His Promises
Hari ini adalah hari Sabtu malam. Kaldera tengah berada di kamarnya, tepatnya di depan lemari pakaiannya yang terbuka lebar. Kaldera ingin memilih pakaian yang akan digunakannya. Malam ini Kaldera dan Raegan telah berencana untuk pergi nonton konser.
Setelah sekitar 20 menit berlalu, Kaldera akhirnya telah siap. Sebelum melangkah meninggalkan kamarnya, Kaldera kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Setelah dirasa puas dengan tampilannya, Kaldera pun meraih sling bag-nya dan bergegas melenggang keluar kamar.
Begitu Kaldera menutup pintu kamarnya, ia mendapati Raegan tengah menunggunya di depan kamarnya. Raegan tampak berbeda dari biasanya yang Kaldera lihat. Raegan malam ini mengenakan stelan kasual, yakni sebuah kaus lengan pendek, celana jeans, dan sneakers hitam. Kalau biasanya Raegan mengenakan stelan formal karena setiap hari harus bekerja, kali ini pria itu terlihat berbeda.
Mereka lantas saling bertatapan, lalu Kaldera bertanya, “Kamu udah lama nunggu aku di sini?” tanya Kaldera dengan kernyitan di dahinya. Raegan lantas menjawab dengan sebuah anggukan.
Kaldera menghela napasnya pelan. “Kenapa nggak ketuk aja pintu kamarku? Kan kamu jadi nunggu lama,” ujar Kaldera.
“Nggak papa. Yuk berangkat,” ujar Raegan.
Raegan tersenyum sekilas, lalu ia meraih tangan Kaldera untuk digandeng. Kaldera hanya tersenyum, ia pun melihat ke arah tangannya yang digenggam Raegan. Hal yang sederhana, tapi perilaku Raegan yang tidak berubah sejak mereka berpacaran, selalu berhasil membuat Kaldera merasa begitu dicintai.
Saat Raegan dan Kaldera sampai di ruang tamu, mereka bertemu dengan Satrio dan Indri. Otomatis tatapan kedua orang tua mereka terarah pada tangan Raegan dan Kaldera yang saling menggenggam.
“Kalian mau ke mana?” tanya Satrio.
Atas pertanyaan itu, Indri pun melirik suaminya dan lekas berujar, “Papa nih segala ditanyain. Kayak nggak pernah muda aja. Ini kan malam minggu, Pah.”
Satrio pun menganggukkan kepalanya. “Oh, kita double date aja kalau gitu, gimana? Papa sama Mama ikut kalian, boleh nggak?” tanya Satrio.
Pertanyaan Satrio itu sukses membuat Raegan dan Kaldera saling melempar pandangan. Mereka tidak tahu harus menjawab apa, tapi Raegan akhirnya berujar. “Kita mau pergi ke konser musik, Pah. Rata-rata yang ke sana anak muda, masa Papa sama Mama mau ikut kita.”
“Lho, Papa pikir kamu udah nggak suka konser-konser kayak gitu. Bukannya udah lewat, masa muda kamu, Raegan?” ucap Satrio yang segera dihadiahi senyuman penuh arti dari Kaldera dan Indri.
“Udah, kalian berangkat aja gih. Papa nih becanda doang. Ohiya Kaldera,” ucap Indri yang lantas mengarahkan tatapannya pada Kaldera.
“Iya Mah. Ada apa?” tanya Kaldera.
“Masa-masa mudanya Raegan emang udah lewat, Sayang. Tapi buat kamu, apa sih yang engga. Iya, kan, Raegan?” tanya Indri sambil menatap Raegan. Raegan pun menganggukinya dengan lugas, karena pernyataan mamanya tersebut memanglah benar adanya.
***
Pekan Raya Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Jakarta Fair merupakan acara pameran tahunan terbesar di Asia Tenggara. Pameran ini biasanya berlangsung selama satu bulan penuh, dan diadakan dari bulan Juni sampai bulan Juli untuk memperingati hari jadi kota Jakarta.
Banyak hal menarik yang membuat para warga Jakarta selalu antusias untuk menghadiri acara festival tersebut. Terdapat berbagai macam tenant mulai dari kuliner, fashion, industri kreatif, kerajinan tangan, dan lain-lain. Namun yang utama dan yang paling menarik bagi kebanyakan anak muda, yakni sebuah konser musik yang digelar di panggung utama.
Penyanyi favorit Kaldera menjadi salah satu penyanyi yang mengisi konser itu dan akan tampil sebentar lagi. Jadi begitu Raegan dan Kaldera sampai, mereka segera menuju ke area konser musik yang terletak tidak jauh dari tenant makanan dan minuman. Deretan penyanyi yang akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan hingga yang sudah bisa dianggap sebagai legenda, telah diundang untuk tampil di atas panggung besar di festival itu.
Raegan dan Kaldera berada tidak jauh dari panggung. Mereka tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa melihat penyanyi yang akan tampil dengan jarak yang lebih dekat. Beberapa saat lagi, giliran seorang penyanyi laki-laki bernama Tulus yang akan membawakan lagu. Kaldera nampak antusias, ini pertama kalinya ia dapat melihat penyanyi favoritnya bernyanyi secara langsung.
“Mas,” ujar Kaldera di samping Raegan. Raegan pun menoleh. Sudah satu tahun mereka menjalin hubungan, tatapan Raegan masihlah sama ketika menatapnya, dan Kaldera selalu merasa berkali lipat jatuh cinta pada cara Raegan melihatnya.
“Kamu terakhir dateng ke konser kayak gini tuh kapan?” tanya Kaldera.
Raegan pun terlihat berpikir setelah mendengar pertanyaan Kaldera. Di suasana hiruk pikuk konser ini, Kaldera hanya meletakkan atensinya kepada Raegan yang berada di sampingnya. Gemerlap malam ini, terasa sempurna berkat seseorang yang datang bersama Kaldera ke acara impiannya ini.
“Aku pergi ke konser musik kayak gini, kayanya terakhir waktu umur 23 atau 25. Aku lupa,” ujar Raegan.
Kaldera lantas mengulaskan senyumnya. Gadis itu tahu bahwa apa yang dikatakan Indri memanglah benar. Mungkin masa-masa muda yang gemerlap bagi Raegan itu sudah berlalu, dan untuk datang ke acara konser seperti ini, Raegan tidak terlalu berminat lagi. Namun itulah yang dinamakan sebuah hubungan, Raegan dan Kaldera saling melengkapi dan berusaha mencocokkan diri terhadap pasangannya. Keduanya ingin melangkah bersama, karena mereka mempunyai tujuan dan visi yang sama. Mereka ingin berkomitmen serius dalam sebuah hubungan.
Saat satu persatu lampu-lampu sorot berwarna ungu neon mulai dinyalakan, kontak mata antara Raegan dan Kaldera terputus. Senyum Kaldera pun merekah kala sang idola mulai muncul di atas panggung.
“Selamat malam semuanya,” ujar seorang pria dengan microphone di tangannya. Sambil mengerahkan tatapannya pada seluruh penonton, pria itu kembali berujar, “Malam ini saya akan membawakan tiga lagu spesial untuk kalian semua yang hadir di sini. Tiga lagu tersebut bertema utama tentang cinta. Jadi saya berharap, pesan lagunya dapat tersampaikan pada kalian dengan baik. Selamat menyaksikan.”
Seruan antusias dari para penonton pun mulai memenuhi tempat itu. Tidak lama kemudian, intro lagu yang melodinya terdengar indah dan lembut mulai terdengar. Lagu yang berjudul ‘Teman Hidup’ itu lantas dinyanyikan bersama-sama oleh para penonton yang hadir.
Begitu lagu sampai di bagian reff, satu tangan Kaldera yang bebas meraih jemari Raegan dan bergerak menggenggamnya. Raegan yang menyadari aksi Kaldera itu, segera membalas genggamannya, menelusupkan jemarinya pada ruang kosong yang tersisa di sana.
***
Waktu menunjukkan hampir pukul 9 malam saat Raegan dan Kaldera memutuskan untuk menjauh dari kerumunan orang-orang. Mereka melipir ke area belakang yang tidak terlalu ramai. Di tanah dengan rerumputan itu, keduanya pun duduk bersebelahan.
“Kal,” ujar Raegan.
Kaldera menoleh ke samping untuk menatap Raegan. “Iya Mas? Kenapa?”
“Selamat satu tahun ya,” ucap Raegan.
Kaldera lantas mengulaskan senyumnya. “Selamat satu tahun juga, Mas. Makasih ya buat waktu satu tahun ini,” ujarnya. Kaldera pun mendekatkan posisi duduknya pada Raegan, lalu ia merebahkan kepalanya di bahu Raegan. Satu lengan Raegan kemudian bergerak mendekap Kaldera dari samping. Raegan mendekatkan dirinya pada Kaldera, memangkas habis jarak yang tersisa di antara mereka.
“I love you,” bisik Raegan di dekat Kaldera.
Kaldera yang mendengar kalimat itu lantas tersenyum manis sekali. Kemudian Kaldera sedikit mendongak, ia mempertemukan netranya dengan netra Raegan. Kaldera pun mengucapkan kalimat yang sebagai balasan atas kalimat Raegan yang tadi. “I love you too, Mas,” ucap Kaldera.
Saat mereka masih asyik menikmati konser meski dari jarak jauh, tiba-tiba Raegan bertanya pada Kaldera. “Kal, kalau aku balik ke pekerjaan beresiko itu, kamu izinin aku nggak?”
Kaldera yang mendengar pertanyaan Raegan perlahan-lahan mengurai pelukan mereka. Keduanya pun kini saling menatap. Kaldera jelas mengerti maksud perkataan Raegan soal pekerjaan beresiko itu, yakni pekerjaan Raegan sebagai seorang mafia.
Kaldera segera menjawab pertanyaan Raegan dengan gelengan kepala, tanda bahwa ia tidak mengizinkan Raegan untuk melakukannya lagi.
“Alasannya?” tanya Raegan.
“Pekerjaan itu bahaya banget, Mas. Kamu hampir aja kehilangan nyawa kamu waktu itu. Kalau kamu kembali ke pekerjaan itu, keselamatan kamu yang akan jadi taruhannya. Kalau misalnya kamu kenapa-napa, emangnya kamu tega ninggalin aku, mama, dan papa?”
Kaldera menatap Raegan lekat-lekat. Sosok yang kini menatapnya itu, adalah sosok yang pernah membuat Kaldera merasa begitu takut. Kaldera takut akan kehilangan Raegan. Rasanya begitu sakit, saat Kaldera melihat Raegan mempertaruhkan nyawanya kala itu.
Berikutnya Raegan malah menarik sebuah senyum simpul, padahal ekspresi Kaldera terlihat khawatir.
“Aku nggak izinin kamu, Mas,” ucap Kaldera.
“Iya. Kalau kamu nggak izinin, aku nggak akan balik ke pekerjaan itu lagi,” ucap Raegan.
“Janji yaa?” Kaldera bertanya sekali lagi untuk memastikan.
“Iya, janji, Sayang,” ucap Raegan dengan nada lembutnya.
“Oke,” ucap Kaldera.
Tatapan mereka kemudian saling mengunci, dengan jarak yang dekat, Kaldera pun berujar lagi, “Banyak yang sayang sama kamu, Mas. Aku, mama, papa, Zio, dan temen-temen kamu, semuanya sayang sama kamu. Jadi jangan pernah berpikir untuk membahayakan diri kamu lagi, yaa?”
Sambil menampilkan senyum manisnya, Raegan pun mengiyakan permintaan itu. Raegan mengatakan bahwa Kaldera dapat memegang ucapannya, dan Kaldera percaya bahwa Raegan tidak akan mengingkari perkataannya.
***
Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮
Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂