam case makeup, tapi saat Zahra menghampiri Sienna, gadis itu sudah tertidur di sofa. Jadwal Sienna tadi lumayan padat, hari ini ada 3 klien yang harus dirias olehnya. di wajar saja jika Sienna merasa kelelahan dan sampai akhirnya gadis itu tertidur di sofa.

Ketika Fia melewati Sienna yang tertidur, Zahra langsung meletakkan telunjuknya di depan bibir, mengisyarakatkan pada Fia untuk tidak menimbulkan terlalu banyak suara. Fia pun mengerti, gadis itu berjalan dengan langkah mengendap dan perlahan-lahan mengambil produk-produk makeup dari dalam etalase kaca. Fia memutuskan untuk merampungkan pekerjaan Sienna selagi atasannya itu masih tidur.

“Nanti kalau udah dua jam Sienna tidur, tolong dibangunin ya,” pesan Zahra kepada Fia sebelum berlalu dari sana. Fia mengangguk mengerti. Fia masih berada di sana dan memperhatikan wajah tertidur Sienna. Fia berpikir bahwa apa yang selama ini dilalui Sienna pasti tidaklah mudah, Sienna selalu dihantui oleh rekaan masa depan yang bisa Sienna ketahui lebih dulu dari pada orang lain.

Saat Fia hendak pergi dari sana, tiba-tiba Sienna membuka kedua netranya. Sienna nampak mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, lalu gadis itu mengubah posisi rebahannya menjadi duduk.

“Fi, sorry ya gue ketiduran. Tadi gue belum selesai beres-beres makeup buat besok, gue lanjut lagi deh,” ucap Sienna.

“Udah Mbak istirahat aja dulu, biar gue yang beresin. Makeup-nya tinggal dikit kok yang mau dimasukin ke case,” ujar Fia yang segera menahan pergerakan Sienna. “Mba, lo mimpi lagi ya?” tanya Fia dengan ekspresi khawatir yang tergambar jelas di wajanya.

Sienna terdiam sesaat, ia nampak sedang memikirkan sesuatu. Biasanya Sienna akan menceritakan seluruh yang ia mimpikan kepada orang-orang terdekatnya dan juga rekan kerjanya, karena mimpi Sienna kebanyakan adalah tentang klien yang akan diriasnya. Itu merupakan suatu keuntungan untuk timnya ketika bekerja, karena Sienna dapat mencegah sesuatu yang buruk dan mengubahnya menjadi takdir yang baik. Namun mimpi Sienna barusan tidak hanya tentang kliennya, dan Sienna tidak menceritakan yang bukan tentang klien kepada Fia.

“Iya, tadi barusan aja gue mimpi tentang klien kita besok,” ungkap Sienna.

“Oke, bentar gue ambil buku catatan dulu ya Mbak,” ucap Fia terlihat antusias. Mereka memang selalu membuat sebuah catatan. Jadi mimpi Sienna tentang klien akan dicatat di sebuah buku, dan dengan begitu, mereka dapat meminimalisir kesalahan yang akan terjadi ketika merias klien nanti.

Tidak lama kemudian, Fia telah kembali pada Sienna dengan sebuah buku catatan dan pulpen di tangannya. Fia siap mencatat poin-poin yang akan dikatakan oleh Sienna. Setelah beberapa saat mencatat, Fia telah dapat sebanyak 5 poin, jadi nanti mereka bisa pelajari catatan itu sebagai cara untuk mengurangi kesalahan ketika merias besok.

“Oke, good luck untuk besok ya Mbak. Lo lanjut istirahat aja, biar gue yang beres-beres,” ucap Fia. Sienna pun mengulaskan senyum kecilnya dan mengangguki ucapan asistennya tersebut.

Setelah Fia berlalu dari hadapannya, Sienna memutuskan untuk beristirahat dulu sejenak di ruangan miliknya. Langkah Sienna telah sampai di ruangan pribadinya, ia masuk ke dalam dan menutup pintunya. Sienna lalu mengambil ponsel miliknya dan mengetikkan sesuatu pada aplikasi notes di sana. Sejauh ini, belum ada yang tahu soal catatan yang dibuat oleh Sienna, ini merupakan catatan pribadi yang hanya Sienna yang mengetahuinya. Di dalam catatan tersebut, Sienna menceritakan bagian-bagian mimpinya yang tidak ia ceritakan kepada siapa pun.

Tanggal : 17 Juli 2022. Judul : Taman bunga mawar dan orang misterius

Hari ini gue dapet mimpi yang lumayan aneh dari biasanya. Gue ada di taman bunga yang mayoritas isinya adalah bunga mawar warna pink. Mawar-mawar di sana cantik banget. Waktu gue jalan semakin jauh, gue ngeliat danau yang airnya biru jernih, pemandangan di sana bener-bener bikin gue takjub. Nggak jauh dari danau itu, ada air mancur yang nggak kalah cantik dari bunga-bunga mawar yang ada di taman yang udah gue lewatin. Di dekat air mancur, ada keranjang yang isinya beberapa tangkai bunga mawar pink. Waktu gue mau ambil satu mawar itu dari sana, ada seseorang yang lebih dulu menaruh setangkai mawar pink di tangan gue. Wajah orang itu nggak terlalu jelas di penglihatan gue, tapi satu hal yang pasti, senyumnya terasa fameliar buat gue. Orang itu sempat bilang sesuatu sama gue. “Gue seneng bisa ketemu lagi sama lo, Sienna.” Dia cuma bilang gitu, terus habis itu gue bangun.

***

Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷

Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik di update selanjutnya. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜

Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~🍭

Regards

Alya

Flashback off.

Terdapat sebuah ruangan di basement rumah yang Raegan gunakan sebagai tempat menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah ia gelutinya, tapi tepat sesuai dengan perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna.

Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari senjata terdahulunya. Selain itu senjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.

Senapan

Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.

Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya tepat di depan mata Raegan.

Raegan

Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan Leonel. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.

Leonel maju selangkah, lalu berujar kepada Raegan. “Hows your life? Are you enjoyed it?”

Leonel

Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senjata itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroy me, you are totally wrong. Today I will show you how actually I am.”

“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.

I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi.

You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.

Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang akan mereka sepakati sebelum bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah datang ke kediamannya.

Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik, dengan tujuan agar bisa dijadikan antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik, bukan?” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan kalimatnya.

Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya menjadi antek dari seorang pria yang telah membunuhnya. How is it?”

Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.

Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”

“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.

“Kejaksaan sudah menjadwalkan penangkapan Dewandi hari ini di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara di kursi kebesarannya. Ini akan menjadi sangat menarik, Leonel. Bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”

***

A little Explaination : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR, mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.

Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presiden ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi kursi kekuasaan adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio tidak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden telah berencana menjebak Satrio dengan tuduhan pelanggaran kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terjadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yang besar terhadap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂