alyadara

Sesuatu yang paling Kaldera takuti akhirnya hari ini menjadi sebuah kenyataan. Kaldera tidak pernah bisa membayangkan bahwa hari ini akan datang, di dalam mimpi liarnya sekalipun. Sesuatu dari masa lalu kembali menghampiri mereka. Saat kebahagiaan telah banyak tercurahkan untuk keluarga mereka, kehancuran itu kembali datang menghantui.

Kaldera berada di kamar Noah, ia berusaha terlihat baik-baik saja di depan anaknya. Saat Noah bertanya kenapa mereka harus berada di dalam kamar dan pintunya dikunci, Kaldera tidak dapat menjelaskan lebih jauh. Noah pun seolah begitu mengerti perasaan mamanya, anak lelaki itu menjadi anak yang sangat penurut dan tidak bertanya lebih lanjut.

Mendapati Raegan akan menghadapi Leonel, Kaldera pun merasa kalut. Namun saat ia melihat kehadiran Noah dan sosok anaknya yang begitu mirip dengan Raegan, Kaldera berniat untuk membuat janji pada dirinya sendiri. Jika kemungkinan terburuk terjadi pada Raegan, Kaldera akan mencoba untuk merelakan. Bagaimana pun meski tanpa Raegan, Kaldera harus tetap bertahan dan melanjutkan kehidupan. Kaldera akan menjadi kuat untuk Noah dan calon anak di dalam kandungannya.

“Noah,” panggil Kaldera dengan suara lembut khasnya.

Noah yang sedang menyusun mainan puzzlenya pun menghentikan aksinya dan segera menghampiri Kaldera.

“Iya Mama, ada apa?” tanya Noah dengan suara lembutnya. Kedua mata Noah yang selalu menatap Kaldera dengan tatapan lembut seperti ini, merupakan alasan atas setiap senyum yang terbit di wajah Kaldera, merupakan alasan atas setiap perasaan bahagia yang dirasakan oleh Raegan.

“Mama pengen dipeluk sama Noah,” ujar Kaldera.

“Oke Mama,” balas Noah yang langsung bergerak lebih dulu memeluk Kaldera. Noah mendekap torso Kaldera dan mengusapkan tangan mungilnya di punggung ibunya. Noah melakukannya untuk membuat Kaldera merasa nyaman, seolah bocah lelaki itu dapat merasakan juga perasaan kalut yang tengah dirasakan oleh mamanya.

“Mama, I love you. Noah sayang sekali sama Mama,” ucap Noah pelan. Noah tidak bertanya mengapa Kaldera tiba-tiba bersikap seperti ini, meskipun beberapa pertanyaan mengantre di dalam pikirannya.

“Mama juga sayang sekali sama Noah,” ucap Kaldera dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Detik berikutnya Kaldera menguraikan pelukannya. Kaldera menatap paras Noah dengan tatapan penuh afeksi. Tiba-tiba saja Kaldera teringat dengan surat yang diberikan Raegan padanya. Entah mengapa, Kaldera merasa bahwa Raegan telah memprediksi semuanya dengan menuliskan surat tersebut.

Terngiang-ngiang di benak Kaldera semua kalimat yang Raegan tulis di surat itu. Kaldera sangat berharap, bahwa kisah mereka tidak berakhir sampai di sini, seperti apa yang tersirat di dalam surat itu. Kaldera berharap bahwa Raegan akan kembali. Raegan akan menatapnya dengan tatapan penuh cinta, mendekap tubuhnya, serta mengatakan bahwa pria itu sangat mencintainya.

***

END

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu puas dengan ENDING-nya ya. Sampai bertemu di cerita selanjutnya~ 🥂

Regards,

Alya Dara.

Flashback off.

Terdapat sebuah ruangan di basement rumah yang Raegan gunakan sebagai tempat menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah ia gelutinya, tapi tepat sesuai dengan perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna.

Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari senjata terdahulunya. Selain itu senjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.

Senapan

Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.

Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya tepat di depan mata Raegan.

Raegan

Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan Leonel. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.

Leonel maju selangkah, lalu berujar kepada Raegan. “Hows your life? Are you enjoyed it?”

Leonel

Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senjata itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroy me, you are totally wrong. Today I will show you how actually I am.”

“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.

I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi.

You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.

Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang akan mereka sepakati sebelum bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah datang ke kediamannya.

Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik, dengan tujuan agar bisa dijadikan antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik, bukan?” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan kalimatnya.

Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya menjadi antek dari seorang pria yang telah membunuhnya. How is it?”

Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.

Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan dengan cepat mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”

“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.

“Kejaksaan sudah menjadwalkan penangkapan Dewandi hari ini di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara di kursi kebesarannya. Ini akan menjadi sangat menarik, Leonel. Bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”

***

A little Explaination : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR, mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.

Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presiden ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi kursi kekuasaan adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio tidak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden telah berencana menjebak Satrio dengan tuduhan pelanggaran kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terjadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yang besar terhadap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Flashback : Sebuah Tawaran untuk Membalas Dendam

Leonel sebelumnya berpikir bahwa dendam dapat menghancurkan seseorang. Namun kini Leonel telah berhasil mengubah persepsi tersebut. Rasa dendam akan menghancurkan seseorang jika hanya terus bersarang di dalam hati, tapi tidak, jika itu dapat terbalaskan.

Leonel bukanlah orang yang suci, bahkan sejak awal Abbas telah mendidiknya dan membentuknya untuk menjadi seorang mafia yang handal. Leonel sama sekali tidak berniat untuk berubah menjadi sosok berhati malaikat. Leonel layaknya seperti sebuah api yang membara, ketika di tambah oleh bahan bakar, maka api tersebut akan semakin besar. Jadi ketika Leonel mendapati orang suruhan Dewandi datang padanya, Leonel dengan cepat memintanya menjelaskan maksud kedatangan orang itu.

Pria di hadapan Leonel itu lantas berujar, “Bos menawarkan sebuah rencana baru. Anda tentu tahu kepada siapa bos menyimpan dendamnya.”

Leonel masih diam di tempatnya, pria itu mendengarkan dengan seksama.

“Rencana kali ini, bos tidak ingin sampai ada kecacatan lagi. Jadi pastikan semuanya berjalan sesuai rencana dan persiapkan segalanya dengan matang,” lanjut pria di hadapan Leonel.

Leonel pun mengangguk. Pria itu mengatakan bahwa ia setuju untuk melakukan apa yang menjadi keinginan Dewandi. Rencana bertahun-tahun yang telah Dewandi susun, telah berantakan berkat orang itu, jadi Dewandi bertekad kuat untuk membalaskan dendamnya.

Saat pria di hadapan Leonel itu akan berlalu dari hadapannya, Leonel dengan cepat menahannya.

“Apa imbalan yang akan saya dapat jika berhasil melakukannya?” tanya Leonel.

“Bos bilang beliau akan memberikan apa pun yang Anda inginkan,” jawab pria itu.

Leonel kemudian memicingkan matanya, kedua alisnya bertaut dan pria itu menyunggikan senyum smirk-nya.

“Baik kalau begitu, Anda sampaikan pada bos tentang imbalan yang saya minta. Saya ingin selamanya bebas dari hukum dan mendapat nama Wirawan di belakang nama saya.”

“Tapi—” ucapan pria itu tertahan begitu saja saat Leonel mengedikkan kedua bahunya dan hampir saja berbalik pergi, pertanda bahwa ia akan membatalkan kesepakatan mereka sebelumnya.

“Tunggu,” ujar pria itu menahan langkah Leonel.

Leonel pun berbalik. Leonel lantas mengatakan kalau ia hanya memberi waktu 5 detik dari sekarang untuk membuat keputusan. Akhirnya pria utusan Dewandi itu menyetujui permintaan Leonel.

“Pastikan Raegantara dan keluarganya tamat di tangan Anda. Jika Anda tidak berhasil melakukannya dan justru menimbulkan masalah baru, Anda tentu tahu akibat yang harus Anda tanggung.” Usai mengucapkan kalimat itu, orang utusan Dewandi pun berlalu dari hadapan Leonel.

Dewandi memiliki dendam besar terhadap Raegan karena berkat pria itu, semua rencana apik yang telah ia susun hancur begitu saja. Leonel yang ingin bebas dari hukum dan mendapat nama Wirawan di belakang namanya, akhirnya rela melakukan perintah ayah kandungnya yang bahkan telah membuangnya selama puluhan tahun.

Leonel merasa tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Keluarga yang ia ketahui selama ini adalah keluarga kandungnya, menyalahkannya dan tidak lagi menganggapnya setelah apa yang terjadi kepada Abbas Pasha.

Keserakahan Dewandi telah membuat Leonel—anak hasil hubungan gelapnya—menjadi seorang yang rela untuk melakukan tindakan kriminal. Leonel jadi berpikiran bahwa rasa dendamnya tidak boleh menghancurkannya, justru rasa dendam tersebut harus membuatnya lebih kuat dan bangkit untuk membalaskan dendam tersebut. Demi memenuhi kepuasan untuk dirinya sendiri, Leonel rela menjadi seseorang yang kejam dan seseorang yang tidak pernah bisa lepas dari tindak kriminal.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Kurang lebih sekitar 30 tahun yang lalu, seorang pria yang merupakan asisten dari Dewandi Wirawan mendatangi kediaman Abbas Pasha. Abbas mengenal Dewandi pada saat itu, karena Abbas merupakan salah satu bagian dari anteknya.

Abbas menatap bayi laki-laki mungil yang kini berada di gendongannya, setelah pria yang mendatanginya menyerahkan bayi itu padanya.

Asisten Dewandi di hadapannya lantas berujar, “Bos meminta Anda untuk mengurus anak ini.”

“Siapa orang tua anak ini?” tanya Abbas, tampak kerutan di keningnya.

“Anak ini adalah hasil dari hubungan bos dengan seorang wanita. Anda tidak perlu bertanya lebih jauh, jalankan saja apa yang diperintahkan oleh bos.”

“Tunggu,” ujar Abbas menahan langkah pria itu untuk pergi dari hadapannya.

Pria itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik kembali kepada Abbas. “Apa imbalan yang akan bos berikan kalau saya merawat anak ini?” Abbas bertanya.

Pria itu menatap Abbas sejenak, lalu ia mengungkapkan sesuatu yang langsung membuat Abbas setuju untuk menjalankan perintah tersebut. “Sebagai imbalannya, Anda akan mendapatkan posisi tinggi di Mahkamah Agung. Sekaligus bos akan memberi Anda jumlah uang yang tidak sedikit. Satu hal yang harus Anda ingat, pastikan tidak ada yang tahu kalau tidak ada yang mengetahui identitas asli anak ini. Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?”

***

Rumah Tahanan Negara. 7 tahun yang lalu.

Cosmic radiation

Leonel mendapat hukuman seumur hidup atas tindak pidana yang telah dilakukannya. Leonel harus mendekam di dalam jeruji besi selama ia masih hidup, terlepas dari ia meninggal di usia berapapun. Jadi Leonel akan menghabiskan seluruh hidupnya di penjara sampai pria itu meninggal dunia.

Selama Leonel berada di rumah tahanan negara, tidak ada yang datang menjenguknya. Leonel berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Atas keluarganya yang hancur, dari mulai mamanya yang mengalami depresi karena papanya resmi mendapat hukuman mati, adik lelakinya yang tidak melanjutkan kuliahnya karena kasus pidana yang dilakukannya dan juga papanya.

Tepat kemarin adalah hari di mana Abbas menjalankan eksekusi tembak mati. Hukuman tersebut sesuai dengan bunyi Pasal 340 KUHP, yakni tentang pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu, maka pelaku akan dihukum mati dengan cara ditembak. Ini sudah seminggu berlalu sejak wafatnya Abbas Pasha Tarigan. Hari ini setelah sekian lama, ada seseorang yang menjenguk Leonel di tahanan. Begitu Leonel sampai di ruang jenguk, ia mendapati sosok Levin di sana. Adik lelakinya itu menatap Leonel dengan tatapan dingin dan penuh dengan kebencian.

Meskipun begitu, Leonel tetap ingin bertemu dengan Levin. Paling tidak, ia harus mengetahui kabar mamanya dari adiknya.

“Lo nggak pantes tanya kabar soal mama,” ucap Levin saat Leonel bertanya tentang kondisi Maya setelah mereka kehilangan Abbas.

“Maksud lo apa ngomong kayak gitu?” tanya Leonel dengan nada suaranya yang terdengar marah. Sisi keras Leonel rupanya lebih mendominasi dirinya. Leonel juga tidak tahu apa yang telah terjadi padanya, padahal ia merasa kalau ia masih memiliki sisi lembutnya. Leonel menyayangi keluarganya, yakni adiknya dan mamanya.

Levin terlihat mengepalkan tangannya yang berada di atas meja, hingga urat-urat tangannya tampak menonjol. Dengan wajahnya yang memerah karena diliputi oleh amarah, serta matanya yang menatap Leonel tajam, Levin kembali berujar, “Lo itu bukan kakak kandung gue, lo cuma pembawa sial di dalam keluarga, lo harus tau itu. Gara-gara lo, gue sama mama gue kehilangan papa. Keluarga gue hancur gara-gara kehadiran lo di dunia ini, Leonel Nathan.”

Selama ini Leonel tidak tahu menahu soal identitas aslinya, bahwa ia bukanlah bagian dari keluarga Tarigan. Seumur hidupnya, Leonel belum pernah marah dan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Baru kali ini Leonel marah dan kecewa karena fakta yang diungkapkan Levin barusan.

Levin kemudian beranjak pergi dari hadapan Leonel, tanpa mengatakan apa pun padanya. Bahkan saat Leonel meminta penjelasan Levin lebih lanjut tentang identitasnya, Levin enggan mengatakannya. Bagi Levin, Leonel tidak pernah menjadi kakaknya, tepatnya sejak Levin tahu kalau Leonel bukan kakak kandungnya.

Sepeninggalan Levin hari itu, hingga berbulan-bulan kemudian, rupanya Leonel telah memutuskan merawat dendam di hatinya. Rasa dendam tersebut akhirnya tumbuh besar dan menjadi sesuatu abadi yang menguasai dirinya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Tahun-tahun telah berlalu dan rasanya itu terjadi dengan begitu cepat. Setiap hari yang Kaldera lalui, setiap jamnya, setiap detiknya, selalu ada Raegan di sana. Kebahagiaan mereka pun bertambah sejak kehadiran buah hati mereka. Noah Zayden Gumilar. Tahun ini anak laki-laki pertama mereka menginjak usia 5 tahun. Noah tumbuh menjadi anak yang mendapat begitu banyak cinta dari orang tuanya, dari kakek dan neneknya, serta dari orang-orang sekitar Raegan dan Kaldera yang hampir selalu merasa terkagum saat melihat bocah lelaki itu.

Noah Zayden

Noah mewarisi kulit putih Raegan, dua lesung pipinya, dan senyumnya yang persis seperti saat Raegan kecil. Bahkan kedua mata teduh milik Noah juga lelaki itu dapat dari papanya. Noah adalah anak yang tampan, aktif, dan selalu ceria. Meskipun tampilan fisiknya hampir 90% mirip Raegan, Kaldera tidak mempermasalahkan hal tersebut sama sekali. Noah tetap mendapat gen darinya, yakni sikapnya yang lebih mudah dalam mengungkapkan perasaan, lebih banyak bicara, tidak seperti Raegan yang lebih banyak aksi ketimbang berucap.

Sore itu di hari Minggu, Raegan dan Kaldera sedang menghabiskan waktu bersama untuk keluarga kecil mereka. Hari Minggu menjadi hari favorit mereka. Raegan dan Kaldera libur bekerja dan Noah juga libur dari sekolah Taman Kanak-Kanaknya, jadi mereka bisa menghabiskan waktu bersama.

“Noah,” Raegan memanggil anaknya dengan suara lembutnya.

“Iya Papa …” sahut Noah yang segera berlari menuju ruang keluarga. Di sana Raegan dan Kaldera terlihat sedang duduk santai di sofa. Noah menghampiri papa dan mamanya menggunakan skuter kesayangannnya.

“Ada apa Bos?” ujar Noah dengan suara cerianya. Anak lelaki itu membungkukkan badannya di hadapan Raegan, seolah-olah Noah sedang menjadi ajudan dan Raegan adalah bosnya.

“Buka dulu dong Nak helmnya,” ujar Kaldera kepada Noah. Noah pun dengan cepat menurut pada mamanya dan membuka kaca helm full face di kepalanya.

“Ada perintah apa Pak Bos?” tanya Noah lagi. Raegan pun tergelak mendapati tingkah anaknya itu.

Raegan lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap perut Noah yang terekspos. “Kapten tim harus pakai baju dulu, baru bisa menjalankan perintah dari Bos.”

Noah Being Active & Cute

“Oke, Bos. Kapten pakai baju dulu ya kalau gitu. Habis itu kita jalankan misi menangkap penjahat,” ujar Noah. Kemudian Noah segera berlalu dari hadapan orang tuanya. Masih menggunakan skuternya, Noah melenggang ke kamar miliknya. Noah begitu mandiri, dan seringkali mengatakan pada orang tuanya bahwa ia sudah besar. Jadi bocah lelaki itu bisa melakukan hal-hal kecil untuk dirinya sendiri, seperti mengganti baju atau menyikat gigi sebelum tidur.

Raegan dan Kaldera masih menunggu Noah kembali, begitu terdengar suara dering telfon yang berada di ruang keluarga. Raegan mengangkat telfon itu dan berbicara dengan seseorang di ujung sana. Tidak lama kemudian, telfon pun ditutup. Namun Raegan masih berdiri di sana, bukannya kembali menghampiri Kaldera di sofa. Kaldera yang merasa aneh dengan situasi tersebut, bergegas beranjak dari posisinya dan menghampiri Raegan.

“Mas, siapa yang tadi nelfon?” tanya Kaldera. Raegan pun berbalik untuk menghadap Kaldera. Dari sorot mata suaminya, Kaldera dapat menebak bahwa ada sesuatu yang tidak baik yang tengah terjadi.

“Mas, kenapa?” tanya Kaldera dengan matanya yang menatap memindai pada Raegan.

“Barusan bodyguard kita ngasih tau kalau pintu belakang rumah kita dibobol,” ujar Raegan. Rupanya Raegan tidak terlihat terkejut akan kondisi tersebut, pria itu masih tampak tenang. Beberapa kali Raegan memang telah mendapat teror dan berusaha menyelidiki semuanya, selama kurang kebih 7 tahun belakangan ini.

Sesuai yang pernah diselidiki oleh The Ninety Seven sebelumnya, kemungkinan antek Dewandi akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Kaldera mengetahui semua yang Raegan lakukan tahun-tahun belakangan ini. Kaldera jelas khawatir, tapi Kaldera percaya bahwa Raegan akan bisa mengatasinya.

Kaldera diam saja begitu Raegan meraih tangannya lalu menggandengnya. Raegan membawa Kaldera menuju kamar Noah. Di sana di hadapan Kaldera dan Noah, Raegan mengatakan bahwa ia harus pergi sebentar untuk menyelesaikan suatu urusan yang penting.

“Papa mau ke mana? Ini kan hari Minggu, kok Papa mau kerja?” tanya Noah. Raegan lantas berlutut di hadapan anaknya, pria itu mengulaskan senyum segarisnya. “Papa ada urusan sebentar, Noah. Noah di sini sama Mama ya. Kapten Noah kan hebat, jadi Kapten harus harus jagain Mama, oke?” tutur Raegan pada anaknya.

“Oke Papa,” ucap Noah yang lekas menyambut tangan Raegan untuk melakukan high five.

Kemudian Raegan bangkit dari posisi berlututnya. Kini Raegan beralih pada Kaldera. Raegan menangkup halus kedua sisi wajah istrinya, ia memandangii wajah cantik itu dengan penuh kasih sayang.

“Kal, aku janji sama kamu. Aku akan kembali untuk kamu, Noah, dan calon anak kita,” ucap Raegan. Raegan kemudian menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Setelah itu Raegan beralih mengusapkan tangannya pada perut Kaldera yang nampak tidak rata, baby bump-nya sudah terlihat di usia kandungannya yang menginjak 16 minggu.

“Mas, kamu hati-hati ya,” ucap Kaldera sebelum Raegan benar-benar melenggang pergi. Raegan mengangguk dan sungguhan berlalu setelah sempat mendekap Kaldera ke dalam pelukannya.

Raegan telah berjanji pada keluarganya bahwa ia akan kembali. Kali ini Raegan akan memastikan bahwa antek Dewandi benar-benar tamat di tangannya. Raegan tidak akan membiarkan sedikit pun seseorang menyentuh maupun melukai keluarganya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

2 tahun kemudian.

14 Juli merupakan tanggal yang spesial, dan Kaldera akan selalu mengingat tanggal itu. Tepat di tanggal tersebut, seseorang yang spesial bagi Kaldera tengah berulang tahun. Kaldera sengaja bangun lebih pagi hari ini. Saat Raegan masih terlelap, Kaldera sudah mandi dan sedikit memoleskan makeup sederhana di wajahnya.

Ketika Kaldera selesai dengan dirinya, ia menghampiri Raegan di kasur. Raegan tampak masih nyenyak tertidur. Kaldera mengamati paras suaminya. Ciri khas ketika Raegan tertidur adalah belah bibirnya yang selalu sedikit terbuka. Kaldera lantas mengulaskan senyum segarisnya.

Dengan suara lembut, Kaldera berujar di dekat Raegan, “Mas.” Raegan belum terbangun juga, membuat Kaldera berusaha memikirkan cara lain untuk membangunkan Raegan.

“Sayang ... bangun yuk? Ini kan hari spesial kamu,” ucap Kaldera. Kaldera lantas mengarahkan jarinya untuk membuat garis tidak kasat mata di batang hidung Raegan. Berkat aksi Kaldera itu, Raegan sedikit bergerak di dalam tidurnya.

Kaldera

“Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu. Bangun yuk, liat dulu hadiahnya,” ujar Kaldera lagi. Namun Raegan belum juga bangun. Oke, ini adalah ide terakhir yang terpikirkan oleh Kaldera. Kaldera langsung memutuskan untuk melayangkan kecupan di pipi Raegan. Bibirnya mendarat tepat di pipi mulus Raegan. Kaldera pikir itu akan berhasil, tapi rupanya tidak juga. Baiklah, masih ada 1 pilihan alternatif lagi yang kemungkinan bisa mujarab.

Kaldera lantas mendekatkan dirinya, lalu dengan cepat ia mendaratkan bibirnya tepat di atas bibir Raegan.

Cuph.

Terdengar bunyi singkat ketika Kaldera memberikan kecupannya. Raegan akhirnya membuka matanya berkat sesuatu yang mendarat di bibirnya itu. Dengan wajah kantuknya dan tangannya yang mengucek mata, Raegan menatap Kaldera. Kening Raegan pun berkerut. “Kamu mau ke mana, Sayang? Kok udah rapi gini?” tanya Raegan sambil mengamati penampilan Kaldera. Sebuah parfum manis khas Kaldera terserap ke dalam indera penciuman Raegan, selain itu istrinya nampak sedikit berdandan.

“Kamu lupa ya? Ini kan hari spesial kamu,” ujar Kaldera.

“Oh iya. Aku baru inget,” Raegan pun bergerak dari posisi baringannya. Raegan menyandarkan punggungnya ke header kasur, lalu ia menarik Kaldera untuk dibawa ke dalam dekapannya.

“Selamat ulang tahun Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang. Makasih ya,” balas Raegan.

Kaldera lantas mendongak untuk mempertemukan netranya dengan netra Raegan. “Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu,” ucap Kaldera yang kemudian langsung beranjak dari dekapan Raegan dan melenggang keluar kamar.

Raegan menunggu Kaldera kembali karena Kaldera hanya memintanya tetap di tempatnya. Tidak beberapa lama Kaldera pun telah kembali. Raegan duduk di kasur dan memperhatikan kedua lengan Kaldera bersembunyi di balik tubuhnya, sepertinya istrinya itu membawa hadiahnya dan tidak berniat langsung memperlihatkannya pada Raegan.

Raegan

“Kamu tutup mata dulu,” ucap Kaldera yang kini sudah duduk bersila di hadapan Raegan. Raegan pun menurut saja, ia lekas memejamkan matanya.

Kemudian Raegan merasakan Kaldera meletakkan sesuatu di kedua tangannya. Sesuatu itu tidak teralu berat, bahkan terasa cukup kecil.

“Oke, sekarang kamu boleh buka mata,” ujar Kaldera memberitahu Raegan. Raegan terlihat tersenyum gugup, lalu detik berikutnya Raegan pun membuka mata.

Testpack

Raegan langsung menatap benda yang berada di tangannya itu. Sepersekian detik Raegan terdiam sambil memandangi benda itu lekat-lekat. Raegan mengeluarkan benda itu dari dalam kotaknya, lalu Raegan beralih menatap Kaldera. Tatapan Raegan tampak berbinar bahagia.

“Kal ini— ” ucapan Raegan tertahan seraya matanya yang tampak berkaca-kaca.

Kaldera pun mengulaskan senyumnya. “Aku harap hadiah ini akan jadi hadiah yang berkesan untuk kamu. Sebenarnya aku udah tes dari 2 minggu yang lalu, tapi aku mau jadiin kabar bahagia ini sebagai hadiah ulang tahun kamu,” jelas Kaldera.

Tanpa aba-aba, Raegan meletakkan benda itu di kasur, lalu ia merengkuh Kaldera ke dalam pelukannya. “Kal, kita udah nunggu ini cukup lama,” ucap Raegan.

Beberapa detik kemudian, Raegan mengurai pelukannya dan menatap Kaldera. Raegan menangkup kedua sisi wajah Kaldera, ia menatap Kaldera dengan tatapan penuh sayang. “Kal, aku bahagia banget. Makasih ya,” ucap Raegan. Kemudian Raegan menurunkan wajahnya dan berhenti di dekat perut Kaldera yang masih terlihat rata. Raegan lantas menyematkan sebuah kecupan di sana.

Mendapati kejadian itu di depan matanya, Kaldera pun merasa begitu terharu dan bahagia. Mereka memang telah cukup lama menanti kehadiran sang buah hati. Raegan dan Kaldera sempat khawatir bahwa mereka tidak bisa memiliki anak, karena berkali-kali mengecek ke dokter kandungan, hasil semuanya baik dan normal. Namun rupanya mereka memang diminta untuk menunggu dan menghabiskan waktu berdua dulu tanpa hadirnya seorang anak.

Raegan menatap Kaldera sambil menorehkan senyumnya. “Kal, ini adalah hadiah ulang tahunku yang terindah,” ucap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

They're Bed Room

“Mas, akunya ditinggal ini ya ceritanya?” Kaldera bermonolog sambil memperhatikan wajah tidur Raegan yang nampak damai, dan selalu tak pernah ketinggalan, tampan. Kulit halusnya, bulu mata panjangnya, hidung tingginya, serta bibir keriting Raegan yang selalu terlihat begitu indah, Kaldera sangat mengagumi pria ini.

Setelah mereka bercinta, Raegan dengan cepat terlelap. Di babak kedua tadi, sekitar 20 menit lebih mereka melakukannya dan akhirnya sama-sama kelelahan. Mengenai Raegan yang terlelap, Kaldera jadi teringat tentang perkataan dokter obgyn tempo lalu. Dokter menjelaskan jika seorang pria tertidur setelah berhubungan intim, artinya itu adalah hal yang sangat bagus. Pasangannya, yakni si perempuan, telah melakukan yang terbaik sehingga sang pria mudah terlelap setelah melakukannya.

Hanya dengan mengingat fakta tersebut, Kaldera menjadi berbunga-bunga. Namun kira-kira apa artinya, jika seorang wanita justru tidak bisa tidur setelah berhubungan intim? Kaldera berkali-kali kepikiran tenang apa yang terjadi di antara mereka beberapa jam lalu, hingga membuatnya kini tidak bisa memejamkan mata. Kaldera berpikir, bahwa Raegan sangat hebat saat melakukannya. Namun mengapa Kaldera tidak merasakan kantuk sama sekali?

Ya, Raegan melakukannya dengan sangat baik. Kaldera tersenyum tersipu dibuatnya. Entahlah, ia juga tidak tahu mengapa justru dirinya kesulitan terlelap. Detik berikutnya, Kaldera mendekatkan tubuhnya kepada Raegan, lalu Kaldera menyandarkan tubuh mungilnya pada tubuh besar Raegan. Kaldera berusaha memejamkan matanya dan melupakan pertanyaan yang mengganjal pikirannya.

***

Cuddle in Morning

“Selamat pagi, Kal,” ucap Raegan. Kedua netra Raegan terbuka dan langsung menatap Kaldera yang berada di dekapannya.

“Hai, Mas. Selamat pagi juga,” balas Kaldera sembari mengulaskan senyum kecilnya.

Raegan memperhatikan wajah Kaldera yang baru bangun tidur. Mata Kaldera terlihat agak sembap, jadi Raegan berpikir bahwa istrinya itu tidur sangat nyenyak semalam.

“Kamu tidurnya nyenyak banget, ya?” tanya Raegan.

“Uhmm … iya sih nyenyak banget,” jawab Kaldera. Otomatis Kaldera pun bertanya karena penasaran, “Kalau kamu gimana?”

“Aku tidurnya juga nyenyak banget,” jawab Raegan.

Raegan masih menatap Kaldera dengan intens, tidak berniat melihat ke arah lain selain fokus kepada wanitanya.

Oh, tidak. Kaldera tiba-tiba teringat lagi soal perkataan dokter obgyn. Ini adalah pertama kali bagi Raegan dan Kaldera berhubungan intim, dan apakah Kaldera telah melakukannya dengan cukup baik untuk Raegan? Kaldera bertanya-tanya dalam hatinya.

“Sayang,” ucap Raegan yang langsung mendistraksi pemikiran monolog Kaldera.

“Iya Mas? Kenapa?” Kaldera segera memberikan seluruh atensinya kepada Raegan.

“Makasih ya, semalam luar biasa,” Raegan menjeda ucapannya. Pria itu kemudian tersenyum, jenis senyum orang yang benar-benar sedang dilanda oleh asmara.

The moment we spent tonight, it was the best moment in my life, Kal. You are the prettiest thing that happened to me.” Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh afeksi, lalu lelaki itu mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan sayang.

“Kal, I love you,” ujar Raegan dengan nadanya yang terdengar begitu tulus. Tidak lupa, berikutnya Raegan menyematkan kecupan halus di kening Kaldera, sebuah kecupan tanda sayang.

“Kamu juga hebat. Makasih banyak ya Mas untuk semalam,” balas Kaldera seraya mengulaskan senyum hangatnya.

Mereka merasakan perasaan luar biasa dengan cara yang begitu sederhana. Baik Raegan maupun Kaldera, keduanya telah sama-sama melakukan yang terbai, dan dengan mengetahui hal tersebut, mereka sudah merasa lebih dari sekedar bahagia.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Yunani merupakan negara yang terletak di bagian selatan benua Eropa yang terkenal memiliki pesona laut yang indah. Di Yunani terdapat banyak bangunan bersejarah kuno yang berdiri kokoh, yang berlatarkan pemandangan alam yang sangat menawan.

Salah satu kawasan yang memiliki pemandangan indah di Yunani adalah Santorini. Santorini dikenal hingga ke manca negara sebagai tempat romantis untuk menghabiskan waktu bulan madu.

Raegan dan Kaldera memilih Santorini sebagai destinasi bulan madu mereka. Ini merupakan malam kedua Raegan dan Kaldera menginap di sebuah penginapan bak surga dunia. Mereka memilih sebuah penginapan yang terletak di tepian gunung, karena posisi tersebut membuat kamar mereka langsung menghadap ke pemandangan laut yang indah. Ketika jendela kamar dibuka, Raegan dan Kaldera dapat melihat pemandangan laut biru yang cukup dekat dengan mata.

Santorini 1

Santorini 2

Sore ini Raegan dan Kaldera berniat untuk menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan senja. Mereka merebahkan diri di atas sebuah kasur single yang mengambang di infinity pool. Tepat di depan mereka, tampak hamparan laut luas dan matahari yang perlahan-lahan bergerak turun di sisi barat.

“Mas,” ujar Kaldera.

Raegan seketika menoleh ke samping. Kacamata rayban hitam yang semula di pakai Raegan, kini pria itu naikkan ke atas kepalanya.

“Iya Kal?” tanya Raegan.

“Kita besok berenang yuk?”

“Boleh. Pagi ya jam 7.”

“Jangan terlalu pagi Mas. Aku nggak bisa bangun nanti, masih ngantuk.”

“Pasti bisa,” ujar Raegan.

“Kalau aku nggak bangun gimana? Sore aja kita berenangnya, biar nggak terlalu panas juga.”

“Kalau kamu nggak bisa bangun, aku bisa gendong kamu ke pantai,” ujar Raegan dengan entengnya.

“Mas, kamu mau kita ke pantai atau—”

“Atau apa?” tanya Raegan cepat. Kaldera kini mendapati Raegan menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Kaldera menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumannya. Raegan masih menatap Kaldera, tapi Kaldera justru bergerak dari posisi baringannya dan segera berjalan menuju ke dalam kamar. Raegan terkekeh pelan, lalu dengan cepat ia bergerak dari posisnya dan menyusul Kaldera ke dalam.

“Kal,” panggil Raegan dengan suara lembutnya.

“Maksud kamu tadi apa?” tanya Raegan yang kini tengah berlutut di samping kasur. Kaldera memunggungi Raegan, tidak berniat menghadapnya. Terang saja, Kaldera kini merasa gugup dan jantungnya berdebar dengan cepat, padahal itu akibat ucapannya sendiri.

“Kal,” panggil Raegan lagi. Masih belum mempan, Raegan pun menggunakan cara lain. “Sayang …” ujar Raegan sembari mengusap lembut bahu Kaldera yang terekspos karena istrinya itu mengenakan atasan sleeveless.

Jemari-jemari Raegan yang menari di atas lengan Kaldera, membuat Kaldera tidak dapat mengabaikan Raegan lama-lama. Sentuhan Raegan sangat mampu membangkitkan sesuatu di dalam diri Kaldera.

Kaldera pun membalikkan tubuhnya dan kini sepenuhnya menghadap Raegan.

“Maksud kamu tadi apa? Kamu belum selesai ngomongnya,” ujar Raegan yang terlihat tengah menahan senyumannya.

“Maksud aku … kamu mau ke pantai atau kita ngelakuin itu malam ini,” ujar Kaldera. Kaldera kemudian terdiam sesaat, lalu ia kembali berucap sambil menatap Raegan lekat-lekat. “Mungkin besok kita nggak bisa ke pantai kalau kita ngelakuin itu malam ini Mas.”

We do what?” tanya Raegan.

You knew what I mean,” ujar Kaldera.

Raegan akhirnya mengangguk. “Iya, Sayang. Aku paham kok maksud kamu.” Raegan mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan lembut. Kemudian tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Kaldera tenggelam pada iris teduh Raegan, pada pesona pria itu yang selalu nampak luar biasa baginya. Bibir Raegan itu, bibir yang tidak pernah absen mengecup bibirnya sebelum mereka tidur di malam hari. Bibir yang selalu memujinya, setiap hal kecil yang Kaldera lakukan, Raegan tidak pernah lupa untuk memuja wanitanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kaldera perlahan bergerak mengecup bibir Raegan lebih dulu. Raegan terkekeh pelan di tengah ciuman mereka, tapi tawanya itu sama sekali tidak mengurangi kemampuannya untuk membalas ciuman Kaldera. Saat pagutan mereka semakin dalam, Raegan pun mulai melesakkan lidahnya untuk memasuki Kaldera, untuk menyapa rongga mulut wanitanya. Setiap gerakan yang Raegan lakukan terasa mengangumkan. Tubuh kekar dan tegap yang kini berada di atas Kaldera, terlihat begitu menawan. Peringai Raegan itu, berhasil membuat bulu-bulu di tubuh Kaldera berdiri tegak.

Raegan memiringkan sedikit kepalanya, ia melakukannya untuk memudahkannya melahap sempurna bibir Kaldera. Kaldera berserah pada dirinya, seperti anjuran di buku yang ia baca, Kaldera membiarkan dirinya mengeluarkan reaksi alamiahnya. Ketika Raegan menciumi lehernya, Kaldera pun mendesahkan napasnya dengan kuat. Suara helaan nafas Kaldera yang seksi itu, tangan Kaldera yang meramas rambut di bagian belakang kepala Raegan, membuat Raegan semakin memperdalam ciumannya guna menyalurkan seluruh perasaannya kepada Kaldera.

Setelah beberapa detik Raegan dan Kaldera bergelut dengan pergerakan dan perasaan yang luar biasa itu, kini Raegan menatap Kaldera dalam-dalam. “Kal, izinin aku untuk memiliki kamu malam ini,” ujar Raegan dengan suara nafasnya yang terdengar berat.

Kaldera memperhatikan reaksi alami yang terjadi pada Raegan. Prianya itu kini dipenuhi oleh peluh di hampir seluruh wajahnya, warna kulit wajah yang seputih susu itu sekarang nampak memerah. Kaldera pun menjawab permintaan Raegan tentang memilikinya dengan sebuah anggukan pasti. Sebuah senyum cantik pun terukir di wajah Kaldera.

Setelah permintaan izin itu, mereka mengubah posisi menjadi duduk. Kaldera bersandar di header kasur, sebuah bantal diletakkan oleh Raegan di balik punggung Kaldera, dengan tujuan agar Kaldera dapat merasa lebih nyaman. Kemudian Raegan kembali mencumbu bibir Kaldera, belah bibir yang akan selalu dicumbunya dan selalu membuatnya candu. Pagutan dan pergerakan mereka membuat kasur king size yang mereka tempati bergoyang, begerak dengan gerakan naik turun. Sprei yang sebelumnya terpasang dengan sempurna, telah berubah bentuknya menjadi tidak karuan.

Kisses 1

Raegan tidak melepas pagutan mereka sedikit pun, konsentrasinya tetap bisa bekerja dengan baik bersamaan dengan tangannya yang mulai melepaskan pakaian Kaldera. Kini hanya tersisa sebuah bra hitam di tubuh Kaldera. Sebelumnya Raegan telah lebih dulu menanggalkan kaus di tubuhnya, itu ia lakukan berkat rasa panas yang tiba-tiba menyergapnya.

Raegan dan Kaldera berhenti sejenak untuk mengambil nafas setelah melakukan ciuman yang terasa cukup panjang. Hembusan nafas mereka pun terdengar beradu dengan indah. Kaldera yang sudah merasa lemah, berusaha mencari kekuatan dengan menempelkan dahinya di dahi Raegan, dan satu lengannya terkulai lemas di bahu polos Raegan.

“Kal, you are the prettiest woman for me. You full filled my heart and my mind with your existence,” ucap Raegan di tengah-tengah kegiatan istirahat mereka. Kedua lengan Raegan mendekap pinggang ramping Kaldera, lalu Raegan mengusap pinggang itu dengan gerakan yang sensual. Kaldera sedikit melenguh berkat aksi Raegan itu, tapi justru Kaldera mengisyaratkan pada Raegan untuk terus melakukan sentuhannya.

Saat Raegan selesai mencicipi hampir setiap inci tubuh Kaldera, baik dengan jemari maupun dengan mulutnya, kini giliran Kaldera yang akan melakukannya. Pertama-tama Kaldera menatap Raegan lamat-lamat, lalu tangannya bergerak mengarahkan rahang Raegan untuk mendekat padanya. Kaldera menjelajahi setiap celah wajah Raegan, bentuknya yang sempurna, membuat Kaldera melihatnya dengan mata berbinar dan panjatan rasa syukur yang ia ucapkan dalam hati. Kaldera menggesekkan ujung hidungnya pada ujung hidung Raegan, aksi kecil itu berikutnya mampu membuat sesuatu di dalam diri Raegan menggelora. Dari setiap sentuhan Kaldera di tubuh Raegan, Raegan dapat merasakan cinta dan kasih sayang Kaldera yang ditujukan untuknya.

Gif kiss

Kaldera kini bergerak untuk menempelkan tubuhnya pada Raegan. Raegan seketika merasakan dua buah benda kenyal yang menyapa permukaan dada bidangnya. “Kal …” lirih Raegan dengan suara husky-nya yang terdengar semakin berat. Kaldera bergerak mencium leher jenjang Raegan, kecupan yang awalnya lembut itu berubah menjadi lebih brutal. Kaldera telah meninggalkan jejak merah di kulit putih Raegan, sekaligus hembusan nafas hangatnya yang mampu menggelitik Raegan.

Kaldera kini beralih turun ke bagian perut Raegan. Pertama jarinya bermain di sana, tapi lama-lama berubah bibir Kaldera yang menjajaki perut sixpack Raegan. Kaldera memberikan tanda cintanya di sana, memberitahu bahwa Raegan seorang hanyalah miliknya. Setiap area ini hanya untuknya saja, tidak seorang pun selain dirinya dapat menyentuhnya.

Setelah 15 menit mereka bermain, kini mereka sudah sama-sama basah. Di bagian bawah sana, milik Raegan sudah mengeras. Kaldera bisa merasakan itu ketika ia bergerak naik ke pangkuan Raegan, dan sesuatu yang besar terasa mengenai pahanya tadi.

Raegan bergerak memeluk Kaldera selama beberapa saat. Pria itu membisikkan kata-kata cintanya sembari mengusap punggung polos Kaldera. Kemudian dengan perlahan, Raegan mengubah posisi mereka. Kaldera berada di bawah Raegan, kedua lengan kekar Raegan mengunci Kaldera dengan bertumpu di sisi kanan dan kiri wajah wanitanya.

“Kal, it will hurt you,” ucap Raegan.

Kaldera kemudian hanya mengangguk pelan, ia menelan salivanya dengan sedikit usaha. “Mas, aku mau ke kamar mandi dulu sebentar. Boleh?” tanya Kaldera. Dari tatapan matanya Kaldera terlihat merasa bersalah. Namun apa yang terjadi selanjutnya, Kaldera pun dibaut terpana, lagi dan lagi oleh sikap lembut Raegan kepadanya. Raegan membiarkannya untuk mengambil waktu di kamar mandi. Tanpa mengucapkan apa pun yang mungkin dapat menyinggung Kaldera, Raegan pun hanya membiarkan Kaldera melenggang pergi.

Di depan pintu kamar mandi, Raegan menunggu Kaldera dengan setia. Sekitar lima menit berlalu, Kaldera akhirnya kembali. Mendapati Raegan menunggunya, otomatis senyum Kaldera terulas. Kaldera meraih tangan Raegan dan kemudian bergerak menggenggamnya. Kaldera mendekatkan tangan Raegan pada bibirnya, lalu ia memberikan kecupan halus dipunggung tangan itu.

“Mas, maaf ya. Aku tadi gugup banget,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang. Nggak papa,” ucap Raegan.

Saat Kaldera menggandeng tangannya, Raegan bertanya, “Kita mau lanjut lagi?”

Kaldera mengangguk. “Iya. Kita lanjut lagi.”

“Kal, kamu yakin?” tanya Raegan.

Kaldera menoleh dan kemudian menatap Raegan. Kaldera lantas sedikit berjinjit untuk menyematkan kecupan di pipi Raegan. “Aku yakin, Mas. Aku nggak punya keraguan atas kamu. Aku izinin kamu untuk memiliki aku, begitu pun sebaliknya. Malam ini rasanya spesial banget buat aku. Aku ingin memberikannya untuk kamu, dan aku nggak sama sekali ragu.”

***

Raegan dan Kaldera telah kembali ke kasur. Kaldera menjamah kasur terlebih dulu, lalu berikutnya Raegan bergerak menyusulnya. Raegan tahu di mana tempat favorit Kaldera. Maka dari itu, dengan gerakan yang sangat lembut, Raegan memindahkan Kaldera ke atas pangkuannya.

Kiss 2

Setelah itu Kaldera meraih satu tangan Raegan, Kaldera membawa tangan Raegan untuk menuju dadanya. Kaldera meminta Raegan untuk mengusap dua buah dadanya yang sudah tampak menegang di sana.

“Kal, kalau sakit atau kekencangan, kamu bilang ya,” ucap Raegan. Kaldera mengangguk. Detik berikutnya, Kaldera menatap ke arah tangan Raegan yang mulai menyentuh miliknya. Jari-jari Raegan yang panjang tampak sangat pas menangkup miliknya. Dari awal yang hanya sebuah sentuhan, kini mulai berubah menjadi remasan. Kaldera memejamkan matanya sesaat, lalu membuka lagi. Itu terjadi secara berulang, hingga rasanya setengah kesadaran Kaldera seperti dibawa pergi entah ke mana.

“Mas … sekarang aja,” ujar Kaldera dengan suara lemahnya.

“Oke,” ucap Raegan. Satu tangan Raegan lantas menyilakan helai rambut Kaldera yang turun di wajah wanitanya. Kaldera dibanjiri oleh peluh dari paras sampai ke lehernya, dan itu tampak sangat seksi bagi Raegan. Di leher jenjang Kaldera, terlihat tanda cinta yang dibuat oleh Raegan.

Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah Raegan memposisikan Kaldera untuk berada di bawahnya. Raegan meletakkan dua buah bantal di bawah kepala Kaldera, dengan posisi seperti itu, Kaldera pun dapat merasa lebih nyaman dan rileks.

Kaldera tidak dapat melepaskan tatapannya dari Raegan begitu pria itu menanggalkan underwear Calvin Klein hitamnya. Berikutnya dengan kedua netranya, Kaldera sepenuhnya melihat sebuah benda milik Raegan. Itu nampak cukup besar, panjang, dan terlihat mengeras.

Can I touch it?” tanya Kaldera pelan.

Raegan mengangguk. “Of course, Baby. You can touch it,” ujar Raegan. Kemudian secara perlahan, Kaldera mengarahkan tangannya ke sana. Ia memegang benda itu dengan pelan, lalu lama-lama bergerak memainkannya. Selama itu terjadi, Kaldera dan Raegan kembali saling mencumbu. Raegan mendesahkan nafasnya, sesekali melafalkan kata-kata cintanya untuk Kaldera.

“Mas,” ujar Kaldera saat cumbuan mereka terurai.

“Hmm?”

Your deep voice … I almost died because of it,” ujar Kaldera. Mendengar itu, Raegan lantas terkekeh pelan. Kekehan Raegan itu justru berdampak jauh lebih parah dari pada lenguhan seksinya. Kaldera ingin memiliki tawa itu hanya untuknya. Raegan yang seperti ini, hanya boleh terlihat di depannya saja.

“Mas, I want you in me,” ucap Kaldera dengan nada yakinnya. Raegan pun mengangguk pelan. Raegan mengatakan bahwa mereka akan segera menuju ke intinya. Raegan tahu Kaldera menginginkan mereka melakukannya dengan posisi duduk, tapi karena kekhawatiran Raegan pada Kaldera, jadi mereka akan mencoba posisi paling klasik, yakni pria berada di atas dan wanita berada di bawah.

Sebelum benar-benar memasukkan miliknya pada Kaldera, Raegan mengambil satu bantal dan meletakkannya di bawah kedua paha Kaldera. Mereka telah sama-sama mempelajarinya sebelum menikah, cara-cara melakukannya dan bagaimana posisi yang lebih efektif atau yang kurang efektif. Salah satu tujuan mengganjal bagian pantat wanitanya adalah menguntungkan cairan pria untuk bisa lebih fokus menjangkau ke rahim wanita.

Saat semuanya dirasa telah siap, Raegan mulai mendekat pada Kaldera. Pertama-tama satu jari Raegan bergerak memasuki Kaldera di bawah sana. Rasa sakit seketika menyerang Kaldera ketika jari Raegan mulai masuk, mata Kaldera pun langsung berair di bagian pelupuk. Pergerakan jari Raegan yang semakin lihai, membuat sebuah cairan bening yang lengket keluar dari Kaldera, hingga di bawah sana Kaldera sudah sepenuhnya basah.

“Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang?”

“Tambah lagi.”

“Iya. Dua dulu ya?”

“I-iya.”

Raegan pun menambah jarinya. Kini dua buah jari Raegan melesak ke dalam, guna melebarkan jalan penyatuan mereka. Kaldera meringis kesakitan, ia pun meminta Raegan untuk mencium bibirnya. Kali ini balasan pagutan Kaldera pada bibir Raegan terasa lebih brutal dari sebelumnya, bahkan Kaldera menggigit bibir bawah Raegan, guna melampiaskan rasa sakitnya.

“Kal,” ujar Raegan.

“Hmm?” sahut Kaldera pelan.

Satu tangan Raegan yang bebas pun bergerak mengusap kepala Kaldera. “Every piece of you is perfect for me.”

Kaldera yang mendapati perlakuan itu otomatis mengulaskan senyum bahagianya. Wajah Kaldera berderai air mata, tapi itu adalah air mata kebahagiaan. Ketika tatapan mereka bertemu dan saling mengunci, Raegan memutuskan melesakkan miliknya ke dalam Kaldera. Tepat begitu milik Raegan berhasil menemukan jalan masuknya dan menembus relung itu, Kaldera melengkungkan bibirnya ke dalam, pun satu tangannya mencengkeram punggung Raegan dan memberikan guratan dengan kukunya.

“Mas, aduh sakit banget … ” Kaldera berucap lirih.

“Sebentar ya Sayang. Tahan sedikit lagi,” ucap Raegan menenangkan Kaldera. Raegan bergerak di atas Kaldera dengan gerakan naik turun, sesekali Raegan menghentakkan pinggulnya untuk menjangkau Kaldera lebih dalam lagi. Gerakan pinggul Raegan yang begitu lihai, terlihat sangat menakjubkan bagi Kaldera. Hembusan nafas Raegan, keringat yang mengalir di pelipisnya, terasa mampu melengkapi kesempurnaan penyatuan mereka.

“Mas Raegan ...” Kaldera mendesah lagi sambil melantunkan nama Reagan. Kaldera kini dapat merasakan bahwa sepenuhnya Raegan telah berada di dalamnya. Kaldera merasa begitu penuh dan hangat, tepat ketika cairan itu menembusnya, bagian perutnya pun juga ikut terasa menghangat.

“Sayang, masih sakit?” tanya Raegan. Mereka masih bersatu dan bergerak bersama dengan irama yang indah.

“Nggak terlalu, Mas. Udah enak,” ujar Kaldera.

“Mau udahan dulu?” tanya Raegan sembari menciumi setiap cela wajah Kaldera.

“Sebentar lagi nggak papa,” ucap Kaldera. Kaldera membuka matanya, ia berusaha untuk menatap Raegan. Kaldera ingin menikmati momen ini seutuhnya. Rasa awalnya memang sakit, aneh, dan tidak nyaman. Namun lama-kelamaan justru berangsur lebih baik dan terasa nikmat.

“Mas, iya di situ,” ucap Kaldera begitu Raegan berhasil menyentuh titik inti dari Kaldera. Tepat sasaran, Raegan melakukannya dengan begitu baik.

“Enak sayang?” tanya Raegan.

“Enak Mas,” Kaldera menjawab dengan sebuah senyum segaris di bibirnya. Dari yang sebelumnya meringis, kini Kaldera dapat menikmatinya hingga ia merasa seperti terbang ke langit ke tujuh.

Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat, setelah kurang lebih melakukannya selama 10 menit. Raegan dan Kaldera ingin mencoba posisi lain, yakni woman on top. Namun ada yang berbeda, mereka akan mencobanya dengan posisi duduk. Kaldera akhirnya bergerak naik ke atas pangkuan Raegan. Mereka sama-sama duduk, dan akan bersatu dengan posisi berpangkuan.

Begitu akhirnya Kaldera memasukkan sendiri milik Raegan pada miliknya, Kaldera berucap dengan suara merdunya di dekat Raegan. “You taste so good,” ujarnya. Ketika mereka sudah bersatu sepenuhnya, keduanya mendesahkan nafas yang panjang bersama-sama.

Raegan melesakkan kepalanya di curuk leher Kaldera, sementara tangan Kaldera memberi usapan di belakang telinga prianya, di leher bagian belakang, dan beberapa titik sensitif lainnya.

You are so nice, Baby,” puji Raegan.

Kaldera tersenyum, cantik sekali. Raegan selalu bahagia ketika melihat senyuman itu. Meskipun dengan posisi duduk, Raegan tidak kehilangan kemahirannya untuk menggerakkan pinggulnya. Raegan pun memperdalam miliknya pada Kaldera, membuat Kaldera mendesahkan nafasnya dengan desahan yang cukup panjang.

“Mau udahan, Kal?” tanya Raegan sambil memperhatikan wajah Kaldera.

“Kamu keliatan cape, kita bisa udahan sekarang,” lanjut Raegan.

Kaldera akhirnya mengangguk. Mereka berciuman sekali lagi dengan gerakan dan irama yang begitu indah. Kemudian Kaldera beranjak dari pangkuan Raegan dan merebahkan dirinya di atas kasur. Paras Raegan yang berjarak hanya satu jengkal darinya, akan Kaldera pandangi sampai dirinya terlelap nyenyak. Mereka bersamaan mengulaskan sebuah senyum, terlihat semburat merah di pipi Kaldera dan dua buah lesung pipi di wajah Raegan.

“Orang-orang bilang kamu adalah tuan anti-romantic,” ucap Kaldera, netranya masih setia menatapi paras Raegan, belum bersedia untuk terpejam.

Kemudian dua alis tebal Raegan terlihat bertaut. “Oh iya? Siapa yang bilang?” tanyanya.

“Temen-temen kamu,” ujar Kaldera diiringi tawa kecilnya.

“Kalau menurut kamu, aku laki-laki yang kayak gimana?” tanya Raegan. Pria itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi depannya yang rapi.

Kaldera pun akan menjawabnya. Matanya sedikit memicing, lalu wanita itu berujar. “Satu tahun lebih aku kenal kamu, bagi aku kamu nggak banyak berubah. Kamu masih laki-laki yang sama. Kamu aki-laki yang tegas, punya pendirian yang kuat, dan punya prinsip. Tapi aku bisa melihat diri kamu yang lain saat kamu sama aku,” tutur Kaldera.

Raegan masihlah pria yang sama, Kaldera mengatakannya demikian. Kepada beberapa orang, Raegan tetaplah pria dengan julukan kulkas 12 pintu. Namun saat bersama Kaldera, Raegan dapat menunjukkan sisi lainnya. Raegan yang lembut, penyayang, dan Raegan yang selalu meletakkan Kaldera sebagai prioritas utamanya.

“Sayang,” ucap Raegan. Raegan sebelumnya sudah memejamkan matanya, tapi kini pria itu kembali menatap Kaldera. Kaldera yang mendengar panggilan itu pun otomatis membuka netranya.

“Kenapa Mas?” tanya Kaldera.

I’m enough for you?” tanya Raegan.

“Maksud kamu?” Kaldera nampak tidak mengerti maksud pertanyaan Raegan, terlebih pada alasan Raegan menanyakan pertanyaan itu padanya.

Sometimes I felt like I can’t be a romantic partner. Tapi bukannya setiap perempuan mendambakan keromantisan?”

“Iya, pasti,” jawab Kaldera. Dengan netranya, Kaldera menelusuri setiap inci lekuk wajah Raegan, di mana di sana ia selalu memujanya. Kaldera pun kembali melanjutkan kalimatnya. “Setiap perempuan ingin diperlakukan dengan baik oleh pasangannya, tapi cara tiap orang untuk nunjukin kasih sayangnya bisa berbeda.” Kaldera menjeda ucapannya, lalu tangannya bergerak mengusap lembut pipi Raegan.

Kaldera pun kembali berujar. “Mas, bertemu sama kamu adalah salah satu momen terindah di dalam hidup aku. Menikah sama kamu, menjadi istri kamu, mendampingi kamu, jadi momen terindah selanjutnya dan akan terus seperti itu selama kita bersama. Aku ingin membuat banyak kenangan indah sama kamu, hari ini, besok, dan sampai kita tua. Bagi aku, kamu lebih dari cukup, Mas.”

Raegan memanglah pria yang jarang menunjukkan sikap romantis menurut standar orang-orang kebanyakan. Namun bagi Kaldera, Raegan romantis dengan caranya sendiri. Bahkan kalau Raegan sudah menunjukkan sisi romantisnya, Kaldera bisa seketika dibuat tidak berkutik. Raegan dengan bahasa cinta act of service-nya, selalu mampu membuat Kaldera berdebar. Raegan selalu berhasil mengobrak-abrik hati Kaldera. Raegan adalah alasan aliran darah Kaldera dapat mengalir dengan lebih cepat, dan menghidupkan aliran cinta di dalam hatinya.

Kaldera tidak menginginkan kesempurnaan dalam diri seorang pria, di saat Kaldera telah menemukan sosok Raegan, sosok yang menyayanginya melebihi pria itu menyayangi dirinya sendiri.

Cosmic radiation

Cosmic radiation

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Yunani merupakan negara yang terletak di bagian selatan benua Eropa yang terkenal memiliki pesona laut yang indah. Di Yunani terdapat banyak bangunan bersejarah kuno yang berdiri kokoh, yang berlatarkan pemandangan alam yang sangat menawan.

Salah satu kawasan yang memiliki pemandangan indah di Yunani adalah Santorini. Santorini dikenal hingga ke manca negara sebagai tempat romantis untuk menghabiskan waktu bulan madu.

Raegan dan Kaldera memilih Santorini sebagai destinasi bulan madu mereka. Ini merupakan malam kedua Raegan dan Kaldera menginap di sebuah penginapan bak surga dunia. Mereka memilih sebuah penginapan yang terletak di tepian gunung, karena posisi tersebut membuat kamar mereka langsung menghadap ke pemandangan laut yang indah. Ketika jendela kamar dibuka, Raegan dan Kaldera dapat melihat pemandangan laut biru yang cukup dekat dengan mata.

Santorini 1

Santorini 2

Sore ini Raegan dan Kaldera berniat untuk menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan senja. Mereka merebahkan diri di atas sebuah kasur single yang mengambang di infinity pool. Tepat di depan mereka, tampak hamparan laut luas dan matahari yang perlahan-lahan bergerak turun di sisi barat.

“Mas,” ujar Kaldera.

Raegan seketika menoleh ke samping. Kacamata rayban hitam yang semula di pakai Raegan, kini pria itu naikkan ke atas kepalanya.

“Iya Kal?” tanya Raegan.

“Kita besok berenang yuk?”

“Boleh. Pagi ya jam 7.”

“Jangan terlalu pagi Mas. Aku nggak bisa bangun nanti, masih ngantuk.”

“Pasti bisa,” ujar Raegan.

“Kalau aku nggak bangun gimana? Sore aja kita berenangnya, biar nggak terlalu panas juga.”

“Kalau kamu nggak bisa bangun, aku bisa gendong kamu ke pantai,” ujar Raegan dengan entengnya.

“Mas, kamu mau kita ke pantai atau—”

“Atau apa?” tanya Raegan cepat. Kaldera kini mendapati Raegan menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Kaldera menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumannya. Raegan masih menatap Kaldera, tapi Kaldera justru bergerak dari posisi baringannya dan segera berjalan menuju ke dalam kamar. Raegan terkekeh pelan, lalu dengan cepat ia bergerak dari posisnya dan menyusul Kaldera ke dalam.

“Kal,” panggil Raegan dengan suara lembutnya.

“Maksud kamu tadi apa?” tanya Raegan yang kini tengah berlutut di samping kasur. Kaldera memunggungi Raegan, tidak berniat menghadapnya. Terang saja, Kaldera kini merasa gugup dan jantungnya berdebar dengan cepat, padahal itu akibat ucapannya sendiri.

“Kal,” panggil Raegan lagi. Masih belum mempan, Raegan pun menggunakan cara lain. “Sayang …” ujar Raegan sembari mengusap lembut bahu Kaldera yang terekspos karena istrinya itu mengenakan atasan sleeveless.

Jemari-jemari Raegan yang menari di atas lengan Kaldera, membuat Kaldera tidak dapat mengabaikan Raegan lama-lama. Sentuhan Raegan sangat mampu membangkitkan sesuatu di dalam diri Kaldera.

Kaldera pun membalikkan tubuhnya dan kini sepenuhnya menghadap Raegan.

“Maksud kamu tadi apa? Kamu belum selesai ngomongnya,” ujar Raegan yang terlihat tengah menahan senyumannya.

“Maksud aku … kamu mau ke pantai atau kita ngelakuin itu malam ini,” ujar Kaldera. Kaldera kemudian terdiam sesaat, lalu ia kembali berucap sambil menatap Raegan lekat-lekat. “Mungkin besok kita nggak bisa ke pantai kalau kita ngelakuin itu malam ini Mas.”

We do what?” tanya Raegan.

You knew what I mean,” ujar Kaldera.

Raegan akhirnya mengangguk. “Iya, Sayang. Aku paham kok maksud kamu.” Raegan mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan lembut. Kemudian tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Kaldera tenggelam pada iris teduh Raegan, pada pesona pria itu yang selalu nampak luar biasa baginya. Bibir Raegan itu, bibir yang tidak pernah absen mengecup bibirnya sebelum mereka tidur di malam hari. Bibir yang selalu memujinya, setiap hal kecil yang Kaldera lakukan, Raegan tidak pernah lupa untuk memuja wanitanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kaldera perlahan bergerak mengecup bibir Raegan lebih dulu. Raegan terkekeh pelan di tengah ciuman mereka, tapi tawanya itu sama sekali tidak mengurangi kemampuannya untuk membalas ciuman Kaldera. Saat pagutan mereka semakin dalam, Raegan pun mulai melesakkan lidahnya untuk memasuki Kaldera, untuk menyapa rongga mulut wanitanya. Setiap gerakan yang Raegan lakukan terasa mengangumkan. Tubuh kekar dan tegap yang kini berada di atas Kaldera, terlihat begitu menawan. Peringai Raegan itu, berhasil membuat bulu-bulu di tubuh Kaldera berdiri tegak.

Raegan memiringkan sedikit kepalanya, ia melakukannya untuk memudahkannya melahap sempurna bibir Kaldera. Kaldera berserah pada dirinya, seperti anjuran di buku yang ia baca, Kaldera membiarkan dirinya mengeluarkan reaksi alamiahnya. Ketika Raegan menciumi lehernya, Kaldera pun mendesahkan napasnya dengan kuat. Suara helaan nafas Kaldera yang seksi itu, tangan Kaldera yang meramas rambut di bagian belakang kepala Raegan, membuat Raegan semakin memperdalam ciumannya guna menyalurkan seluruh perasaannya kepada Kaldera.

Setelah beberapa detik Raegan dan Kaldera bergelut dengan pergerakan dan perasaan yang luar biasa itu, kini Raegan menatap Kaldera dalam-dalam. “Kal, izinin aku untuk memiliki kamu malam ini,” ujar Raegan dengan suara nafasnya yang terdengar berat.

Kaldera memperhatikan reaksi alami yang terjadi pada Raegan. Prianya itu kini dipenuhi oleh peluh di hampir seluruh wajahnya, warna kulit wajah yang seputih susu itu sekarang nampak memerah. Kaldera pun menjawab permintaan Raegan tentang memilikinya dengan sebuah anggukan pasti. Sebuah senyum cantik pun terukir di wajah Kaldera.

Setelah permintaan izin itu, mereka mengubah posisi menjadi duduk. Kaldera bersandar di header kasur, sebuah bantal diletakkan oleh Raegan di balik punggung Kaldera, dengan tujuan agar Kaldera dapat merasa lebih nyaman. Kemudian Raegan kembali mencumbu bibir Kaldera, belah bibir yang akan selalu dicumbunya dan selalu membuatnya candu. Pagutan dan pergerakan mereka membuat kasur king size yang mereka tempati bergoyang, begerak dengan gerakan naik turun. Sprei yang sebelumnya terpasang dengan sempurna, telah berubah bentuknya menjadi tidak karuan.

Kisses 1

Raegan tidak melepas pagutan mereka sedikit pun, konsentrasinya tetap bisa bekerja dengan baik bersamaan dengan tangannya yang mulai melepaskan pakaian Kaldera. Kini hanya tersisa sebuah bra hitam di tubuh Kaldera. Sebelumnya Raegan telah lebih dulu menanggalkan kaus di tubuhnya, itu ia lakukan berkat rasa panas yang tiba-tiba menyergapnya.

Raegan dan Kaldera berhenti sejenak untuk mengambil nafas setelah melakukan ciuman yang terasa cukup panjang. Hembusan nafas mereka pun terdengar beradu dengan indah. Kaldera yang sudah merasa lemah, berusaha mencari kekuatan dengan menempelkan dahinya di dahi Raegan, dan satu lengannya terkulai lemas di bahu polos Raegan.

“Kal, you are the prettiest woman for me. You full filled my heart and my mind with your existence,” ucap Raegan di tengah-tengah kegiatan istirahat mereka. Kedua lengan Raegan mendekap pinggang ramping Kaldera, lalu Raegan mengusap pinggang itu dengan gerakan yang sensual. Kaldera sedikit melenguh berkat aksi Raegan itu, tapi justru Kaldera mengisyaratkan pada Raegan untuk terus melakukan sentuhannya.

Saat Raegan selesai mencicipi hampir setiap inci tubuh Kaldera, baik dengan jemari maupun dengan mulutnya, kini giliran Kaldera yang akan melakukannya. Pertama-tama Kaldera menatap Raegan lamat-lamat, lalu tangannya bergerak mengarahkan rahang Raegan untuk mendekat padanya. Kaldera menjelajahi setiap celah wajah Raegan, bentuknya yang sempurna, membuat Kaldera melihatnya dengan mata berbinar dan panjatan rasa syukur yang ia ucapkan dalam hati. Kaldera menggesekkan ujung hidungnya pada ujung hidung Raegan, aksi kecil itu berikutnya mampu membuat sesuatu di dalam diri Raegan menggelora. Dari setiap sentuhan Kaldera di tubuh Raegan, Raegan dapat merasakan cinta dan kasih sayang Kaldera yang ditujukan untuknya.

Gif kiss

Kaldera kini bergerak untuk menempelkan tubuhnya pada Raegan. Raegan seketika merasakan dua buah benda kenyal yang menyapa permukaan dada bidangnya. “Kal …” lirih Raegan dengan suara husky-nya yang terdengar semakin berat. Kaldera bergerak mencium leher jenjang Raegan, kecupan yang awalnya lembut itu berubah menjadi lebih brutal. Kaldera meninggalkan jejak merah di kulit putih Raegan, sekaligus hembusan nafas hangat yang mampu menggelitik Raegan.

Kaldera kini beralih turun ke bagian perut Raegan. Pertama jarinya bermain di sana, tapi lama-lama berubah bibir Kaldera yang menjajaki perut sixpack Raegan. Kaldera memberikan tanda cintanya di sana, memberitahu bahwa Raegan seorang hanyalah miliknya. Setiap area ini hanya untuknya saja, tidak seorang pun selain dirinya dapat menyentuhnya.

Setelah 15 menit mereka bermain, kini mereka sudah sama-sama basah. Di bagian bawah sana, milik Raegan sudah mengeras. Kaldera bisa merasakan itu ketika ia bergerak naik ke pangkuan Raegan, dan sesuatu yang besar terasa mengenai pahanya tadi.

Raegan bergerak memeluk Kaldera selama beberapa saat. Pria itu membisikkan kata-kata cintanya sembari mengusap punggung polos Kaldera. Kemudian dengan perlahan, Raegan mengubah posisi mereka. Kaldera berada di bawah Raegan, kedua lengan kekar Raegan mengunci Kaldera dengan bertumpu di sisi kanan dan kiri wajah wanitanya.

“Kal, it will hurt,” ucap Raegan.

Kaldera kemudian hanya mengangguk pelan, ia menelan salivanya dengan sedikit usaha. “Mas, aku mau ke kamar mandi dulu sebentar. Boleh?” tanya Kaldera. Dari tatapan matanya Kaldera terlihat merasa bersalah. Namun apa yang terjadi selanjutnya, Kaldera pun dibaut terpana, lagi dan lagi oleh sikap lembut Raegan kepadanya. Raegan membiarkannya untuk mengambil waktu di kamar mandi. Tanpa mengucapkan apa pun yang mungkin dapat menyinggung Kaldera, Raegan pun hanya membiarkan Kaldera melenggang pergi.

Di depan pintu kamar mandi, Raegan menunggu Kaldera dengan setia. Sekitar lima menit berlalu, Kaldera akhirnya kembali. Mendapati Raegan menunggunya, otomatis senyum Kaldera terulas. Kaldera meraih tangan Raegan dan kemudian bergerak menggenggamnya. Kaldera mendekatkan tangan Raegan pada bibirnya, lalu ia memberikan kecupan halus dipunggung tangan itu.

“Mas, maaf ya. Aku tadi gugup banget,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang. Nggak papa,” ucap Raegan.

Saat Kaldera menggandeng tangannya, Raegan bertanya, “Kita mau lanjut lagi?”

Kaldera mengangguk. “Iya. Kita lanjut lagi.”

“Kal, kamu yakin?” tanya Raegan.

Kaldera menoleh dan kemudian menatap Raegan. Kaldera lantas sedikit berjinjit untuk menyematkan kecupan di pipi Raegan. “Aku yakin, Mas. Aku nggak punya keraguan atas kamu. Aku izinin kamu untuk memiliki aku, begitu pun sebaliknya. Malam ini rasanya spesial banget buat aku. Aku ingin memberikannya untuk kamu, dan aku nggak sama sekali ragu.”

***

Raegan dan Kaldera telah kembali ke kasur. Kaldera menjamah kasur terlebih dulu, lalu berikutnya Raegan bergerak menyusulnya. Raegan tahu di mana tempat favorit Kaldera. Maka dari itu, dengan gerakan yang sangat lembut, Raegan memindahkan Kaldera ke atas pangkuannya.

Kiss 2

Setelah itu Kaldera meraih satu tangan Raegan, Kaldera membawa tangan Raegan untuk menuju dadanya. Kaldera meminta Raegan untuk mengusap dua buah dadanya yang sudah tampak menegang di sana.

“Kal, kalau sakit atau kekencangan, kamu bilang ya,” ucap Raegan. Kaldera mengangguk. Detik berikutnya, Kaldera menatap ke arah tangan Raegan yang mulai menyentuh miliknya. Jari-jari Raegan yang panjang tampak sangat pas menangkup miliknya. Dari awal yang hanya sebuah sentuhan, kini mulai berubah menjadi remasan. Kaldera memejamkan matanya sesaat, lalu membuka lagi. Itu terjadi secara berulang, hingga rasanya setengah kesadaran Kaldera seperti dibawa pergi entah ke mana.

“Mas … sekarang aja,” ujar Kaldera dengan suara lemahnya.

“Oke,” ucap Raegan. Satu tangan Raegan lantas menyilakan helai rambut Kaldera yang turun di wajah wanitanya. Kaldera dibanjiri oleh peluh dari paras sampai ke lehernya, dan itu tampak sangat seksi bagi Raegan. Di leher jenjang Kaldera, terlihat tanda cinta yang dibuat oleh Raegan.

Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah Raegan memposisikan Kaldera untuk berada di bawahnya. Raegan meletakkan dua buah bantal di bawah kepala Kaldera, dengan posisi seperti itu, Kaldera pun dapat merasa lebih nyaman dan rileks.

Kaldera tidak dapat melepaskan tatapannya dari Raegan begitu pria itu menanggalkan underwear Calvin Klein hitamnya. Berikutnya dengan kedua netranya, Kaldera sepenuhnya melihat sebuah benda milik Raegan. Itu nampak cukup besar, panjang, dan terlihat mengeras.

Can I touch it?” tanya Kaldera pelan.

Raegan mengangguk. “Of course, Baby. You can touch it,” ujar Raegan. Kemudian secara perlahan, Kaldera mengarahkan tangannya ke sana. Ia memegang benda itu dengan pelan, lalu lama-lama bergerak memainkannya. Selama itu terjadi, Kaldera dan Raegan kembali saling mencumbu. Raegan mendesahkan nafasnya, sesekali melafalkan kata-kata cintanya untuk Kaldera.

“Mas,” ujar Kaldera saat cumbuan mereka terurai.

“Hmm?”

Your deep voice … I almost died because of it,” ujar Kaldera. Mendengar itu, Raegan lantas terkekeh pelan. Kekehan Raegan itu justru berdampak jauh lebih parah dari pada lenguhan seksinya. Kaldera ingin memiliki tawa itu hanya untuknya. Raegan yang seperti ini, hanya boleh terlihat di depannya saja.

“Mas, I want you in me,” ucap Kaldera dengan nada yakinnya. Raegan pun mengangguk pelan. Raegan mengatakan bahwa mereka akan segera menuju ke intinya. Raegan tahu Kaldera menginginkan mereka melakukannya dengan posisi duduk, tapi karena kekhawatiran Raegan pada Kaldera, jadi mereka akan mencoba posisi paling klasik, yakni pria berada di atas dan wanita berada di bawah.

Sebelum benar-benar memasukkan miliknya pada Kaldera, Raegan mengambil satu bantal dan meletakkannya di bawah kedua paha Kaldera. Mereka telah sama-sama mempelajarinya sebelum menikah, cara-cara melakukannya dan bagaimana posisi yang lebih efektif atau yang kurang efektif. Salah satu tujuan mengganjal bagian pantat wanitanya adalah menguntungkan cairan pria untuk bisa lebih fokus menjangkau ke rahim wanita.

Saat semuanya dirasa telah siap, Raegan mulai mendekat pada Kaldera. Pertama-tama satu jari Raegan bergerak memasuki Kaldera di bawah sana. Rasa sakit seketika menyerang Kaldera ketika jari Raegan mulai masuk, mata Kaldera pun langsung berair di bagian pelupuk. Pergerakan jari Raegan yang semakin lihai, membuat sebuah cairan bening yang lengket keluar dari Kaldera, hingga di bawah sana Kaldera sudah sepenuhnya basah.

“Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang?”

“Tambah lagi.”

“Iya. Dua dulu ya?”

“I-iya.”

Raegan pun menambah jarinya. Kini dua buah jari Raegan melesak ke dalam, guna melebarkan jalan penyatuan mereka. Kaldera meringis kesakitan, ia pun meminta Raegan untuk mencium bibirnya. Kali ini balasan pagutan Kaldera pada bibir Raegan terasa lebih brutal dari sebelumnya, bahkan Kaldera menggigit bibir bawah Raegan, guna melampiaskan rasa sakitnya.

“Kal,” ujar Raegan.

“Hmm?” sahut Kaldera pelan.

Satu tangan Raegan yang bebas pun bergerak mengusap kepala Kaldera. “Every piece of you is perfect for me.”

Kaldera yang mendapati perlakuan itu otomatis mengulaskan senyum bahagianya. Wajah Kaldera berderai air mata, tapi itu adalah air mata kebahagiaan. Ketika tatapan mereka bertemu dan saling mengunci, Raegan memutuskan melesakkan miliknya ke dalam Kaldera. Tepat begitu milik Raegan berhasil menemukan jalan masuknya dan menembus relung itu, Kaldera melengkungkan bibirnya ke dalam, pun satu tangannya mencengkeram punggung Raegan dan memberikan guratan dengan kukunya.

“Mas, aduh sakit banget … ” Kaldera berucap lirih.

“Sebentar ya Sayang. Tahan sedikit lagi,” ucap Raegan menenangkan Kaldera. Raegan bergerak di atas Kaldera dengan gerakan naik turun, sesekali Raegan menghentakkan pinggulnya untuk menjangkau Kaldera lebih dalam lagi. Gerakan pinggul Raegan yang begitu lihai, terlihat sangat menakjubkan bagi Kaldera. Hembusan nafas Raegan, keringat yang mengalir di pelipisnya, terasa mampu melengkapi kesempurnaan penyatuan mereka.

“Mas Raegan ...” Kaldera mendesah lagi sambil melantunkan nama Reagan. Kaldera kini dapat merasakan bahwa sepenuhnya Raegan telah berada di dalamnya. Kaldera merasa begitu penuh dan hangat, tepat ketika cairan itu menembusnya, bagian perutnya pun juga ikut terasa menghangat.

“Sayang, masih sakit?” tanya Raegan. Mereka masih bersatu dan bergerak bersama dengan irama yang indah.

“Nggak terlalu, Mas. Udah enak,” ujar Kaldera.

“Mau udahan dulu?” tanya Raegan sembari menciumi setiap cela wajah Kaldera.

“Sebentar lagi nggak papa,” ucap Kaldera. Kaldera membuka matanya, ia berusaha untuk menatap Raegan. Kaldera ingin menikmati momen ini seutuhnya. Rasa awalnya memang sakit, aneh, dan tidak nyaman. Namun lama-kelamaan justru berangsur lebih baik dan terasa nikmat.

“Mas, iya di situ,” ucap Kaldera begitu Raegan berhasil menyentuh titik inti dari Kaldera. Tepat sasaran, Raegan melakukannya dengan begitu baik.

“Enak sayang?” tanya Raegan.

“Enak Mas,” Kaldera menjawab dengan sebuah senyum segaris di bibirnya. Dari yang sebelumnya meringis, kini Kaldera dapat menikmatinya hingga ia merasa seperti terbang ke langit ke tujuh.

Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat, setelah kurang lebih melakukannya selama 10 menit. Raegan dan Kaldera ingin mencoba posisi lain, yakni woman on top. Namun ada yang berbeda, mereka akan mencobanya dengan posisi duduk. Kaldera akhirnya bergerak naik ke atas pangkuan Raegan. Mereka sama-sama duduk, dan akan bersatu dengan posisi berpangkuan.

Begitu akhirnya Kaldera memasukkan sendiri milik Raegan pada miliknya, Kaldera berucap dengan suara merdunya di dekat Raegan. “You taste so good,” ujarnya. Ketika mereka sudah bersatu sepenuhnya, keduanya mendesahkan nafas yang panjang bersama-sama.

Raegan melesakkan kepalanya di curuk leher Kaldera, sementara tangan Kaldera memberi usapan di belakang telinga prianya, di leher bagian belakang, dan beberapa titik sensitif lainnya.

You are so nice, Baby,” puji Raegan.

Kaldera tersenyum, cantik sekali. Raegan selalu bahagia ketika melihat senyuman itu. Meskipun dengan posisi duduk, Raegan tidak kehilangan kemahirannya untuk menggerakkan pinggulnya. Raegan pun memperdalam miliknya pada Kaldera, membuat Kaldera mendesahkan nafasnya dengan desahan yang cukup panjang.

“Mau udahan, Kal?” tanya Raegan sambil memperhatikan wajah Kaldera.

“Kamu keliatan cape, kita bisa udahan sekarang,” lanjut Raegan.

Kaldera akhirnya mengangguk. Mereka berciuman sekali lagi dengan gerakan dan irama yang begitu indah. Kemudian Kaldera beranjak dari pangkuan Raegan dan merebahkan dirinya di atas kasur. Paras Raegan yang berjarak hanya satu jengkal darinya, akan Kaldera pandangi sampai dirinya terlelap nyenyak. Mereka bersamaan mengulaskan sebuah senyum, terlihat semburat merah di pipi Kaldera dan dua buah lesung pipi di wajah Raegan.

“Orang-orang bilang kamu adalah tuan anti-romantic,” ucap Kaldera, netranya masih setia menatapi paras Raegan, belum bersedia untuk terpejam.

Kemudian dua alis tebal Raegan terlihat bertaut. “Oh iya? Siapa yang bilang?” tanyanya.

“Temen-temen kamu,” ujar Kaldera diiringi tawa kecilnya.

“Kalau menurut kamu, aku laki-laki yang kayak gimana?” tanya Raegan. Pria itu tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi depannya yang rapi.

Kaldera pun akan menjawabnya. Matanya sedikit memicing, lalu wanita itu berujar. “Satu tahun lebih aku kenal kamu, bagi aku kamu nggak banyak berubah. Kamu masih laki-laki yang sama. Kamu aki-laki yang tegas, punya pendirian yang kuat, dan punya prinsip. Tapi aku bisa melihat diri kamu yang lain saat kamu sama aku,” tutur Kaldera.

Raegan masihlah pria yang sama, Kaldera mengatakannya demikian. Kepada beberapa orang, Raegan tetaplah pria dengan julukan kulkas 12 pintu. Namun saat bersama Kaldera, Raegan dapat menunjukkan sisi lainnya. Raegan yang lembut, penyayang, dan Raegan yang selalu meletakkan Kaldera sebagai prioritas utamanya.

“Sayang,” ucap Raegan. Raegan sebelumnya sudah memejamkan matanya, tapi kini pria itu kembali menatap Kaldera. Kaldera yang mendengar panggilan itu pun otomatis membuka netranya.

“Kenapa Mas?” tanya Kaldera.

I’m enough for you?” tanya Raegan.

“Maksud kamu?” Kaldera nampak tidak mengerti maksud pertanyaan Raegan, terlebih pada alasan Raegan menanyakan pertanyaan itu padanya.

Sometimes I felt like I can’t be a romantic partner. Tapi bukannya setiap perempuan mendambakan keromantisan?”

“Iya, pasti,” jawab Kaldera. Dengan netranya, Kaldera menelusuri setiap inci lekuk wajah Raegan, di mana di sana ia selalu memujanya. Kaldera pun kembali melanjutkan kalimatnya. “Setiap perempuan ingin diperlakukan dengan baik oleh pasangannya, tapi cara tiap orang untuk nunjukin kasih sayangnya bisa berbeda.” Kaldera menjeda ucapannya, lalu tangannya bergerak mengusap lembut pipi Raegan.

Kaldera pun kembali berujar. “Mas, bertemu sama kamu adalah salah satu momen terindah di dalam hidup aku. Menikah sama kamu, menjadi istri kamu, mendampingi kamu, jadi momen terindah selanjutnya dan akan terus seperti itu selama kita bersama. Aku ingin membuat banyak kenangan indah sama kamu, hari ini, besok, dan sampai kita tua. Bagi aku, kamu lebih dari cukup, Mas.”

Raegan memanglah pria yang jarang menunjukkan sikap romantis menurut standar orang-orang kebanyakan. Namun bagi Kaldera, Raegan romantis dengan caranya sendiri. Bahkan kalau Raegan sudah menunjukkan sisi romantisnya, Kaldera bisa seketika dibuat tidak berkutik. Raegan dengan bahasa cinta act of service-nya, selalu mampu membuat Kaldera berdebar. Raegan selalu berhasil mengobrak-abrik hati Kaldera. Raegan adalah alasan aliran darah Kaldera dapat mengalir dengan lebih cepat, dan menghidupkan aliran cinta di dalam hatinya.

Kaldera tidak menginginkan kesempurnaan dalam diri seorang pria, di saat Kaldera telah menemukan sosok Raegan, yakni sosok yang menyayanginya melebihi pria itu menyayangi dirinya sendiri.

Cosmic radiation

Cosmic radiation

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

6 bulan kemudian.

Sebuah tanggal yang cantik telah dipilih oleh Raegan dan Kaldera untuk melaksanakan pernikahan mereka. 26 Juni 2026. Pukul 10 pagi diadakan pemberkatan pernikahan di sebuah gereja. Jumlah tamu yang hadir dan menyaksikan acara sakral tersebut tidak terlalu banyak. Raegan dan Kaldera memang ingin acara pernikahan mereka dilaksanakan secara lebih intimate, dengan tujuan agar mereka bisa menikmati momen ini dengan lebih khidmat.

Di hari yang sama di pukul 4 sore, diadakan sebuah acara resepsi. Acara tersebut mengusung tema semi-outdoor party, jadi ada yang di dalam dan ada yang di luar. Venue yang Regan dan Kaldera pilih, dikelilingi oleh taman hijau berumput pendek yang luas, serta berlatarkan pemandangan indah dari jejeran pegunungan.

Wedding Venue

Semua yang ada di tempat resepsi itu, dari dekorasi, tema pernikahan, hidangan untuk menjamu tamu, hingga setiap detail yang ada di sana, telah sesuai dengan keinginan Raegan dan Kaldera. Semuanya terasa sempurna, Raegan dan Kaldera sangat bahagia karena bisa mewujudkan hari yang telah telah lama mereka nantikan itu.

Setelah acara resepsi, Raegan dan Kaldera berniat untuk langsung menempati rumah mereka. Bahkan Raegan menyetir mobilnya sendiri, menolak saran dari papanya untuk menggunakan supir. Sebenarnya memang Regan merasa tubuhnya cukup lelah setelah menjalani seharian acara, tapi perasaan bahagia dapat mengalahkan rasa lelahnya. Raegan hanya ingin berdua dengan Kaldera, tanpa adanya orang lain di sekitar mereka.

Cklek!

Suara pintu rumah yang baru saja dibuka, tawa pelan Raegan dan Kaldera, menyambut awal baru yang akan mereka mulai di rumah ini. Raegan menyalakan lampu ruang keluarga di rumah itu, hingga sekarang Kaldera dapat melihat sesuatu yang telah Regan persiapkan untuknya. Tepat di hadapan Kaldera, di dinding ruangan itu, terdapat sebuah foto pre-wedding mereka yang dicetak dan dibingkai dengan frame yang lumayan besar.

Foto Prewed Reagan dan Kaldera

“Gimana fotonya? Kamu suka?” tanya Raegan sambil menatap Kaldera dari samping.

Kaldera pun menoleh dan menatap Raegan, ia menyunggingkan senyum cantiknya untuk Raegan. “Aku suka. Bagus banget fotonya Mas. Makasih ya.”

“Sama-sama,” balas Raegan seraya ikut menyunggingkan senyumnya.

“Mas,” ucap Kaldera lagi. Mereka masih di sana, menatap satu sama lain dengan tatapan bahagia.

“Iya Kal?”

“Malam ini kita …” ucapan Kaldera tiba-tiba terhenti begitu saja. Raegan menunggu Kaldera melanjutkan kalimatnya, pria itu pun maju selangkah dan kini tengah menatap Kaldera dalam-dalam.

“Kita langsung tidur, kan?” tanya Kaldera dengan suara pelannya.

Raegan terdiam sesaat. Namun detik berikutnya, pria itu pun menganggukkan kepala. “Iya, kita langsung tidur aja,” ucap Raegan.

“Oke. Kamu mandi duluan, biar aku siapin baju tidur untuk kamu,” ujar Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan yang langsung menahan langkah Kaldera. Kaldera pun menoleh, ia mendapati Raegan tersenyum lembut padanya. Raegan lalu menyusul langkah Kaldera, memangkas jaraknya dengan istrinya, hingga kini Kaldera dapat merasakan hembusan napas hangat Raegan yang menyapa permukaan kulit wajahnya.

“Kita nggak perlu buru-buru, Sayang. Kita punya banyak waktu,” ucap Raegan pelan di dekat Kaldera. Sebelum Raegan melenggang pergi menuju kamar mandi, pria itu menyematkan sebuah kecupan manis di pipi Kaldera.

Sepeninggalan Raegan dari sana, Kaldera menghembuskan napas panjangnya. Kedua sendi lutut Kaldera seketika terasa lemas. Kaldera dan Raegan telah menghabiskan banyak waktu berdua, tapi malam ini terasa begitu berbeda. Terlebih bagi Kaldera, ia merasa gugup bukan main. Apakah Kaldera lebih gugup dari pada Raegan? Kaldera tidak tahu pasti, tapi sejauh yang terjadi, Raeganlah yang sangat ahli dalam hal membuatnya berdebar-debar.

***

Kaldera baru saja selesai mandi. Ia duduk di hadapan cermin rias di kamar itu, kamar yang saat ini telah resmi menjadi kamarnya dan Raegan. Kaldera mengaplikasikan skincare di wajahnya, setelah itu ia berlanjut mengggunakan body lotion di kedua lengan dan kakinya.

Kaldera otomatis menoleh ketika menyadari seseorang tengah melenggang masuk ke kamar. Kaldera pun mendapati Raegan berada di sana. Rambut pendek Raegan nampak masih setengah kering. Raegan baru saja kembali dari walk in closet, pria itu kini nampak lebih segar dan juga tampan dengan piyama biru dongkernya. Pakaian tidur itu adalah setelan yang disiapkan Kaldera untuk Raegan, untuk yang pertama kalinya.

Kaldera masih duduk di kursi di hadapan cermin rias, sampai akhirnya Raegan berjalan menghampirinya. Dari cermin di hadapannya, Kaldera dapat melihat pantulan Raegan yang sedikit membungkukkan tubuhnya, untuk kemudian merengkuh torso Kaldera dari belakang.

Raegan meletakkan dagunya di bahu Kaldera, lalu pria itu berucap pelan, “Hai, wife.”

Kaldera lantas terkekeh pelan, lalu satu tangannya tergerak untuk mengusap lengan Raegan yang melingkar di bahunya. Beberapa detik setelah mereka bertahan di posisi itu, Kaldera perlahan membalikkan tubuhnya, hingga membuat pelukan mereka terurai.

“Kamu udah ngantuk belum Mas?” tanya Kaldera.

“Belum terlalu ngantuk. Kenapa?”

“Sebelum kita tidur, aku mau ngobrol berdua sama kamu. A kind of pillow talk, or … maybe a deep talk?”

Sure. We can do that,” Raegan mengiyakan dengan sebuah senyum kecil yang terpatri di wajahnya. Raegan menatap Kaldera penuh afeksi, lalu satu tangannya terangkat untuk menyelipkan helai rambut Kaldera ke belakang telinga.

Beberapa detik kemudian, di sinilah Raegan dan Kaldera sekarang. Di kasur king size yang empuk, di bawah satu bed cover berdua, keduanya kini saling menatap dan berbaring dengan posisi menyamping. Kaldera meletakkan kedua tangannya di bawah kepala, ia akan mendengarkan Raegan menceritakan sesuatu padanya.

Raegan akan bercerita tentang kisah hidupnya yang belum sempat Kaldera ketahui. Seperti yang Raegan pernah katakan, ia bersedia Kaldera mengetahui semua tentangnya. Satu persatu cerita akan Raegan ceritakan kepada Kaldera, karena hanya pada perempuan di hadapannya ini, Raegan akan dengan sukarela membagikannya.

Raegan memulai ceritanya dari sejak kedua orang tuanya bercerai. Sambil menatap Kaldera, Raegan pun berujar, “Setelah papa dan mama bercerai, aku coba untuk menata ulang kehidupanku, karena aku adalah tulang punggung bagi mama dan juga Zio.”

Dulu Raegan berpikir bahwa ia tidak akan memiliki masa depan yang baik seperti yang kebanyakan orang impikan. Raegan adalah pria dengan pekerjaan yang berbahaya, yang entah sampai kapan ia dapat lepas dari pekerjaan itu. Raegan akhirnya mencoba lepas dari pekerjaannya dan memulai bisnis yang awalnya adalah milik papanya. Raegan pun memisahkan harta kekayaannya antara bisnis legal batu bara dengan bisnis ilegal geng mafianya. Raegan melakukannya karena ia ingin menggunakan uang bersih untuk donasi ke panti asuhan. Raegan ingin memberikan uang hasil kerja kerasnya sendiri untuk anak-anak panti, bukan uang ilegal dari bisnis yang dilakukan oleh gengnya.

Raegan pun mengakhiri ceritanya. Raegan mendapati Kaldera menatapnya dengan tatapan penuh arti. “Mas,” ujar Kaldera.

“Hmm?”

“Selama ini kamu udah melewati banyak hal yang nggak mudah, tapi kamu tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik,” Kaldera menjeda ucapannya, ia mengulaskan senyum terharunya. Raegan pernah melakukan pekerjaan yang salah, tapi keinginannya untuk berubah dan meninggalkan pekerjaan itu, adalah sesuatu yang sangat Kaldera hargai. Setiap orang memiliki masa lalu dan berhak untuk memiliki masa depan. Di kedua pundak Raegan, ada tanggung jawab besar dan Raegan telah berhasil menjalankan tugas tersebut.

“Aku bangga banget sama kamu, Mas,” Kaldera berucap dengan suaranya yang terdengar sedikit bergetar. “Waktu kamu ajak aku ke panti asuhan, di sana akhirnya aku tau, aku telah mencintai pria yang berhati besar, mulia, dan sangat penyayang.”

Kaldera mengatakan pada Raegan, tentang cara Kaldera memandang Raegan. Selama ini orang yang terlihat kuat, belum tentu tidak pernah merasakan rapuh, Kaldera pun belajar itu dari sosok Raegan. Raegan hanya pintar menyembunyikan rasa sakitnya, sampai pada saat Kaldera memasuki hidupnya, pria itu tidak bisa lagi menutupi rasa sakit tersebut. Raegan dapat terbuka dan mengatakan semuanya kepada Kaldera.

Kaldera pun mengakhiri ucapannya. Saat jemari Raegan bergerak mengusap pipi Kaldera, Kaldera tersenyum dan mengarahkan tangannya untuk berada di atas tangan Raegan yang masih mengusap wajahnya.

Raegan kemudian menyunggingkan senyumnya, hingga menampakkan dua buah lesung pipi yang begitu menggemaskan bagi Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan.

“Iya Mas?”

“Terima kasih ya karena kamu udah milih aku, kamu menerima aku dengan semua kelebihan dan kekurangan yang aku punya,” ucap Raegan. Kaldera dengan seksama mendengarkan penuturan Raegan. “Terima kasih Kal sudah mencintai aku,” Raegan mengakhiri ucapannya dengan kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca.

Tanpa Raegan dapat menahannya lagi, sebuah air mata lolos dari pelupuk matanya. Kaldera yang mendapati derai itu, segera mengarahkan jemarinya untuk menyeka air mata Raegan. Perlahan-lahan tapi pasti, dengan keinginan kuat dari dalam dirinya, Kaldera memajukan tubuhnya untuk kemudian mengecup lembut sisi wajah Raegan. Di tempat di mana tadi air mata Raegan mengalir, Kaldera memberikan ciumannya.

Detik berikutnya usai kecupan itu, Kaldera menjauhkan sedikit wajahnya. Kini ada jarak satu jengkal antara wajah Kaldera dan wajah Raegan. Kaldera lantas meletakkan satu lengannya di pundak Raegan, dan melalui sebuah tatapan, mereka memberi sinyal bahwa mereka saling menginginkan satu sama lain.

Kaldera membiarkan Raegan mendekat padanya lebih dulu, untuk kemudian mengecup halus belah bibirnya. Ketika bibir Raegan mulai mencumbu bibirnya, Kaldera langsung membalas pergerakan itu. Sensasi ciuman kali ini terasa sedikit berbeda, seperti ada sebuah rasa yang begitu besar yang ingin Raegan salurkan kepada Kaldera.

“Mas …” Kaldera berucap lemah saat bibir keduanya sedikit menjauh.

“Iya, Sayang?” Raegan mempertemukan netranya dengan netra Kaldera. Kaldera tidak menjawab pertanyaan Raegan, tapi perempuan itu justru kembali mengecup bibir Raegan. Kaldera memulainya, membuat Raegan menyunggingkan senyuman di tengah-tengah pagutan halus mereka.

Ciuman itu pun terjadi dengan durasi yang cukup singkat, tapi sukses membuat kedua belah pipi Kaldera merona.

Raegan memperhatikan paras Kaldera, “Kal, I love you, forever and always,” ucap Raegan. Raegan kemudian mendekap torso Kaldera dengan lembut. Selama beberapa detik, tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Saat Raegan perlahan akhirnya mengurai pelukannya, pria itu menghujani bahu Kaldera dengan kecupan-kecupan kecil.

Kaldera menatap Raegan dengan tatapan lembutnya, lalu perempuan itu berujar, “Mas, terima kasih karena kamu udah berjuang dan berusaha untuk menjadi seorang yang lebih baik lagi. Kamu udah berjuang untuk kita, untuk keluarga kamu, dan untuk orang-orang kamu sayang. I love you, Mas. You know, you’re the only person that has ever made me feel like this. I want to live forever with you, kiss you before we go to bed and every morning we wake up.”

Malam ini Kaldera ingin terpejam di dalam dekapan Raegan. Kaldera ingin tertidur di dalam dekapan hangat pria yang telah mencuri hatinya dan kemudian memiliki seluruhnya. Di setiap ruang di dalam hati Kaldera, hanya ada nama Raegan yang mengisinya.

Saat Kaldera sudah setengah terpejam, Kaldera merasakan sesuatu yang lembab dan kenyal menyapa permukaan kulit keningnya. Raegan memberikannya kecupan lembut, kecupan di dahi pertanda kasih sayang yang begitu besar.

Dari awal pertemuan mereka, Raegan telah lebih dulu menyayangi Kaldera. Perasaan Raegan yang begitu tulus terhadap Kaldera, perlahan-lahan membawa Kaldera untuk dapat merasakan perasaan itu juga. Kaldera yang merasa begitu disayangi oleh Raegan, akhirnya bersedia memberikan seluruh dirinya untuk pria itu, memberinya cinta, dan merelakan sisa hidupnya untuk dihabiskan bersama Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂