alyadara

2 tahun kemudian.

14 Juli. Tanggal tersebut merupakan tanggal yang spesial dan akan selalu diingat oleh Kaldera, karena di tanggal tersebut, seseorang yang juga spesial baginya tengah berulang tahun. Kaldera sengaja bangun lebih pagi hari ini. Saat Raegan masih terlelap, Kaldera sudah mandi dan sedikit memoleskan makeup sederhana di wajahnya.

Ketika Kaldera selesai dengan dirinya, ia melenggang menuju kamar dan menghampiri Raegan di kasur. Raegan tampak masih nyenyak tertidur. Kaldera mengamati paras suaminya, ciri khas ketika Raegan tertidur adalah belah bibirnya yang selalu sedikit terbuka. Kaldera lantas mengulaskan senyum segarisnya.

Dengan suara lembut, Kaldera berujar di dekat Raegan, “Mas.” Raegan belum terbangun juga, membuat Kaldera berusaha memikirkan cara lain untuk membangunkan Raegan.

“Sayang, bangun yuk? Ini kan hari spesial kamu,” ucap Kaldera. Kaldera lantas mengarahkan jarinya untuk membuat garis tidak kasat mata di batang hidung Raegan. Berkat aksi Kaldera itu, Raegan sedikit bergerak di dalam tidurnya.

Kaldera Seeing Raegan's Sleep

“Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu. Kamu nggak liat hadiahnya nih?” ujar Kaldera lagi. Namun Raegan belum juga bangun. Oke, ini adalah ide terakhir Kaldera. Kaldera langsung memutuskan untuk melayangkan kecupan di pipi Raegan. Bibirnya mendarat tepat di pipi mulus Raegan. Kaldera pikir itu akan berhasil, tapi rupanya tidak juga. Baiklah, masih ada 1 pilihan lagi.

Kaldera mendekatkan dirinya, lalu dengan cepat ia mendaratkan bibirnya di atas bibir Raegan.

Cuph. Terdengar bunyi singkat saat kecupan itu diberikan Kaldera. Raegan akhirnya membuka matanya berkat sesuatu yang mendarat di bibirnya itu. Dengan wajah kantuknya dan tangannya yang mengucek mata, Raegan menatap Kaldera. Kening Raegan pun berkerut. “Kamu mau ke mana Sayang? Kok udah rapi?” tanya Raegan sambil mengamati penampilan Kaldera pagi ini. Sebuah parfum manis khas Kaldera terserap ke indera penciuman Raegan, selain itu istrinya nampak sedikit berdandan.

“Kamu lupa ya? Ini kan hari ulang tahun kamu,” ujar Kaldera.

“Oh iya. Aku baru inget,” Raegan pun bergerak dari posisi baringannya. Raegan menyandarkan punggungnya ke header kasur, lalu ia menarik Kaldera untuk dibawa ke dalam dekapannya.

“Selamat ulang tahun Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang. Makasih ya,” balas Raegan.

Kaldera mendongak untuk mempertemukan netranya dengan netra Raegan. “Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu,” ucap Kaldera yang kemudian langsung beranjak dari dekapan Raegan dan melenggang keluar kamar.

Raegan menunggu Kaldera kembali karena Kaldera hanya memintanya tetap di tempatnya. Tidak beberapa lama Kaldera sudah kembali. Raegan duduk di kasur dan memperhatikan kedua lengan Kaldera bersembunyi di balik tubuhnya, sepertinya istrinya itu membawa sesuatu itu dan tidak berniat langsung memperlihatkannya pada Raegan.

Raegan

“Kamu tutup mata dulu,” ucap Kaldera yang kini sudah duduk bersila di hadapan Raegan. Raegan pun menurut saja, ia memejamkan matanya.

Kemudian Raegan merasakan Kaldera meletakkan sesuatu di kedua tangannya. Sesuatu itu tidak teralu berat, bahkan terasa cukup kecil di tangannya.

“Oke, sekarang kamu boleh buka mata,” ujar Kaldera memberitahu Raegan. Raegan terlihat tersenyum gugup, lalu detik berikutnya Raegan pun membuka mata.

The Gift

Raegan langsung menatap benda yang berada di tangannya itu. Sepersekian detik Raegan terdiam sambil memandangi benda itu lekat-lekat. Raegan mengeluarkan benda itu dari dalam kotaknya, lalu Raegan beralih menatap Kaldera. Tatapan Raegan tampak berbinar bahagia.

“Kal ini— ” ucapan Raegan tertahan.

Kaldera pun mengulaskan senyumnya. “Aku harap hadiah ini akan jadi hadiah yang nggak akan kamu lupakan. Sebenarnya aku udah test dari 2 minggu yang lalu, tapi aku mau jadiin kabar bahagia ini sebagai hadiah ulang tahun kamu,” jelas Kaldera.

Tanpa aba-aba, Raegan meletakkan benda itu di kasur, lalu ia merengkuh Kaldera ke dalam pelukannya. “Kal, kita udah nunggu ini cukup lama,” ucap Raegan.

Detik berikutnya, Raegan mengurai pelukannya dan menatap Kaldera. Raegan menangkup kedua sisi wajah Kaldera, ia menatap Kaldera penuh sayang. “Kal, aku bahagia banget. Makasih ya,” ucap Raegan. Kemudian Raegan menurunkan wajahnya dan berhenti di dekat perut Kaldera yang masih terlihat rata. Raegan lantas menyematkan sebuah kecupan ringan di sana.

Mendapati kejadian itu di depan matanya, Kaldera pun merasa begitu terharu dan bahagia. Mereka memang telah cukup lama menanti kehadiran sang buah hati. Raegan dan Kaldera sempat khawatir bahwa mereka tidak bisa memiliki anak, karena berkali-kali mengecek ke dokter kandungan, hasil semuanya baik dan normal. Namun rupanya mereka memang diminta untuk menunggu dan menghabiskan waktu berdua dulu tanpa hadirnya seorang anak.

Raegan menatap Kaldera sambil menorehkan senyum segarisnya. “Kal, ini adalah hadiah ulang tahunku yang terindah,” ucap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

2 tahun kemudian.

Kaldera Seeing Raegan's Sleep

14 Juli. Tanggal tersebut merupakan tanggal yang spesial dan akan selalu diingat oleh Kaldera, karena di tanggal tersebut, seseorang yang juga spesial baginya tengah berulang tahun. Kaldera sengaja bangun lebih pagi hari ini. Saat Raegan masih terlelap, Kaldera sudah mandi dan sedikit memoleskan makeup sederhana di wajahnya.

Ketika Kaldera selesai dengan dirinya, ia melenggang menuju kamar dan menghampiri Raegan di kasur. Raegan tampak masih nyenyak tertidur. Kaldera mengamati paras suaminya, ciri khas ketika Raegan tertidur adalah belah bibirnya yang selalu sedikit terbuka. Kaldera lantas mengulaskan senyum segarisnya.

Dengan suara lembut, Kaldera berujar di dekat Raegan, “Mas.” Raegan belum terbangun juga, membuat Kaldera berusaha memikirkan cara lain untuk membangunkan Raegan.

“Sayang, bangun yuk? Ini kan hari spesial kamu,” ucap Kaldera. Kaldera lantas mengarahkan jarinya untuk membuat garis tidak kasat mata di batang hidung Raegan. Berkat aksi Kaldera itu, Raegan sedikit bergerak di dalam tidurnya.

Kaldera Seeing Raegan's Sleep

“Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu. Kamu nggak liat hadiahnya nih?” ujar Kaldera lagi. Namun Raegan belum juga bangun. Oke, ini adalah ide terakhir Kaldera. Kaldera langsung memutuskan untuk melayangkan kecupan di pipi Raegan. Bibirnya mendarat tepat di pipi mulus Raegan. Kaldera pikir itu akan berhasil, tapi rupanya tidak juga. Baiklah, masih ada 1 pilihan lagi.

Kaldera mendekatkan dirinya, lalu dengan cepat ia mendaratkan bibirnya di atas bibir Raegan.

Cuph. Terdengar bunyi singkat saat kecupan itu diberikan Kaldera. Raegan akhirnya membuka matanya berkat sesuatu yang mendarat di bibirnya itu. Dengan wajah kantuknya dan tangannya yang mengucek mata, Raegan menatap Kaldera. Kening Raegan pun berkerut. “Kamu mau ke mana Sayang? Kok udah rapi?” tanya Raegan sambil mengamati penampilan Kaldera pagi ini. Sebuah parfum manis khas Kaldera terserap ke indera penciuman Raegan, selain itu istrinya nampak sedikit berdandan.

“Kamu lupa ya? Ini kan hari ulang tahun kamu,” ujar Kaldera.

“Oh iya. Aku baru inget,” Raegan pun bergerak dari posisi baringannya. Raegan menyandarkan punggungnya ke header kasur, lalu ia menarik Kaldera untuk dibawa ke dalam dekapannya.

“Selamat ulang tahun Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang. Makasih ya,” balas Raegan.

“Mas, aku punya hadiah spesial untuk kamu,” ucap Kaldera. Kaldera mendongak untuk mempertemukan netranya dengan netra Raegan. Kaldera lantas beranjak dari dekapan Raegan dan melenggang keluar kamar.

Raegan menunggu Kaldera kembali karena Kaldera hanya memintanya tetap di tempatnya. Tidak beberapa lama Kaldera sudah kembali. Raegan duduk di kasur dan memperhatikan kedua lengan Kaldera bersembunyi di balik tubuhnya, sepertinya istrinya itu membawa sesuatu itu dan tidak berniat langsung memperlihatkannya pada Raegan.

Raegan

“Kamu tutup mata dulu,” ucap Kaldera yang kini sudah duduk bersila di hadapan Raegan. Raegan pun menurut saja, ia memejamkan matanya.

Kemudian Raegan merasakan Kaldera meletakkan sesuatu di kedua tangannya. Sesuatu itu tidak teralu berat, bahkan terasa cukup kecil di tangannya.

“Oke, sekarang kamu boleh buka mata,” ujar Kaldera memberitahu Raegan. Raegan terlihat tersenyum gugup, lalu detik berikutnya Raegan pun membuka mata.

The Gift

Raegan langsung menatap benda yang berada di tangannya itu. Sepersekian detik Raegan terdiam sambil memandangi benda itu lekat-lekat. Raegan mengeluarkan benda itu dari dalam kotaknya, lalu Raegan beralih menatap Kaldera. Tatapan Raegan tampak berbinar bahagia.

“Kal ini— ” ucapan Raegan tertahan.

Kaldera pun mengulaskan senyumnya. “Aku harap hadiah ini akan jadi hadiah yang nggak akan kamu lupakan. Sebenarnya aku udah test dari 2 minggu yang lalu, tapi aku mau jadiin kabar bahagia ini sebagai hadiah ulang tahun kamu,” jelas Kaldera.

Tanpa aba-aba, Raegan meletakkan benda itu di kasur, lalu ia merengkuh Kaldera ke dalam pelukannya. “Kal, kita udah nunggu ini cukup lama,” ucap Raegan.

Detik berikutnya, Raegan mengurai pelukannya dan menatap Kaldera. Raegan menangkup kedua sisi wajah Kaldera, ia menatap Kaldera penuh sayang. “Kal, aku bahagia banget. Makasih ya,” ucap Raegan. Kemudian Raegan menurunkan wajahnya dan berhenti di dekat perut Kaldera yang masih terlihat rata. Raegan lantas menyematkan sebuah kecupan ringan di sana.

Mendapati kejadian itu di depan matanya, Kaldera pun merasa begitu terharu dan bahagia. Mereka memang telah cukup lama menanti kehadiran sang buah hati. Raegan dan Kaldera sempat khawatir bahwa mereka tidak bisa memiliki anak, karena berkali-kali mengecek ke dokter kandungan, hasil semuanya baik dan normal. Namun rupanya mereka memang diminta untuk menunggu dan menghabiskan waktu berdua dulu tanpa hadirnya seorang anak.

Raegan menatap Kaldera sambil menorehkan senyum segarisnya. “Kal, ini adalah hadiah ulang tahunku yang terindah,” ucap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

They're Bed Room

“Mas, akunya ditinggal ini ya ceritanya?” Kaldera bermonolog sambil sedikit mencebikkan bibirnya. Kaldera memperhatikan wajah tidur Raegan yang nampak damai, dan selalu tak pernah ketinggalan, tampan. Kulit halusnya, mata teduhnya, hidung tingginya, serta bibir keritingnya yang terlihat begitu indah, Kaldera sangat mengagumi pria ini.

Setelah mereka bercinta, Raegan dengan cepat terlelap. Di babak kedua tadi, sekitar 20 menit lebih mereka melakukannya dan akhirnya sama-sama kelelahan. Mengenai Raegan yang terlelap, Kaldera jadi teringat tentang perkataan dokter obgyn tempo lalu. Dokter menjelaskan jika seorang pria tertidur setelah berhubungan intim, artinya itu adalah hal yang sangat bagus. Pasangannya, yakni si perempuan, telah melakukan yang terbaik sehingga sang pria mudah terlelap setelah melakukannya.

Hanya dengan mengingat fakta tersebut, Kaldera menjadi berbunga-bunga. Namun kira-kira apa artinya, jika seorang wanita justru tidak bisa tidur setelah berhubungan intim? Kaldera justru berkali-kali kepikiran tenang apa yang terjadi di antara mereka beberapa jam lalu, hingga membuatnya kini tidak bisa terpejam. Kaldera berpikir, bahwa Raegan sangat hebat saat melakukannya. Namun mengapa Kaldera tidak merasakan kantuk sama sekali?

Ya, Raegan melakukannya dengan sangat baik. Kaldera tersenyum tersipu dibuatnya. Entahlah, ia juga tidak tahu mengapa justru dirinya kesulitan terlelap. Detik berikutnya, Kaldera pun mendekatkan tubuhnya kepada Raegan, lalu Kaldera menyandarkan tubuh mungilnya pada tubuh besar Raegan. Kaldera berusaha memejamkan matanya dan melupakan pertanyaan yang mengganjal pikirannya.

***

Cuddle in Morning

“Selamat pagi, Kal,” ucap Raegan. Kedua netra Raegan terbuka dan langsung menatap Kaldera yang berada di dekapannya.

“Hai, Mas. Selamat pagi juga,” balas Kaldera sembari mengulaskan senyum kecilnya.

Raegan memperhatikan wajah Kaldera yang baru bangun tidur. Mata Kaldera terlihat agak sembap, jadi Raegan berpikir bahwa Kaldera tidur sangat nyenyak semalam.

“Kamu tidurnya nyenyak banget, ya?” tanya Raegan.

“Uhmm … iya sih nyenyak banget,” jawab Kaldera. Otomatis Kaldera pun bertanya karena penasaran, “Kalau kamu gimana?”

“Aku tidurnya juga nyenyak banget,” jawab Raegan.

Raegan masih menatap Kaldera dengan intens, tidak berniat melihat ke arah lain selain fokus kepada wanitanya.

Oh, tidak. Kaldera tiba-tiba teringat lagi soal perkataan dokter obgyn. Ini adalah pertama kali bagi Raegan dan Kaldera berhubungan intim, dan apakah Kaldera telah melakukan yang terbaik untuk Raegan? Kaldera bertanya-tanya dalam hatinya.

“Sayang,” ucap Raegan yang langsung mendistraksi pemikiran monolog Kaldera.

“Iya Mas? Kenapa?” Kaldera segera memberikan seluruh atensinya kepada Raegan.

“Makasih ya, semalam luar biasa,” Raegan menjeda ucapannya. Pria itu tersenyum, jenis senyum orang yang benar-benar sedang dilanda oleh asmara.

The moment we spent tonight, it was the best moment in my life, Kal. You are the prettiest thing that happened to me.” Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh cinta, lalu lelaki itu mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan sayang.

“Kal, I love you,” ujar Raegan dengan nadanya yang terdengar begitu tulus. Tidak lupa, berikutnya Raegan menyematkan kecupan halus di kening Kaldera, sebuah kecupan tanda sayang.

“Kamu juga hebat. Makasih banyak ya Mas untuk semalam,” balas Kaldera seraya mengulaskan senyum hangatnya.

Mereka merasakan perasaan luar biasa dengan cara yang begitu sederhana. Baik Raegan maupun Kaldera, keduanya telah sama-sama melakukan yang terbaik—dan dengan mengetahui hal tersebut, mereka sudah merasa lebih dari sekedar bahagia.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Yunani merupakan negara yang terletak di bagian selatan benua Eropa yang terkenal memiliki pesona laut yang indah. Di Yunani terdapat banyak bangunan bersejarah kuno yang berdiri kokoh, yang berlatarkan pemandangan alam yang sangat menawan.

Salah satu kawasan yang memiliki pemandangan indah adalah Santorini. Santorini dikenal hingga ke manca negara sebagai tempat romantis untuk menghabiskan waktu bulan madu.

Raegan dan Kladera memilih Santorini sebagai destinasi bulan madni mereka. Ini merupakan malam kedua Raegan dan Kaldera menginap di sebuah penginapan layaknya surga dunia. Mereka memilih sebuah penginapan yang terletak di tepian gunung, karena posisi tersebut membuat kamar mereka langsung menghadap ke pemandangan laut yang indah. Ketika jendela kamar dibuka, Raegan dan Kaldera dapat melihat pemandangan laut biru yang cukup dekat dengan mata.

Santorini 1

Santorini 2

Sore ini Raegan dan Kaldera berniat untuk menghabiskan waktu dengan menikmati pemandangan senja. Mereka merebahkan diri di atas sebuah kasur single yang mengambang di infinity pool. Tepat di depan mereka, kini tampak hamparan laut luas dan matahari yang perlahan-lahan bergerak turun di sisi barat.

“Mas,” ujar Kaldera.

Raegan seketika menoleh ke samping. Kacamata rayban hitam yang semula di pakainya, kini pria itu naikkan ke atas kepalanya.

“Iya Kal?” tanya Raegan.

“Kita besok berenang yuk?”

“Boleh. Pagi ya.”

“Jangan terlalu pagi Mas. Aku nggak bisa bangun nanti, masih ngantuk.”

“Pasti bisa,” ujar Raegan.

“Kalau aku nggak bangun gimana? Sore aja kita berenangnya, biar nggak terlalu panas juga.”

“Kalau kamu nggak bangun, aku bisa gendong kamu ke pantai,” ujar Raegan dengan entengnya.

“Mas, kamu mau kita ke pantai atau—”

“Atau apa?” tanya Raegan cepat. Kaldera kini mendapati Raegan menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Kaldera menggigit bibir bawahnya untuk menahan senyumannya terulas. Raegan masih menatap Kaldera, tapi Kaldera justru bergerak dari posisi baringannya dan segera berjalan menuju ke dalam kamar. Raegan terkekeh pelan, lalu dengan cepat ia bergerak dari posisnya dan menyusul Kaldera ke dalam.

“Kal,” panggil Raegan dengan suara lembutnya.

“Maksud kamu tadi apa?” tanya Raegan yang kini tengah berlutut di samping kasur. Kaldera memunggungi Raegan, tidak berniat menghadapny. Terang saja, Kaldera kini merasa gugup dan jantungnya berdebar dengan cepat, padahal itu akibat ucapannya sendiri.

“Kal,” panggil Raegan lagi. Masih belum mempan, Raegan pun menggunakan cara lain. “Sayang …” ujar Raegan sembari mengusap lembut bahu Kaldera yang terekspos karena istrinya itu mengenakan atasan sleeveless.

Jemari-jemari Raegan yang menari di atas lengan Kaldera, membuat Kaldera tidak dapat mengabaikan Raegan lama-lama. Sentuhan Raegan sangat mampu membangkitkan sesuatu di dalam diri Kaldera.

Kaldera pun membalikkan tubuhnya dan kini sepenuhnya menghadap Raegan.

“Maksud kamu tadi apa? Kamu belum selesai ngomongnya,” ujar Raegan yang terlihat tengah menahan senyumannya.

“Maksud aku … kamu mau ke pantai atau kita ngelakuin itu malam ini,” ujar Kaldera. Kaldera kemudian terdiam sesaat, lalu ia kembali berucap sambil menatap Raegan lekat-lekat. “Mungkin besok kita nggak bisa ke pantai kalau kita ngelakuin itu malam ini Mas.”

We do what?” tanya Raegan.

You know what I mean,” ujar Kaldera.

Raegan akhirnya mengangguk. “Iya, Sayang. Aku paham kok maksud kamu.” Raegan mengarahkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Kaldera dengan usapan yang lembut. Kemudian tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Kaldera tenggelam pada iris teduh Raegan, pada pesona pria itu yang selalu nampak luar biasa baginya. Bibir Raegan itu, bibir yang tidak pernah absen mengecup bibirnya sebelum mereka tidur di malam hari. Bibir yang selalu memujinya, setiap hal kecil yang Kaldera lakukan, Raegan tidak pernah lupa untuk memuja wanitanya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Kaldera perlahan bergerak mengecup bibir Raegan lebih dulu. Raegan terkekeh pelan di tengah ciuman mereka, tapi tawanya itu sama sekali tidak mengurangi kemampuannya untuk membalas ciuman Kaldera. Saat pagutan mereka semakin dalam, Raegan pun mulai melesakkan lidahnya untuk memasuki Kaldera, untuk menyapa rongga mulut wanitanya. Setiap gerakan yang Raegan lakukan terasa mengangumkan. Tubuh kekar dan tegap yang kini berada di atas Kaldera, temapak begitu menawan. Peringai Raegan itu, berhasil membuat bulu-bulu di tubuh Kaldera berdiri tegak.

Raegan memiringkan sedikit kepalanya, ia melakukannya untuk memudahkannya melahap sempurna bibir Kaldera. Kaldera berserah pada dirinya, seperti anjuran di buku yang ia baca, Kaldera membiarkan dirinya mengeluarkan reaksi alamiahnya. Ketika Raegan menciumi lehernya, Kaldera pun mendesahkan napasnya dengan kuat. Suara helaan nafas Kaldera yang seksi itu, tangan Kaldera yang meramas rambut di bagian belakang kepala Raegan, membuat Raegan semakin memperdalam ciumannya guna menyalurkan seluruh perasaannya kepada Kaldera.

Setelah beberapa detik Raegan dan Kaldera bergelut dengan pergerakan dan perasaan yang luar biasa itu, kini Raegan menatap Kaldera dalam-dalam. “Kal, izinin aku untuk memiliki kamu malam ini,” ujar Raegan dengan suara nafasnya yang terdengar berat.

Kaldera memperhatikan reaksi alami yang terjadi pada Raegan. Prianya itu kini dipenuhi oleh peluh di hampir seluruh wajahnya, warna kulit wajah yang seputih susu itu sekarang nampak memerah. Kaldera pun menjawab permintaan Raegan tentang memilikinya dengan sebuah anggukan pasti. Sebuah senyum cantik pun terukir di wajah Kaldera.

Setelah permintaan izin itu, mereka mengubah posisi menjadi duduk. Kaldera bersandar di header kasur, sebuah bantal diletakkan oleh Raegan di balik punggung Kaldera, dengan tujuan agar Kaldera dapat merasa lebih nyaman. Kemudian Raegan kembali mencumbu bibir Kaldera, belah bibir yang akan selalu dicumbunya dan selalu membuatnya candu. Pagutan dan pergerakan mereka membuat kasur king size yang mereka tempati bergoyang, begerak dengan gerakan naik turun. Selain itu kini Kaldera sudah tidak berada di posisi awalnya. Sprei yang sebelumnya terpasang dengan sempurna, telah berubah bentuknya menjadi tidak karuan.

Kisses 1

Raegan tidak melepas pagutan mereka sedikit pun, konsentrasinya tetap bisa bekerja dengan baik bersamaan dengan tangannya yang mulai melepaskan pakaian Kaldera. Kini hanya tersisa sebuah bra hitam di tubuh Kaldera. Sebelumnya Raegan telah lebih dulu menanggal kaus ditubuhnya, itu ia lakukan berkat rasa panas yang tiba-tiba menyergapnya.

Raegan dan Kaldera berhenti sejenak untuk mengambil nafas setelah melakukan ciuman yang terasa cukup panjang. Hembusan nafas mereka pun terdengar beradu dengan indahnya. Kaldera yang sudah merasa lemah, berusaha mencari kekuatan dengan menempelkan dahinya di dahi Raegan, dan satu lengannya terkulai lemas di bahu polos Raegan.

“Kal, you are the prettiest woman for me. You full filled my heart and my mind with your existence,” ucap Raegan di tengah-tengah kegiatan istirahat mereka. Kedua lengan Raegan mendekap pinggang ramping Kaldera, lalu Raegan mengusap pinggang itu dengan gerakan yang sensual. Kaldera sedikit melenguh berkat aksi Raegan itu, tapi justru Kaldera mengisyaratkan pada Raegan untuk terus melakukan sentuhannya.

Saat Raegan selesai mencicipi hampir setiap inci tubuh Kaldera, baik dengan jemari maupun dengan mulutnya, kini giliran Kaldera yang akan melakukannya. Pertama-tama Kaldera menatap Raegan lamat-lamat, lalu tangannya bergerak mengarahkan rahang Raegan untuk mendekat padanya. Kaldera menjelajahi setiap celah wajah Raegan, bentuknya yang sempurna, membuat Kaldera melihatnya dengan mata berbinar dan penuh rasa syukur. Kaldera menggesekkan ujung hidungnya pada ujung hidung Raegan, aksi kecil itu berikutnya mampu membuat sesuatu di dalam diri Raegan menggelora. Dari setiap sentuhan Kaldera di tubuhnya, Raegan dapat merasakan cinta dan kasih Kaldera yang ditujukan untuknya.

Gif kiss

Kaldera kini bergerak untuk menempelkan tubuhnya pada Raegan. Raegan seketika merasakan dua buah benda kenyal yang menyapa permukaan dada bidangnya. “Kal …” lirih Raegan dengan suara husky-nya yang terdengar semakin berat. Kaldera bergerak mencium leher jenjang Raegan, awal mula kecupana yang lembut itu berubah menjadi lebih brutal. Kaldera meninggalkan jejak merah di kulit putih Raegan, sekaligus hembusan nafas hangat yang mampu menggelitik Raegan.

Kaldera kini beralih turun ke bagian perut Raegan. Pertama jarinya bermain di sana, tapi lama-lama berubah bibirnya yang menjajaki perut sixpack Raegan. Kaldera memberikan tanda cintanya di sana, memberitahu bahwa Raegan seorang hanyalah miliknya. Setiap area ini hanya untuknya saja, tidak seorang pun selain dirinya dapat menyentuhnya.

Setelah 15 menit mereka bermain, kini mereka sudah sama-sama basah dalam artian lain. Di bagian bawah sana, milik Raegan sudah mengeras. Kaldera bisa merasakan itu ketika ia bergerak naik ke pangkuan Raegan. Sesuatu yang besar terasa mengenai pahanya tadi.

Raegan bergerak memeluk Kaldera selama beberapa saat. Pria itu membisikkan kata-kata cintanya sembari mengusap punggung polos Kaldera. Kemudian dengan perlahan, Raegan mengubah posisi mereka. Kaldera berada di bawah Raegan, kedua lengan kekar Raegan mengunci Kaldera dengan bertumpu di sisi kanan dan kiri wajah wanitanya.

“Kal, it will hurt you,” ucap Raegan.

Kaldera kemudian hanya mengangguk pelan, ia menelan salivanya dengan sedikit usaha. “Mas, aku mau ke kamar mandi dulu sebentar. Boleh?” tanya Kaldera. Dari tatapan matanya Kaldera merasa bersalah. Namun apa yang terjadi selanjutnya, Kaldera pun dibaut terpana, lagi dan lagi oleh sikap lembut Raegan kepadanya. Raegan membiarkannya untuk mengambil waktu di kamar mandi. Tanpa mengucapkan apa pun yang mungkin dapat menyinggung Kaldera, Raegan pun hanya membiarkan Kaldera melenggang pergi.

Di depan pintu kamar mandi, Raegan menunggu Kaldera dengan setia. Sekitar lima menit berlalu, Kaldera akhirnya kembali. Mendapati Raegan menunggunya, otomatis senyum Kaldera terulas. Kaldera meraih tangan Raegan dan kemudian bergerak menggenggamnya. Kaldera mendekatkan tangan Raegan pada bibirnya, lalu ia memberikan kecupan halus dipunggung tangan itu.

“Mas, maaf ya. Aku tadi gugup banget,” aku Kaldera.

“Iya, Sayang. Nggak papa,” ucap Raegan.

Saat Kaldera menggandeng tangannya, Raegan bertanya, “Kita mau lanjut lagi?”

Kaldera mengangguk. “Iya. Kita lanjut lagi.”

“Kal, kamu yakin?” tanya Raegan.

Kaldera menoleh dan menatap Raegan. Kemudian Kaldera sedikit berjinjit untuk menyematkan kecupan di pipi Raegan. “Aku yakin, Mas. Aku nggak punya keraguan atas kamu. Aku izinin kamu untuk memiliki aku, begitu pun sebaliknya. Malam ini rasanya spesial banget buat aku Mas. Aku ingin memberikannya untuk kamu, dan aku nggak sama sekali ragu.”

***

Raegan dan Kaldera telah kembali ke kasur. Kaldera menjamah kasur terlebih dulu, lalu berikutnya Raegan bergerak menyusulnya. Raegan tahu tempat favorit Kaldera. Maka dari itu, dengan gerakan yang sangat lembut, Raegan memindahkan Kaldera ke atas dua pahanya.

Kiss 2

Setelah itu Kaldera meraih satu tangan Raegan, Kaldera membawa tangan Raegan untuk menuju dadanya. Kaldera meminta Raegan untuk mengusap dua buah dadanya yang sudah tampak menegang di sana.

“Kal, kalau sakit atau kekencangan, kamu bilang ya,” ucap Raegan. Kaldera mengangguk. Detik berikutnya, Kaldera menatap ke arah tangan Raegan yang mulai menyentuh miliknya. Jari-jari Raegan yang panjang tampak sangat pas menangkup miliknya. Dari awal hanya sentuhan, kini mulai berubah menjadi remasan. Kaldera memejamkan matanya sesaat, lalu membuka lagi. Itu terjadi secara berulang, hingga rasanya setengah kesadaran Kaldera seperti dibawa pergi entah ke mana.

“Mas … sekarang aja,” ujar Kaldera dengan suara lemahnya.

“Oke,” ucap Raegan. Satu tangan Raegan lantas menyilakan helai rambut Kaldera yang turun ke wajahnya. Kaldera dibanjiri oleh peluh dari paras sampai ke lehernya, dan itu tampak sangat seksi bagi Raegan. Di leher jenjang Kaldera, ada tanda cinta yang dibuat oleh Raegan.

Kemudian yang terjadi selanjutnya adalah Raegan memposisikan Kaldera untuk berada di bawahnya. Raegan meletakkan dua buah bantal di bawah kepala Kaldera, dengan posisi seperti itu, Kaldera pun dapat merasa lebih nyaman dan rileks.

Kaldera tidak dapat melepaskan tatapannya dari Raegan begitu pria itu menanggalkan underwear Calvin Klein hitamnya. Berikutnya dengan kedua netranya, Kaldera sepenuhnya melihat sebuah benda milik Raegan. Itu nampak cukup besar, panjang, dan terlihat mengeras.

Can I … touch it?” tanya Kaldera pelan.

Raegan mengangguk. “Of course, Baby. You can touch it,” ujar Raegan. Kemudian secara perlahan, Kaldera mengarahkan tangannya ke sana. Ia memegang benda itu dengan pelan, lalu lama-lama bergerak memainkannya. Selama itu terjadi, mereka kembali saling mencumbu. Raegan mendesahkan nafasnya, sesekali melafalkan kata-kata cintanya untuk Kaldera.

“Mas,” ujar Kaldera saat cumbuan mereka terurai.

“Hmm?”

Your deep voice … I almost died because of it,” ujar Kaldera. Mendengar itu, Raegan lantas terkekeh pelan. Kekehan Raegan itu justru berdampak jauh lebih parah dari pada lenguhan seksinya. Kaldera ingin memiliki tawa itu hanya untuknya. Raegan yang seperti ini, hanya boleh terlihat di depannya saja.

“Mas, I want you in me,” ucap Kaldera dengan nada yakinnya. Raegan pun mengangguk pelan. Raegan mengatakan bahwa mereka akan segera menuju ke intinya. Raegan tahu Kaldera menginginkan mereka melakukannya dengan posisi duduk, tapi karena kekhawatiran Raegan pada Kaldera, jadi mereka akan mencoba posisi paling klasik, yakni pria berada di atas dan wanita berada di bawah.

Sebelum benar-benar memasukkan miliknya pada Kaldera, Raegan mengambil satu bantal dan meletakkannya di bawah kedua paha Kaldera. Mereka telah sama-sama mempelajarinya sebelum menikah, cara-cara melakukannya dan bagaimana posisi yang lebih efektif atau yang kurang efektif. Salah satu tujuan mengganjal bagian pantat wanitanya adalah menguntungkan cairan si pria untuk bisa lebih fokus menjangkau ke rahim si wanita.

Saat semuanya dirasa telah siap, Raegan mulai mendekat pada Kaldera. Pertama-tama satu jari Raegan bergerak memasuki Kaldera di bawah sana. Rasa sakit seketika menyerang Kaldera, matanya langsung berair di bagian pelupuk. Pergerakan jari Raegan yang semakin lihai, membuat sebuah cairan bening yang lengket keluar dari Kaldera, hingga di bawah sana sudah sepenuhnya basah.

“Mas,” ujar Kaldera.

“Iya, Sayang?”

“Tambah lagi.”

“Iya. Dua dulu ya?”

“I-iya.”

Raegan pun menambah jarinya. Kini dua buah jari Raegan melesak ke dalam, guna melebarkan jalan penyatuan mereka. Kaldera meringis kesakitan, ia pun meminta Raegan untuk menciumnya. Kali ini balasan pagutan Kaldera pada bibir Raegan terasa lebih brutal dari sebelumnya, bahkan Kaldera menggigit bibir bawah Raegan, guna melampiaskan rasa sakitnya.

“Kal,” ujar Raegan.

“Hmm?” sahut Kaldera pelan.

Satu tangan Raegan yang bebas pun bergerak mengusap kepala Kaldera. “Every piece of you is perfect for me.”

Kaldera yang mendapati perlakuan itu otomatis mengulaskan senyum bahagianya. Wajah Kaldera berderai air mata, tapi itu adalah air mata kebahagiaan. Saat tatapan mereka bertemu dan saling mengunci, Raegan memutuskan melesakkan miliknya ke dalam Kaldera. Tepat begitu milik Raegan berhasil menemukan jalan masuknya dan menembus relung itu, Kaldera melengkungkan bibirnya ke dalam, pun satu tangannya mencengkeram punggung Raegan dan memberikan guratan dengan kukunya.

“Mas, aduh sakit banget … ” Kaldera berucap lirih.

“Sebentar ya Sayang. Tahan sedikit lagi,” ucap Raegan menenangkan Kaldera. Raegan bergerak di atas Kaldera dengan gerakan naik turun, sesekali Raegan menghentakkan pinggulnya untuk menjangkau Kaldera lebih dalam lagi. Gerakan pinggul Raegan yang begitu lihai, terlihat sangat menakjubkan bagi Kaldera. Hembusan nafas Raegan, keringat yang mengalir di pelipisnya, terasa mampu melengkapi kesempurnaan penyatuan mereka.

“Mas …” Kaldera mendesah lagi dengan melantunkan nama Reagan. Kaldera kini dapat merasakan bahwa sepenuhnya Raegan telah berada di dalamnya. Kaldera merasa begitu penuh dan hangat, tepat ketika cairan itu menembusnya, bagian perutnya pun juga ikut terasa menghangat.

“Sayang, masih sakit?” tanya Raegan. Mereka masih bersatu, bergerak bersama dengan irama yang indah.

“Nggak terlalu, Mas. Udah enak,” ujar Kaldera.

“Mau udahan dulu?” tanya Raegan sembari menciumi setiap cela wajah Kaldera.

“Sebentar lagi nggak papa,” ucap Kaldera. Kaldera membuka matanya, ia berusaha untuk menatap Raegan. Kaldera ingin menikmati momen ini seutuhnya. Rasa awalnya memang sakit, aneh, dan tidak nyaman. Namun lama-kelamaan justru berangsur lebih baik dan terasa nikmat.

“Mas, iya di situ aja,” ucap Kaldera begitu Raegan berhasil menyentuh titik inti dari Kaldera. Tepat sasaran, Raegan melakukannya dengan begitu baik.

“Enak sayang?” tanya Raegan.

“Enak,” Kaldra menjawab dengan sebuah senyum segaris di bibirnya. Dari yang sebelumnya meringis, kini Kaldera dapat menikmatinya hingga ia merasa seperti terbang ke langit ke tujuh.

Mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat, setelah kurang lebih melakukannya selama 10 menit. Raegan dan Kaldera ingin mencoba posisi lain, yakni woman on top. Namun ada yang berbeda, mereka akan mencobanya dengan posisi duduk. Kaldera akhirnya bergerak naik ke atas pangkuan Raegan. Mereka sama-sama duduk, dan akan bersatu dengan posisi berpangkuan.

Begitu akhirnya Kaldera memasukkan sendiri milik Raegan pada miliknya, Kaldera berucap dengan suara merdunya di dekat Raegan. “You taste so good,” ujarnya. Saat mereka sudah bersatu sepenuhnya, keduanya mendesahkan nafas yang panjang bersama-sama.

Raegan melesakkan kepalanya di curuk leher Kaldera, sementara tangan Kaldera memberi usapan di belakang telinga prianya, di leher bagian belakang, dan beberapa titik sensitif lainnya.

You are so nice, Baby,” puji Raegan.

Kaldera tersenyum, cantik sekali. Raegan selalu bahagia ketika melihat senyuman itu. Meskipun dengan posisi duduk, Raegan tidak kehilangan kemahirannya untuk menggerakkan pinggulnya. Raegan pun memperdalam miliknya pada Kaldera, membuat Kaldera mendesahkan nafasnya dengan desahan yang cukup panjang.

“Mau udahan, Kal?” tanya Raegan sambil memperhatikan wajah Kaldera.

“Kamu keliatan cape, kita bisa udahan sekarang,” lanjut Raegan.

Kaldera akhirnya mengangguk. Mereka berciuman sekali lagi dengan gerakan dan irama yang begitu indah. Kemudian Kaldera beranjak dari pangkuan Raegan dan merebahkan dirinya di atas kasur. Paras Raegan yang berjarak hanya satu jengkal darinya, akan Kaldera pandangi sampai dirinya terlelap nyenyak. Mereka berbarengan mengulaskan senyum, terlihat semburat merah di pipi Kaldera dan dua buah lesung pipi di wajah Raegan.

“Orang-orang bilang kamu adalah tuan anti-romantic,” ucap Kaldera, netranya masih betah menatapi paras Raegan.

Kemudian dua alis tebal Raegan menyatu di tengah. “Oh iya? Siapa yang bilang?”

“Temen-temen kamu,” ujar Kaldera diiringi tawa kecilnya.

“Kalau menurut kamu, aku laki-laki yang kayak gimana?” tanya Raegan. Pria itu tersenyum lebar, menampakkan deretan gigi depannya yang rapi.

Kaldera pun akan menjawabnya. Matanya sedikit memicing, lalu wanita itu berujar. “Satu tahun lebih aku kenal kamu, bagi aku kamu nggak banyak berubah. Kamu masih laki-laki yang sama, laki-laki yang tegas, punya pendirian yang kuat, dan punya prinsip. Tapi aku bisa melihat diri kamu yang lain saat kamu sama aku,” tutur Kaldera.

Raegan masihlah pria yang sama, Kaldera mengatakannya demikian. Kepada beberapa orang, Raegan tetaplah pria dengan julukan kulkas 12 pintu. Namun saat bersama Kaldera, Raegan dapat menunjukkan sisi lainnya. Raegan yang lembut, penyayang, dan Raegan yang selalu meletakkan Kaldera sebagai prioritas utamanya.

“Sayang,” ucap Raegan. Raegan sebelumnya sudah memejamkan matanya, tapi kini pria itu kembali menatap Kaldera. Kaldera yang mendengar panggilan itu pun otomatis membuka netranya.

“Kenapa Mas?” tanya Kaldera.

I’m enough for you?” tanya Raegan.

“Maksud kamu?” Kaldera nampak tidak mengerti maksud pertanyaan Raegan, terlebih pada apa alasan Raegan menanyakan pertanyaan itu padanya.

Sometimes I felt like I can’t be a romantic partner. Tapi bukannya setiap perempuan mendambakan keromantisan?”

“Iya, pasti,” jawab Kaldera. Kaldera menelusuri setiap inci lekuk wajah Raegan, di mana di sana ia selalu memujanya. Kaldera pun kembali melanjutkan kalimatnya. “Setiap perempuan ingin diperlakukan dengan baik oleh pasangannya, tapi cara tiap orang untuk nunjukin kasih sayangnya bisa berbeda.” Kaldera menjeda ucapannya, lalu tangannya bergerak mengusap lembut pipi Raegan.

Kaldera pun kembali berujar. “Mas, bertemu sama kamu adalah salah satu momen terindah di dalam hidup aku. Menikah sama kamu, menjadi istri kamu, mendampingi kamu, jadi momen terindah selanjutnya dan akan terus seperti itu selama kita bersama. Aku ingin membuat banyak momen indah sama kamu, hari ini, besok, dan sampai kita tua. Bagi aku, kamu lebih dari cukup, Mas.”

Raegan memanglah pria yang jarang menunjukkan sikap romantis menurut standar orang-orang kebanyakan. Namun bagi Kaldera, Raegan romantis dengan caranya sendiri. Bahkan kalau Raegan sudah menunjukkan sisi romantisnya, Kaldera bisa seketika dibuat tidak berkutik. Raegan dengan bahasa cinta act of service-nya, selalu mampu membuat Kaldera berdbear. Raegan selalu berhasil mengacak-ngacak hati Kaldera, memompa aliran darahnya dengan lebih cepat, dan menghidupnya aliran cinta di dalam hatinya.

Kaldera tidak menginginkan kesempurnaan dalam diri seorang pria, di saat Kaldera telah menemukan sosok Raegan, sosok yang menyayanginya melebihi pria itu menyayangi dirinya sendiri.

Cosmic radiation

Cosmic radiation

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

6 bulan kemudian.

Sebuah tanggal yang cantik telah dipilih oleh Raegan dan Kaldera untuk melaksanakan pernikahan mereka. 26 Juni 2026. Pukul 10 pagi, diadakan pemberkatan pernikahan di sebuah gereja. Jumlah tamu yang hadir dan menyaksikan acara sakral tersebut tidak terlalu banyak. Raegan dan Kaldera memang ingin acara pernikahan mereka dilaksanakan secara lebih intimate, dengan tujuan agar mereka bisa menikmati momen ini dengan lebih khidmat.

Di hari yang sama di pukul 4 sore, diadakan sebuah acara resepsi. Acara tersebut mengusung tema semi-outdoor party. Venue yang Regan dan Kaldera pilih, dikelilingi oleh taman hijau berumput pendek yang luas. Semua yang ada di tempat resepsi itu, dari dekorasi, tema pernikahan, hingga setiap detail yang ada di sana, telah sesuai dengan keinginan Raegan dan Kaldera. Semuanya terasa sempurna, Raegan dan Kaldera sangat bahagia karena bisa mewujudkan hari yang telah telah lama mereka nantikan itu.

Setelah acara resepsi, Raegan dan Kaldera berniat untuk langsung menempati rumah mereka. Bahkan Raegan menyetir mobilnya sendiri, menolak saran dari papanya untuk menggunakan supir. Sebenarnya memang Regan merasa tubuhnya cukup lelah setelah menjalani seharian acara, tapi perasaan bahagia lebih mendominasinya. Raegan hanya ingin berdua dengan Kaldera, tanpa adanya orang lain di sekitar mereka.

Cklek!

Suara pintu rumah yang baru saja dibuka, kekehan pelan Raegan dan Kaldera, menyambut awal baru yang akan mereka mulai di rumah ini. Raegan menyalakan lampu ruang keluarga di rumah itu, hingga sekarang Kaldera jadi bisa melihat sesuatu yang telah Regan persiapkan untuknya. Tepat di hadapan Kaldera, di dinding ruangan itu, terdapat sebuah foto pre-wedding mereka yang dicetak dan dibingkai dengan frame yang lumayan besar.

Foto Prewed Reagan dan Kaldera

“Gimana fotonya? Kamu suka?” tanya Raegan sambil menatap Kaldera dari samping.

Kaldera pun menoleh ke arah Raegan, ia menyunggingkan senyum cantiknya untuk Raegan. “Aku suka. Bagus banget fotonya Mas. Makasih ya.”

“Sama-sama,” balas Raegan seraya ikut menyunggingkan senyumnya.

“Mas,” ucap Kaldera lagi. Mereka masih di sana, menatap satu sama lain dengan tatapan penuh bahagia.

“Iya Kal?”

“Malam ini kita …” ucapan Kaldera tiba-tiba terhenti begitu saja. Raegan menunggu Kaldera melanjutkan kalimatnya, pria itu pun maju selangkah dan kini tengah menatap Kaldera lekat-lekat.

“Kita langsung tidur, kan?” tanya Kaldera dengan suara pelannya.

Raegan terdiam sesaat. Namun detik berikutnya, pria itu pun menganggukkan kepala. “Iya, kita langsung tidur aja,” ucap Raegan.

“Oke. Kamu mandi duluan, biar aku siapin baju tidur untuk kamu,” ujar Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan menahan langkah Kaldera. Kaldera pun menoleh, ia mendapati Raegan tersenyum lembut padanya. Raegan lalu menyusul langkah Kaldera, memangkas jaraknya dengan istrinya, hingga kini Kaldera dapat merasakan hembusan napas hangat Raegan yang menyapa permukaan kulit wajahnya.

“Kita nggak perlu buru-buru, Sayang. Kita punya banyak waktu,” ucap Raegan pelan di dekat Kaldera. Sebelum Raegan melenggang pergi menuju kamar mandi, pria itu menyematkan sebuah kecupan manis di pipi Kaldera.

Sepeninggalan Raegan dari sana, Kaldera menghembuskan napas panjangnya. Kedua sendi lutut Kaldera seketika terasa lemas. Kaldera dan Raegan telah menghabiskan banyak waktu berdua, tapi malam ini terasa begitu berbeda. Terlebih bagi Kaldera, ia merasa gugup bukan main. Apakah ia lebih gugup dari pada Raegan? Kaldera tidak tahu pasti, tapi sejauh yang terjadi, Raeganlah yang sangat ahli dalam hal membuatnya gugup.

***

Kaldera baru saja selesai mandi. Kaldera duduk di hadapan cermin rias di kamar itu, kamar yang saat ini telah resmi menjadi kamarnya dan Raegan. Kaldera mengaplikasikan skincare di wajahnya, setelah itu ia berlanjut mengggunakan body lotion di kedua lengan dan kakinya.

Kaldera otomatis menoleh ketika menyadari seseorang tengah memasuki kamar. Kaldera pun mendapati Raegan di sana. Rambut pendek Raegan nampak masih setengah kering. Raegan baru saja kembali dari walk in closet, pria itu kini nampak lebih segar dan juga tampan dengan piyama biru dongkernya. Pakaian tidur itu adalah stelan yang disiapkan Kaldera untuk Raegan, untuk yang pertama kalinya.

Kaldera masih duduk di kursi di hadapan cermin rias, sampai akhrinya Raegan berjalan menghampirinya. Dari cermin di hadapannya, Kaldera dapat melihat pantulan Raegan yang sedikit membungkukkan tubuhnya, untuk kemudian merengkuh torso Kaldera dari belakang.

Raegan meletakkan dagunya di bahu Kaldera, lalu pria itu berucap pelan, “Hai, wife.”

Kaldera lantas terkekeh pelan, lalu satu tangannya tergerak untuk mengusap lengan Raegan yang melingkar di bahunya. Beberapa detik setelah mereka bertahan di posisi itu, Kaldera perlahan membalikkan tubuhnya, hingga membuat pelukan mereka terurai.

“Kamu udah ngantuk belum Mas?” tanya Kaldera.

“Lumayan. Kenapa?”

“Sebelum kita tidur, aku mau ngobrol berdua sama kamu. A kind of pillow talk, or … maybe a deep talk?”

Sure. We can do that,” Raegan mengiyakan dengan sebuah senyum kecil yang terpatri di wajahnya. Raegan menatap Kaldera penuh afeksi, lalu satu tangannya terangkat untuk menyelipkan helai rambut Kaldera ke belakang telinga.

Beberapa detik kemudian, di sinilah Raegan dan Kaldera sekarang. Di kasur king size yang empuk, di bawah satu bed cover berdua, keduanya saling menatap dan berbaring dengan posisi menyamping. Kaldera meletakkan kedua tangannya di bawah kepala, ia akan mendengarkan Raegan menceritakan sesuatu padanya.

Raegan akan bercerita tentang kisah hidupnya yang belum Kaldera ketahui. Seperti yang Raegan pernah katakan, ia bersedia Kaldera mengetahui segala tentangnya. Satu persatu cerita akan Raegan ceritakan kepada Kaldera, karena hanya pada perempuan di hadapannya ini, Raegan akan dengan sukarela membagikannya.

Raegan memulai ceritanya dari sejak kedua orang tuanya bercerai. Sambil menatap Kaldera, Raegan pun lantas berujar, “Setelah papa dan mama bercerai, aku coba untuk menata ulang kehidupanku, karena aku adalah tulang punggung bagi mama dan juga Zio.”

Dulu Raegan berpikir bahwa ia tidak akan memiliki masa depan yang baik seperti yang kebanyakan orang impikan. Raegan adalah pria dengan pekerjaan berbahaya, yang entah sampai kapan ia dapat lepas dari pekerjaan itu. Raegan akhirnya mencoba lepas dari pekerjaan itu dan memulai bisnis yang awalnya adalah milik papanya. Raegan pun memisahkan harta kekayaannya antara bisnis legal batu bara dengan bisnis ilegal geng mafianya. Raegan melakukannya karena ia ingin menggunakan uang yang bersih untuk donasi ke panti asuhan. Raegan ingin memberikan uang hasil kerja kerasnya sendiri untuk anak-anak panti, bukan uang ilegal dari bisnis yang dilakukan oleh gengnya.

Raegan pun mengakhiri ceritanya. Raegan mendapati Kaldera menatapnya dengan tatapan penuh arti. “Mas,” ujar Kaldera.

“Hmm?”

“Selama ini kamu udah melewati banyak hal yang nggak mudah, tapi kamu tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik,” Kaldera menjeda ucapannya, ia mengulaskan senyum terharunya. Raegan pernah melakukan pekerjaan yang salah, tapi keinginannya untuk berubah dan meninggalkan pekerjaan itu, adalah sesuatu yang sangat Kaldera hargai. Setiap orang memiliki masa lalu dan berhak untuk memiliki masa depan. Di kedua pundak Raegan, ada tanggung jawab besar dan Raegan telah berhasil menjalankan tugas tersebut.

I’m really proud of you, Mas,” Kaldera berucap dengan suaranya yang terdengar sedikit bergetar. “Waktu kamu ajak aku ke panti asuhan, di sana akhirnya aku tau, aku telah mencintai pria yang berhati besar, mulia, dan sangat penyayang.”

Kaldera mengatakan pada Raegan, tentang cara Kaldera memandang Raegan. Selama ini orang yang terlihat kuat, belum tentu tidak pernah merasakan rapuh, Kaldera pun belajar itu dari sosok Raegan. Raegan hanya pintar menyembunyikan rasa sakitnya, sampai pada saat Kaldera memasuki hidupnya, pria itu tidak bisa lagi menutupi rasa sakit tersebut. Raegan dapat terbuka dan mengatakan semuanya kepada Kaldera.

Kaldera pun mengakhiri ucapannya. Saat jemari Raegan bergerak mengusap pipi Kaldera, Kaldera tersenyum dan mengarahkan tangannya untuk berada di atas tangan Raegan yang masih mengusap wajahnya.

Raegan kemudian menyunggingkan senyumnya, hingga menampakkan dua buah lesung pipi yang begitu menggemaskan bagi Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan.

“Iya Mas?”

“Terima kasih ya karena kamu udah memilih aku, kamu menerima aku dengan semua kelebihan dan kekurangan yang aku punya,” ucap Raegan. Kaldera dengan seksama mendengarkan penuturan Raegan. “Terima kasih Kal karena sudah mencintai aku,” Raegan mengakhiri ucapannya dengan kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca.

Tanpa Raegan dapat menahannya lagi, sebuah air mata lolos dari pelupuk matanya. Kaldera yang mendapati derai itu, segera mengarahkan jemarinya untuk menyeka air mata Raegan. Perlahan-lahan tapi pasti, dengan keinginan kuat dari dalam dirinya, Kaldera memajukan tubuhnya untuk kemudian mengecup lembut sisi wajah Raegan. Di tempat di mana tadi air mata Raegan mengalir, Kaldera memberikan ciumannya, berharap itu dapat menghapus sedih di hati prianya.

Detik berikutnya usai kecupan itu, Kaldera menjauhkan sedikit wajahnya. Kini ada jarak satu jengkal antara wajah Kaldera dan wajah Raegan. Kaldera lantas meletakkan satu lengannya di pundak Raegan, dan melalui sebuah tatapan, mereka memberi sinyal bahwa mereka saling menginginkan satu sama lain.

Kaldera membiarkan Raegan mendekat padanya lebih dulu, untuk kemudian Raegan mengecup halus belah bibirnya. Saat bibir Raegan mulai mencumbu bibirnya, Kaldera lantas membalas pergerakan itu. Sensasi ciuman kali ini terasa sedikit berbeda, seperti ada sebuah rasa yang begitu besar yang ingin Raegan salurkan kepada Kaldera.

“Mas …” Kaldera berucap lemah saat bibir keduanya sedikit menjauh.

“Iya, Sayang?” Raegan mempertemukan netranya dengan netra Kaldera. Kaldera tidak menjawab pertanyaan Raegan, tapi perempuan itu justru kembali mengecup bibir Raegan. Kaldera memulainya, membuat Raegan menyunggingkan senyuman di tengah-tengah pagutan halus mereka.

Ciuman itu terjadi dengan durasi yang cukup singkat, tapi sukses membuat kedua belah pipi Kaldera merona.

Raegan memperhatikan paras Kaldera sembari berujar, “Kal, I love you, forever and always,” ucapnya. Raegan kemudian mendekap torso Kaldera dengan lembut. Selama beberapa detik, tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Saat Raegan perlahan akhirnya mengurai pelukannya, pria itu menghujani bahu Kaldera dengan kecupan-kecupan kecil.

Kaldera menatap Raegan dengan tatapan lembutnya, lalu perempuan ituitu berujar, “Mas, terima kasih karena kamu udah berjuang dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kamu udah berjuang untuk kita, untuk keluarga kamu, dan untuk orang-orang kamu sayang. I love you, Mas. You know, you’re the only person that has ever made me feel like this. I want to live forever with you, kissing you before we go to bed.”

Malam ini Kaldera ingin terpejam di dalam dekapan Raegan. Kaldera ingin tertidur di dalam dekapan hangat pria yang telah mencuri hatinya dan kemudian memiliki seluruh hatinya. Di setiap ruang di dalam hati Kaldera, hanya ada nama Raegan yang mengisinya.

Saat Kaldera sudah setengah terpejam, Kaldera merasakan sesuatu yang lembab dan kenyal menyapa permukaan kulit keningnya. Raegan memberikannya kecupan lembut, kecupan di dahi pertanda kasih sayang yang begitu besar.

Dari awal pertemuan mereka, Raegan telah lebih dulu menyayangi Kaldera. Perasaan Raegan yang begitu tulus terhadap Kaldera, akhirnya membawa Kaldera untuk dapat merasakan perasaan itu juga. Kaldera yang merasa begitu disayangi oleh Raegan pun akhirnya bersedia memberikan seluruh dirinya untuk pria itu, memberinya cinta, dan sisa hidupnya untuk dihabiskan bersama Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

6 bulan kemudian.

Sebuah tanggal yang cantik telah dipilih oleh Raegan dan Kaldera untuk melaksanakan pernikahan mereka. 26 Juni 2026. Pukul 10 pagi, diadakan pemberkatan pernikahan di sebuah gereja. Jumlah tamu yang hadir dan menyaksikan acara sakral tersebut tidak terlalu banyak. Raegan dan Kaldera memang ingin acara pernikahan mereka dilaksanakan secara lebih intimate, dengan tujuan agar mereka bisa menikmati momen ini dengan lebih khidmat.

Di hari yang sama di pukul 4 sore, diadakan sebuah acara resepsi. Acara tersebut mengusung tema semi-outdoor party. Venue yang Regan dan Kaldera pilih, dikelilingi oleh taman hijau berumput pendek yang luas. Semua yang ada di tempat resepsi itu, dari dekorasi, tema pernikahan, hingga setiap detail yang ada di sana, telah sesuai dengan keinginan Raegan dan Kaldera. Semuanya terasa sempurna, Raegan dan Kaldera sangat bahagia karena bisa mewujudkan hari yang telah telah lama mereka nantikan itu.

Setelah acara resepsi, Raegan dan Kaldera berniat untuk langsung menempati rumah mereka. Bahkan Raegan menyetir mobilnya sendiri, menolak saran dari papanya untuk menggunakan supir. Sebenarnya memang Regan merasa tubuhnya cukup lelah setelah menjalani seharian acara, tapi perasaan bahagia lebih mendominasinya. Raegan hanya ingin berdua dengan Kaldera, tanpa adanya orang lain di sekitar mereka.

Cklek!

Suara pintu rumah yang baru saja dibuka, kekehan pelan Raegan dan Kaldera, menyambut awal baru yang akan mereka mulai di rumah ini. Raegan menyalakan lampu ruang keluarga di rumah itu, hingga sekarang Kaldera jadi bisa melihat sesuatu yang telah Regan persiapkan untuknya. Tepat di hadapan Kaldera, di dinding ruangan itu, terdapat sebuah foto pre-wedding mereka yang dicetak dan dibingkai dengan frame yang lumayan besar.

Foto Prewed Reagan dan Kaldera

“Gimana fotonya? Kamu suka?” tanya Raegan sambil menatap Kaldera dari samping.

Kaldera pun menoleh ke arah Raegan, ia menyunggingkan senyum cantiknya untuk Raegan. “Aku suka. Bagus banget fotonya Mas. Makasih ya.”

“Sama-sama,” balas Raegan seraya ikut menyunggingkan senyumnya.

“Mas,” ucap Kaldera lagi. Mereka masih di sana, menatap satu sama lain dengan tatapan penuh bahagia.

“Iya Kal?”

“Malam ini kita …” ucapan Kaldera tiba-tiba terhenti begitu saja. Raegan menunggu Kaldera melanjutkan kalimatnya, pria itu pun maju selangkah dan kini tengah menatap Kaldera lekat-lekat.

“Kita langsung tidur, kan?” tanya Kaldera dengan suara pelannya.

Raegan terdiam sesaat. Namun detik berikutnya, pria itu pun menganggukkan kepala. “Iya, kita langsung tidur aja,” ucap Raegan.

“Oke. Kamu mandi duluan, biar aku siapin baju tidur untuk kamu,” ujar Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan menahan langkah Kaldera. Kaldera pun menoleh, ia mendapati Raegan tersenyum lembut padanya. Raegan lalu menyusul langkah Kaldera, memangkas jaraknya dengan istrinya, hingga kini Kaldera dapat merasakan hembusan napas hangat Raegan yang menyapa permukaan kulit wajahnya.

“Kita nggak perlu buru-buru, Sayang. Kita punya banyak waktu,” ucap Raegan pelan di dekat Kaldera. Sebelum Raegan melenggang pergi menuju kamar mandi, pria itu menyematkan sebuah kecupan manis di pipi Kaldera.

Sepeninggalan Raegan dari sana, Kaldera menghembuskan napas panjangnya. Kedua sendi lutut Kaldera seketika terasa lemas. Kaldera dan Raegan telah menghabiskan banyak waktu berdua, tapi malam ini terasa begitu berbeda. Terlebih bagi Kaldera, ia merasa gugup bukan main. Apakah ia lebih gugup dari pada Raegan? Kaldera tidak tahu pasti, tapi sejauh yang terjadi, Raeganlah yang sangat ahli dalam hal membuatnya gugup.

***

Kaldera baru saja selesai mandi. Kaldera duduk di hadapan cermin rias di kamar itu, kamar yang saat ini telah resmi menjadi kamarnya dan Raegan. Kaldera mengaplikasikan skincare di wajahnya, setelah itu ia berlanjut mengggunakan body lotion di kedua lengan dan kakinya.

Kaldera otomatis menoleh ketika menyadari seseorang tengah memasuki kamar. Kaldera pun mendapati Raegan di sana. Rambut pendek Raegan nampak masih setengah kering. Raegan baru saja kembali dari walk in closet, pria itu kini nampak lebih segar dan juga tampan dengan piyama biru dongkernya. Pakaian tidur itu adalah stelan yang disiapkan Kaldera untuk Raegan, untuk yang pertama kalinya.

Kaldera masih duduk di kursi di hadapan cermin rias, sampai akhrinya Raegan berjalan menghampirinya. Dari cermin di hadapannya, Kaldera dapat melihat pantulan Raegan yang sedikit membungkukkan tubuhnya, untuk kemudian merengkuh torso Kaldera dari belakang.

Raegan meletakkan dagunya di bahu Kaldera, lalu pria itu berucap pelan, “Hai, wife.”

Kaldera lantas terkekeh pelan, lalu satu tangannya tergerak untuk mengusap lengan Raegan yang melingkar di bahunya. Beberapa detik setelah mereka bertahan di posisi itu, Kaldera perlahan membalikkan tubuhnya, hingga membuat pelukan mereka terurai.

“Kamu udah ngantuk belum Mas?” tanya Kaldera.

“Lumayan. Kenapa?”

“Sebelum kita tidur, aku mau ngobrol berdua sama kamu. A kind of pillow talk, or … maybe a deep talk?”

Sure. We can do that,” Raegan mengiyakan dengan sebuah senyum kecil yang terpatri di wajahnya. Raegan menatap Kaldera penuh afeksi, lalu satu tangannya terangkat untuk menyelipkan helai rambut Kaldera ke belakang telinga.

Beberapa detik kemudian, di sinilah Raegan dan Kaldera sekarang. Di kasur king size yang empuk, di bawah satu bed cover berdua, keduanya saling menatap dan berbaring dengan posisi menyamping. Kaldera meletakkan kedua tangannya di bawah kepala, ia akan mendengarkan Raegan menceritakan sesuatu padanya.

Raegan akan bercerita tentang kisah hidupnya yang belum Kaldera ketahui. Seperti yang Raegan pernah katakan, ia bersedia Kaldera mengetahui segala tentangnya. Satu persatu cerita akan Raegan ceritakan kepada Kaldera, karena hanya pada perempuan di hadapannya ini, Raegan akan dengan sukarela membagikannya.

Raegan memulai ceritanya dari sejak kedua orang tuanya bercerai. Sambil menatap Kaldera, Raegan pun lantas berujar, “Setelah papa dan mama bercerai, aku coba untuk menata ulang kehidupanku, karena aku adalah tulang punggung bagi mama dan juga Zio.”

Dulu Raegan berpikir bahwa ia tidak akan memiliki masa depan yang baik seperti yang kebanyakan orang impikan. Raegan adalah pria dengan pekerjaan berbahaya, yang entah sampai kapan ia dapat lepas dari pekerjaan itu. Raegan akhirnya mencoba lepas dari pekerjaan itu dan memulai bisnis yang awalnya adalah milik papanya. Raegan pun memisahkan harta kekayaannya antara bisnis legal batu bara dengan bisnis ilegal geng mafianya. Raegan melakukannya karena ia ingin menggunakan uang yang bersih untuk donasi ke panti asuhan. Raegan ingin memberikan uang hasil kerja kerasnya sendiri untuk anak-anak panti, bukan uang ilegal dari bisnis yang dilakukan oleh gengnya.

Raegan pun mengakhiri ceritanya. Raegan mendapati Kaldera menatapnya dengan tatapan penuh arti. “Mas,” ujar Kaldera.

“Hmm?”

“Selama ini kamu udah melewati banyak hal yang nggak mudah, tapi kamu tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik,” Kaldera menjeda ucapannya, ia mengulaskan senyum terharunya. Raegan pernah melakukan pekerjaan yang salah, tapi keinginannya untuk berubah dan meninggalkan pekerjaan itu, adalah sesuatu yang sangat Kaldera hargai. Setiap orang memiliki masa lalu dan berhak untuk memiliki masa depan. Di kedua pundak Raegan, ada tanggung jawab besar dan Raegan telah berhasil menjalankan tugas tersebut.

I’m really proud of you, Mas,” Kaldera berucap dengan suaranya yang terdengar sedikit bergetar. “Waktu kamu ajak aku ke panti asuhan, di sana akhirnya aku tau, aku telah mencintai pria yang berhati besar, mulia, dan sangat penyayang.”

Kaldera mengatakan pada Raegan, tentang cara Kaldera memandang Raegan. Selama ini orang yang terlihat kuat, belum tentu tidak pernah merasakan rapuh, Kaldera pun belajar itu dari sosok Raegan. Raegan hanya pintar menyembunyikan rasa sakitnya, sampai pada saat Kaldera memasuki hidupnya, pria itu tidak bisa lagi menutupi rasa sakit tersebut. Raegan dapat terbuka dan mengatakan semuanya kepada Kaldera.

Kaldera pun mengakhiri ucapannya. Saat jemari Raegan bergerak mengusap pipi Kaldera, Kaldera tersenyum dan mengarahkan tangannya untuk berada di atas tangan Raegan yang masih mengusap wajahnya.

Raegan kemudian menyunggingkan senyumnya, hingga menampakkan dua buah lesung pipi yang begitu menggemaskan bagi Kaldera.

“Kal,” ucap Raegan.

“Iya Mas?”

“Terima kasih ya karena kamu udah memilih aku, kamu menerima aku dengan semua kelebihan dan kekurangan yang aku punya,” ucap Raegan. Kaldera dengan seksama mendengarkan penuturan Raegan. “Terima kasih Kal karena sudah mencintai aku,” Raegan mengakhiri ucapannya dengan kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca.

Tanpa Raegan dapat menahannya lagi, sebuah air mata lolos dari pelupuk matanya. Kaldera yang mendapati derai itu, segera mengarahkan jemarinya untuk menyeka air mata Raegan. Perlahan-lahan tapi pasti, dengan keinginan kuat dari dalam dirinya, Kaldera memajukan tubuhnya untuk kemudian mengecup lembut sisi wajah Raegan. Di tempat di mana tadi air mata Raegan mengalir, Kaldera memberikan ciumannya, berharap itu dapat menghapus sedih di hati prianya.

Detik berikutnya usai kecupan itu, Kaldera menjauhkan sedikit wajahnya. Kini ada jarak satu jengkal antara wajah Kaldera dan wajah Raegan. Kaldera lantas meletakkan satu lengannya di pundak Raegan, dan melalui sebuah tatapan, mereka memberi sinyal bahwa mereka saling menginginkan satu sama lain.

Kaldera membiarkan Raegan mendekat padanya lebih dulu, untuk kemudian Raegan mengecup halus belah bibirnya. Saat bibir Raegan mulai mencumbu bibirnya, Kaldera lantas membalas pergerakan itu. Sensasi ciuman kali ini terasa sedikit berbeda, seperti ada sebuah rasa yang begitu besar yang ingin Raegan salurkan kepada Kaldera.

“Mas …” Kaldera berucap lemah saat bibir keduanya sedikit menjauh.

“Iya, Sayang?” Raegan mempertemukan netranya dengan netra Kaldera. Kaldera tidak menjawab pertanyaan Raegan, tapi perempuan itu justru kembali mengecup bibir Raegan. Kaldera memulainya, membuat Raegan menyunggingkan senyuman di tengah-tengah pagutan halus mereka.

Ciuman itu terjadi dengan durasi yang cukup singkat, tapi sukses membuat kedua belah pipi Kaldera merona.

Raegan memperhatikan paras Kaldera sembari berujar, “Kal, I love you, forever and always,” ucapnya. Raegan kemudian mendekap torso Kaldera dengan lembut. Selama beberapa detik, tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Saat Raegan perlahan akhirnya mengurai pelukannya, pria itu menghujani bahu Kaldera dengan kecupan-kecupan kecil.

Kaldera menatap Raegan dengan tatapan lembutnya, lalu perempuan ituitu berujar, “Mas, terima kasih karena kamu udah berjuang dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Kamu udah berjuang untuk kita, untuk keluarga kamu, dan untuk orang-orang kamu sayang. I love you, Mas. You know, you’re the only person that has ever made me feel like this. I want to live forever with you, kissing you before we go to bed.”

Malam ini Kaldera ingin terpejam di dalam dekapan Raegan. Kaldera ingin tertidur di dalam dekapan hangat pria yang telah mencuri hatinya dan kemudian memiliki seluruh hatinya. Di setiap ruang di dalam hati Kaldera, hanya ada nama Raegan yang mengisinya.

Saat Kaldera sudah setengah terpejam, Kaldera merasakan sesuatu yang lembab dan kenyal menyapa permukaan kulit keningnya. Raegan memberikannya kecupan lembut, kecupan di dahi pertanda kasih sayang yang begitu besar.

Dari awal pertemuan mereka, Raegan telah lebih dulu menyayangi Kaldera. Perasaan Raegan yang begitu tulus terhadap Kaldera, akhirnya membawa Kaldera untuk dapat merasakan perasaan itu juga. Kaldera yang merasa begitu disayangi oleh Raegan pun akhirnya bersedia memberikan seluruh dirinya untuk pria itu, memberinya cinta, dan sisa hidupnya untuk dihabiskan bersama Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Tempat Acara Lepas Bujang

Malam ini di balkon rumah di lantai 2, diadakan sebuah acara yang bisa dibilang cukup private. Mengapa demikian? Acara ini memang diadakan untuk Raegan, jadi pria itu dapat dengan bebas menentukan apa yang ia inginkan, termasuk siapa-siapa yang akan hadir di acaranya.

Acara Lepas Bujang. Begitu kira-kira disebutnya. Acara ini bisa dibilang sebagai pesta terakhir bagi calon pengantin sebelum menikah. Biasanya teman dekat dari sang pengantin akan mengadakan pesta ini untuk calon pengantin sebagai kejutan, jadi sang pengantin tidak mengetahuinya. Namun berbeda dengan yang dilakukan Raegan, ia ingin semua atribut untuk keberlangsungan acara malam ini diurus juga olehnya. Jadi tidak ada kejutan atau apa pun itu yang tidak diketahui Raegan.

Raegan hanya mengundang beberapa orang-orang terdekatnya untuk hadir. Romeo, Barra, Calvin, serta beberapa anggota Aquiver seperti Alaric, Gifari, Dean, dan Vero. Ada suatu hal juga yang malam ini akan Raegan lakukan. Pria itu akan menyerahkan jabatannya sebagai ketua kepada Alaric, karena Raegan telah resmi bukan lagi menjadi anggota geng Aquiver.

Setelah acara utama yakni makan malam bersama, kini para pria itu tengah berada di balkon, mereka duduk-duduk di kursi yang ada di sana. Mereka sedang berbincang ringan sembari menatap langit malam yang diterangi oleh beberapa bintang di atas sana.

Ketika suasana hening menghampiri mereka, tatapan Romeo dan Barra yang bertemu, dan Raegan menyadari maksud tatapan itu, Raegan pun seketika menggeleng. “No, no. Kalian jangan pikir bisa ceburin gue ke kolam,” ujar Raegan dengan cepat.

Romeo pun tergelak dan segera disusul oleh yang lainnya. “Yah, nggak seru dong. Nggak ada yang spesial dari acara ini,” ujarnya.

“Kalian kalau mau berenang, silakan. Gue nggak ikutan,” ujar Raegan lagi.

“Gini aja, lo harus pilih. Lo yang nyebur sendiri atau kita berenang bareng-bareng?” cetus Calvin. Tanpa disangka, yang lainnya langsung setuju dengan ide Calvin yang menurut Raegan sangat gila. Pasalnya ini sudah hampir jam 10 dan udaranya cukup dingin.

“Ayo lah, Bro. Itung-itung sebagai salam perpisahan kita gitu,” ujar Calvin dengan tampang sok dibuat sedih.

Raegan seketika tertegun. Ia pun langsung teringat hal itu. Mereka akan berpisah, bukan karena Raegan telah hengkang dari Aquiver, tapi benar-benar terpisah oleh jarak yang cukup jauh. Ada keputusan besar yang telah dibuat oleh Romeo, Barra, dan Calvin. Beberapa hari yang lalu, Raegan sempat ragu bahwa sahabat-sahabatnya sungguhan mewujudkan keputusan itu. Namun rupanya hari ini mereka benar-benar mewujudkannya.

Romeo bangkit dari posisi duduknya, satu tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Detik berikutnya, Romeo menatap satu persatu teman-temannya itu. “Oh iya, kita belum sempat ngasih tau Kaldera soal ini. Kayaknya kita harus pamitan juga sama dia,” ujar Romeo.

Raegan pun mengangguk setuju. Akhirnya Raegan memutuskan untuk memanggil Kaldera. Sahabat-sahabatnya akan berpamitan, bukan untuk pulang ke markas mereka, tapi untuk pergi ke suatu tempat yang cukup jauh.

***

Kaldera segera membuka pintu kamarnya begitu terdengar bunyi ketukan dari luar. Tepat saat Kaldera membuka pintunya, ia menemukan Raegan di sana. Raegan menorehkan senyum segarisnya, tapi Kaldera seperti melihat sesuatu lain dari pancaran mata Raegan. Kedua netra Raegan nampak sedikit sendu dan seperti ada kesedihan di sana.

“Kal, ada yang mau diomongin Romeo, Barra, dan Calvin sama kamu,” ujar Raegan.

Kaldera nampak bingung, tapi ia menurut saja dan akhirnya mengikuti langkah Raegan menuju balkon. Begitu sampai di balkon, Kaldera mendapati ekspresi teman-teman Raegan tampak berbeda. Beberapa jam lalu mereka terlihat bergembira, tapi saat ini suasananya menjadi serius dan sedikit hening.

“Kal, ada yang mau kita sampaikan ke kamu,” ucap Barra memulai pembicaraan.

Kaldera pun mengangguk sekilas, ia menunggu mereka menyampaikan sesuatu itu padanya.

Barra berdeham sekali, lalu berikutnya pria itu berujar. “Gue, Romeo, sama Calvin nggak lama lagi akan pergi ke luar negeri. Kita akan di sana untuk waktu yang cukup lama.”

Mendengar penuturan itu, Kaldera nampak sedikit terkejut, tapi ia akan mendengarkan Barra mengatakannya sampai selesai. Jadi Kaldera tidak ingin berasumsi terlebih dulu.

“Setelah menghadiri pernikahan lo dan Raegan nanti, kita akan berangkat. Ada pekerjaan yang harus kita lakukan di sana,” ujar Barra lagi.

“Kal, tapi lo tahu? Pekerjaan yang akan kita lakukan bukan sebagai seorang mafia,” celetuk Calvin.

“Maksudnya?” tanya Kaldera dengan kedua alisnya yang bertaut. Kaldera menatap Calvin, Barra, dan Romeo secara bergantian. Terakhir Kaldera menatap Raegan dan meminta penjelasan dari semua yang baru saja didengarnya.

“Mereka akan coba pelan-pelan untuk lepas dari pekerjaan itu dan memulia bisnis baru yang ilegal,” ucap Raegan akhirnya.

Kaldera yang mendengar itu seketika merasa begitu lega. Kaldera terharu dan bangga sekali saat tahu bahwa The Ninety Seven berusaha untuk lepas dari pekerjaan sebagai mafia. Romeo, Barra, dan Calvin akan memulai bisnis legal bersama, tidak akan menggunakan uang hasil bisnis ilegal geng mereka untuk memulai bisnis tersebut. Kaldera senang, tapi ia sedikit sedih juga. Ini memang bukan akhir, tapi tetap saja perpisahan akan selalu menyedihkan bagi setiap orang yang pernah dekat. Apalagi Kaldera sudah menganggap mereka seperti kakak-kakaknya sendiri.

“Kal, jadi lo cuma anggap kita sebagai kakak lo?” cetus Romeo tiba-tiba. Kaldera pun menoleh pada Romeo dan mengangguk sambil tertawa pelan.

Romeo lantas memasang tampang sok sedihnya. Romeo mengatakan bahwa pria itu berharap Kaldera menganggapnya lebih dari seorang kakak. Kaldera akhirnya mengatakan, jika seseorang boleh punya dua kekasih di dalam hidupnya, Kaldera akan menganggap Romeo lebih dari seorang kakak. Romeo tampan dan baik, jadi sepertinya Romeo memag mduah membuat banyak gadis jatuh cinta padanya.

Raegan pun seketika terkesiap. Raegan terlihat cemburu, padahal Kaldera hanya bergurau. Kenyataannya seseorang memang cuma boleh punya 1 pasangan, itulah yang dinamakan sebuah komitmen. Lagipula hatinya cuma satu dan sudah dipenuhi oleh Raegan.

Setelah perbincangan itu, tidak lama kemudian sahabat-sahabat Raegan berpamitan. Raegan dan Kaldera mengantar mereka sampai ke teras rumah. Satu persatu mereka memberikan ucapan selamat pada Raegan dan Kaldera, sebelum benar-benar pergi dari sana.

Calvin yang paling terakhir menjabat tangan Raegan, menggoda sahabatnya itu dengan menyeletuk bahwa Raegan terlihat begitu bahagia. “Alaric, Gifari, liat nih mantan bos kalian happy banget mentang-mentang mau nikah. Dapet daun muda lagi,” seru Calvin diiringi tawa jenakanya.

Kaldera yang melihat kejadian itu di depan matanya mau tidak mau ikut tertawa. Pasalnya Raegan terlihat tidak dapat menyembunyikan rona merah di wajahnya bahkan sampai ke kedua telinganya.

“Makasih Bro, lo sudah menginspirasi gue,” ucap Calvin sebelum naik ke mobil. Romeo dan Barra sudah menunggunya di mobil, tapi Calvin masih belum berniat hengkang dari sana. Romeo membunyikan klakson mobilnya sekali, memerintahkan Calvin untuk segera masuk ke mobil.

“Menginspirasi apa maksud lo?” tanya Raegan kepada Calvin.

“Menginspirasi gue untuk mencari daun muda,” ujar Calvin dengan nada jahilnya. Setelah itu Calvin benar-benar mengacir ke dalam mobil. Satu kali lagi Romeo membunyikan klaksonnya dan kaca jendela pun di tutup. Mobil Romeo lekas berlalu dan disusul oleh 1 mobil di belakangnya yang berisi anggota Aquiver yang lainnya.

Sepeninggalan dua mobil itu, Raegan mengatakan sesuatu pada Kaldera. Raegan menatap Kaldera lekat-lekat, sepertinya dari tatapan itu ada begitu banyak yang ingin pria itu sampaikan dan terasa begitu sulit untuk terungkapkan.

“Kal, ada yang mau aku omongin sama kamu. Aku akan jujur sama kamu tentang sesuatu,” ujar Raegan.

***

Jam dinding di ruang tamu menunjukkan bahwa saat ini sudah pukul 11 malam. Di rumah itu suasananya sudah sepi dan hening. Papa dan mama mereka telah tertidur di kamar. Di ruang keluarga rumah itu, Raegan akan mengungkapkan sesuatu pada Kaldera. Raegan mengatakan bahwa ia akan jujur dan terbuka, ia tidak ingin ada rahasia di antara mereka.

“Kal, selama satu tahun belakangan ini, aku, Romeo, Barra, dan Calvin, menyelidiki orang yang kita curigai adalah dalang dari semua rencana Abbas dan Leonel,” ucap Raegan. Raegan dan Kaldera saling menatap, dan usai Raegan mengucapkannya, Raeagn mendapati tatapan Kaldera yang sulit ia artikan.

“Bukan Abbas Pasha dalang utamanya, tapi ada orang lain. Orang itu punya jabatan yang lebih tinggi dari Abbas. Tapi kabar baiknya, kita udah menemukan bukti-bukti kejahatan orang itu. Kemarin aku udah sampaikan ini ke papa, dan papa setuju untuk mengusut kasusnya lebih lanjut. Papa sebagai ketua MK punya wewenang untuk memberi orang itu hukuman,” terang Raegan.

Kaldera belum memberi tanggapan apa pun. Tatapan bingung perempuan yang dicintai Raegan itu, seketika mampu membuat Raegan merasa bersalah. Raegan telah menyembunyikan ini dari Kaldera, selama satu tahun lamanya, dan itu bukanlah waktu yang sebentar.

“Kal, aku minta maaf. Aku baru bisa ngasih tau kamu sekarang,” Raegan kehilangan kata-katanya untuk melanjutkan kalimatnya. Tatapan Raegan dan Kaldera saling mengunci, Raegan melihat ada kekecewaan di kedua mata Kaldera.

“Maaf, aku masih buat kamu kecewa dan marah,” ucap Raegan lagi. Raegan sempat khawatir bahwa Kaldera akan marah padanya, tapi rupanya tidak. Kaldera yang Raegan lihat saat ini di hadapannya adalah Kaldera yang menatapnya dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang. Berikutnya Kaldera memangkas jaraknya dengan Raegan, lalu dengan perlahan Kaldera membawa Raegan ke pelukannya.

Masih sambil mendekap tubuh Raegan, Kaldera pun berujar, “Mas, aku emang kecewa. Tapi itu nggak mengubah rasa sayang aku ke kamu. Kamu pasti punya alasan yang kuat kenapa kamu baru kasih tau ke aku sekarang. Satu tahun kita bareng, aku bener-bener bahagia. Aku tau kamu selalu berusaha untuk bikin aku bahagia. Makasih ya Mas,” tutur Kaldera panjang lebar. Dari nada suaranya, setip kata yang Kaldera ucapkan terasa begitu tulus.

Tanpa Raegan mengatakannya, Kaldera tahu alasan Raegan memilih tidak memberitahunya. Raegan selalu ingin membahagiakan Kaldera, memprioritaskannya, dan memastikan Kaldera menjalani harinya dengan senyuman. Raegan rela mengemban beban itu sendiri, karena ia hanya ingin menjalani hubungannya bersama Kaldera, dan ingin hanya ada kebahagiaan di masa-masa yang mereka jalani.

Perlahan-lahan Kaldera mengurai pelukannya dari torso Raegan. Kaldera mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut sisi wajah Raegan, netranya yang tidak luput menatap Raegan dengan tatapan penuh cinta. “Mas, apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di samping kamu,” ucap Kaldera dengan suara lembutnya. Suara yang selalu mampu menenangkan Raegan, di saat hatinya terasa kalut.

Kaldera tidak pernah berpikir untuk lari dari Raegan, karena ia telah mencintai Raegan seutuhnya. Kaldera akan selalu mendukung yang Raegan lakukan, karena ia tahu Raegan sudah memilih jalan yang tepat. Raegan melakukannya bukan semata karena rasa dendamnya terhadap Leonel, tapi Raegan melakukannya karena ingin melindungi orang-orang yang pria itu cintai. Situasinya memang sulit. Namun sesulit apa pun kondisi itu, seorang kekasih sejati akan rela melaluinya bersama.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Sebuah Mercedez Benz hitam terlihat tengah memasuki pelataran markas The Ninety Seven. Raegan belum sempurna memarkirkan mobilnya itu, tapi pintu di sampingnya telah dibukakan oleh seseorang. Di sana nampak dua orang anggota Aquiver yang lantas memberikan jalan untuknya.

“Tolong parkirkan mobil saya ya,” ucap Raegan pada mereka.

“Baik, Bos.” Setelah ucapan itu, Raegan segera melangkahkan kakinya untuk berlalu. Meski Raegan, Romeo, Barra, dan Calvin tidak lagi melakukan pekerjaan itu, nama The Ninety Seven akan selamanya ada dan selalu dikenang. Raegan memang telah berjanji pada Kaldera untuk tidak kembali pada pekerjaan berbahayanya, tapi ada satu hal yang masih perlu The Ninety Seven lakukan.

Langkah Raegan akhirnya membawanya sampai di lantai 2. Ketika ia membuka pintu ruangan itu, di sana sudah ada Romeo, Barra, dan Calvin. Nampak Romeo tengah duduk di sofa dengan satu kaki terangkat, pria itu tengah menghisap sebatang rokok di tangannya.

Hello, Bro,” sambut Calvin begitu Raegan berjalan menghampiri mereka.

It’s been a long time, kita nggak kumpul-kumpul untuk bahas suatu misi,” ucap Barra sambil menatap lurus ke arah Raegan.

Raegan kemudian hanya menampilkan senyum segarisnya. Sudah satu tahun berlalu, mereka memang tidak menjalani pekerjaan sebagai mafia lagi dan bertemu untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Lebih tepatnya, hanya Raegan yang benar-benar meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang mafia. Sementara Romeo, Barra, dan Calvin masih bergelut di dunia yang sama. Meski teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing, mereka tetap ingin membantu Raegan mencari tahu soal orang yang berada di balik Abbas dan Leonel.

Romeo menawarkan satu batang rokok pada Raegan, tapi pria itu langsung menolaknya.

“Tumben,” ucap Romeo dengan tatapan herannya.

“Gue nggak bisa lama-lama untuk meeting kita hari ini,” ujar Raegan kemudian.

“Ohiya? Lo ada urusan di hari Minggu begini?” tanya Calvin.

Raegan berjalan ke arah salah satu kursi kosong yang ada di sana, lalu ia menduduki kursi itu. “Iya, habis ini gue mau panti asuhan sama Kaldera,” jawab Raegan.

Ketiga pria di hadapan Raegan itu lantas semakin bingung dibuatnya. Akhirnya Raegan menjelaskan pada mereka tujuannya mengajak Kaldera ke panti. Raegan ingin mengenalkan pada Kaldera orang-orang dan tempat yang selama ini sangat berarti baginya.

Alright, alright,” ujar Romeo yang lantas mematikan rokoknya dan membungkusnya dengan sebuah tisu, padahal rokok itu masih tersisa setengah. Melihat tampilan Raegan yang sudah rapi dan pria itu berniat pergi dengan kekasihnya, Romeo pun tidak ingin merusak kencan sahabatnya, hanya karena asap dari rokok yang kalau sudah menempel akan susah hilang.

“Oke, kita langsung bahas aja kalau gitu. Kita udah nemuin biodata tentang Olivia, perempuan yang punya hubungan gelap sama presiden,” ujar Barra. Pria jangkung itu lantas berjalan menuju meja yang terletak di pojok ruangan. Barra mengambil sebuah map coklat dari salah satu laci meja itu.

Barra kembali ke hadapan ketiga sahabatnya dan meletakkan map coklat di tangannya ke atas meja di hadapan ketiga sahabatnya. Barra kemudian berujar, “Map ini isinya biodata tentang Olivia Timothy. Kurang lebih 30 tahun lalu, Olivia meninggal dan diduga bunuh diri dengan mengkonsumsi obat anti depresan. Tapi ada yang janggal dari kematian Olivia. Ada dugaan kalau Olivia dibunuh, tapi kita belum bisa menemukan siapa yang melakukan pembunuhan itu.”

Barra menjeda ucapannya, lalu ia mengambil sebuah foto yang ada di dalam map coklat itu. Foto itu menunjukkan potret seorang bayi laki-laki yang masih tampak merah. Raegan menatap foto itu dan belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

Calvin lantas bergerak dari posisinya, ia membalik foto itu dan memperlihatkan pada Raegan 3 inisial huruf yang ada di sana. “Foto ini punya Olivia, dan dari narasumber yang kita temukan, anak laki-laki di foto itu adalah anaknya Olivia. Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap Olivia dengan Dewandi Wirawan, dan anak itu masih hidup sampai sekarang.”

Romeo pun melanjutkan penjelasan Calvin. “Lo pasti bertanya-tanya siapa anak itu. Dari inisial yang ada di foto itu, lo seharusnya bisa dengan mudah menebak.”

Raegan lantas mengambil foto tersebut dari tangan Calvin dan membaca inisial yang ada di sana. LNT. Itulah 3 huruf yang tertulis di sana. Raegan menatap sahabatnya satu persatu, dan berikutnya dengan keyakinan penuh ia menyebutkan nama itu. “Leonel Nathan Tarigan.”

Raegan menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. Tanpa mereka membenarkan jawabannya, Raegan sudah tahu bahwa tebaknnya benar.

“Olivia sempat meminta hak atas dirinya kepada Dewandi Wirawan, tapi seperti yang kita tahu, saat itu Dewandi sedang memperjuangkan karirnya di dunia politik. Jadi Dewandi nggak mungkin mengorbankan usahanya selama ini dan came up ke publik kalau dia punya anak dengan perempuan lain.” Barra kembali menjelaskan.

“Jadi semuanya sekarang make sense. Leonel adalah anak dari Olivia dan Dewandi yang disembunyikan dengan cara memberikannya ke Abbas Pasha. Abbas adalah antek yang digunakan Dewandi untuk membantunya menjalankan semua kejahatannya. Kita juga udah mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan Dewandi selama dia jadi presiden, dari korupsi hingga penyuapan. Soal Abbas yang merencanakan pelengseran dan pembunuhan papa lo, kemungkinan dalang dari rencana itu adalah Dewandi. Dewandi nggak mungkin turun langsung untuk menjalankan rencananya sendiri, dia pasti punya antek untuk menjalankan rencana itu,” jelas Calvin.

Raegan mendengarkan penjelasan tersebut dengan seksama. Pelengseran papanya dan pembunuhan berencana terhadap Satrio pasti punya tujuan yang besar. Ada pihak yang akhirnya akan diuntungkan dari kejadian itu. Satrio Malik Gumilar yang merupakan ketua MK memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden berdasarkan UUD, maka dari itu untuk menutupi kejahatannya, Dewandi harus menyingkirkan Satrio, agar ia bisa menyetir hukum negara sesuai dengan keinginannya.

Mahkamah Konstitusi sendiri adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya. Setelah mereka selidiki, ternyata para pejabat tinggi negara yang memiliki wewenang terhadap presiden, adalah hasil pilihan presiden. Dimana Dewandi Wirawan menempatkan orang-orangnya untuk menempati kursi kekuasaan, agar kemudian hari ia bisa menjadikan mereka sebagai bonekanya.

Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

“Ini memang baru hanya dugaan kita. Tapi kalau kita sambungkan benang merahnya, yang akan dapat keuntungan dari lengsernya papa lo adalah presiden. Presiden ingin mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi berdasarkan usulan presiden, DPR, dan MA,” ujar Romeo.

“Jadi setelah ini langkah apa yang harus kita ambil?” tanya Barra, lebih tepatnya pria itu bertanya pada Raegan.

Raegan nampak berpikir sejenak. Raegan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. “Untuk saat ini, kita kumpulin dulu sebanyak-banyaknya bukti. Saat waktunya tepat, kita akan membuat mereka bersatu di dalam penjara,” ucap Raegan.

“Gue tau apa yang ada di pikiran kalian saat ini. Dewandi Wirawan memang punya kekuasaan yang besar, tapi itu nggak bisa jadi alasan gue untuk mundur dari tujuan awal,” tambah Raegan lagi.

“Om Satrio udah tau soal ini?” tanya Romeo.

“Belum, tapi gue akan kasih tau ke beliau secepatnya. Oh iya, gue juga akan kasih tau Kaldera soal ini. Gue nggak bisa lama-lama merahasiakan ini dari Kaldera,” ujar Raegan.

“Menurut gue lebih baik lo nggak kasih tau Kaldera. Kalau dia tau, mungkin dia akan kecewa atau paling parahnya dia akan marah sama lo. Selam setahun ini lo cari tau tentang kasus ini, tanpa sepengetahuan Kaldera sama sekali.” Calvin menyampaikan pendapatnya.

“Gue akan tetap kasih tau Kaldera. Meskipun gue tau, dia mungkin akan marah sama gue,” ucap Raegan.

Raegan akan tetap memberi tahu Kaldera kebenaran yang walaupun itu terasa pahit. Bagi Raegan saat ini, hubungan asmara adalah tentang keterbukaan antara kedua belah pihak. Raegan tidak ingin ada rahasia di antara dirinya dan Kaldera.

***

Panti Asuhan

Kaldera dan Raegan menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 30 menit. Raegan memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dengan pagar kayu berwarna putih yang tidak terlalu tinggi. Di dekat pagar itu, terdapat sebuah papan yang bertuliskan ‘Panti Asuhan Cinta Kasih’.

Raegan menarik rem tangan mobilnya, lalu ia menoleh ke samping untuk menatap Kaldera. “Ayo, kita turun,” ujarnya.

Kaldera mengangguk mengiyakan, lalu ia segera mengikuti Raegan yang sudah membuka pintu mobil lebih dulu. Kaldera berjalan di samping Raegan menuju ke dalam rumah itu. Mereka sempat melewati taman di depan rumah, di mana di sana Kaldera melihat beberapa anak tengah bermain bola bersama.

Kaldera menghentikan langkahnya untuk menatap anak-anak itu dengan tatapan berbinar. Raegan yang melihat kejadian tersebut otomatis mengikuti Kaldera. Raegan memperhatikan kedua mata Kaldera yang kini berubah berkaca-kaca.

Kaldera pun menoleh pada Raegan. Raegan mendapati sebuah senyum terlukis di wajah cantik kekasihnya. “Aku berharap suatu hari mereka bisa ngerasain kasih sayang keluarga yang utuh, Mas. Aku sama kayak mereka, aku pernah ada di posisi itu, dan aku tau gimana rasanya,” ujar Kaldera sambil masih menatap Raegan.

Raegan lantas mengulaskan senyum hangatnya. Pria itu mengambil tangan Kaldera, lalu memberikan usapan di punggung tangan itu.

“Raegan,” panggilan itu seketika menginterupsi Raegan dan Kaldera. Keduanya pun menoleh, mereka menemukan sosok wanita paruh baya dengan kisaran usia 60 tahun.

“Ibu,” panggil Raegan dengan suara lembutnya. Raegan kemudian mengajak Kaldera untuk menghampiri wanita itu. Setelah Raegan menyalamai tangan wanita itu, Kaldera pun melakukan hal yang sama seperti yang Raegan lakukan.

“Ibu, maaf ya, Raegan baru sempat datang ke sini lagi. Ohiya Bu, kenalin ini Kaldera,” ujar Raegan memperkenalkan Kaldera.

Wanita paruh baya itu lekas tersenyum lembut sembari menatap Kaldera. “Ayo masuk dulu, ibu akan buatkan minuman dan ada cemilan kesukaan Raegan.”

***

Di ruang tamu rumah dengan nuansa cat berwarna putih itu, Raegan, Kaldera, dan bu Rita tengah berbincang-bincang. Raegan memperkenalkan Kaldera pada bu Rita secara langsung, setelah selama ini pria itu hanya menceritakan sosok Kaldera melalui cerita-ceritanya. Niat Raegan hari ini datang ke panti asuhan adalah ingin menjenguk anak-anak panti dan sekaligus memperkenalkan sosok yang sangat spesial baginya.

“Ibu senang sekali waktu Raegan bilang mau datang, apalagi Raegan bilang akan membawa orang yang spesial untuk dia,” ujar bu Rita. Seketika Kaldera menoleh pada Raegan, tapi sebelum Raegan menjelaskan, bu Rita lebih dulu memperjelasnya.

“Raegan udah cerita banyak tentang kamu, Kaldera. Dari cerita-ceritanya, Ibu tau dia tidak akan menyerah berjuang untuk mendapatkan kamu, meskipun dia bilang awalnya kamu belum menerimanya,” ujar bu Rita sambil tersenyum penuh arti menatap Kaldera.

“Mas Raegan,” seru sebuah suara yang langsung menginterupsi ketiga orang itu. Mereka pun mendapati 3 orang anak perempuan yang berjalan menghampiri Raegan.

“Mas Raegan datang sama siapa?” tanya salah satu anak yang sepertinya berusia paling muda di antara 2 orang lainnya.

Raegan lantas meraih tangan anak itu dan membawanya mendekat pada Kaldera. Anak perempuan berambut sebahu itu menatap Kaldera dengan tatapan malu-malu. Namun Kaldera lebih dulu mendekatkan dirinya dan mengulurkan tangannya sembari memasang senyum ramahnya. “Hai, Cantik. Nama kamu siapa? Kenalin, nama aku Kaldera.”

Perlahan-lahan anak perempuan itu akhirnya mengulurkan tangan mungilnya. Kaldera segera menyambut uluran itu. “Nama aku Namira. Kak Kaldera siapanya Mas Raegan?” tanya Namira dengan spontan. Raegan, Kaldera, dan bu Rita pun tersenyum penuh arti, dan justru itu semakin membuat Namira penasaran.

“Gini aja, kita main bola di luar, kalau kalian menang, nanti Mas Raegan kasih tau. Gimana?” Raegan membuat sebuah tawaran yang menarik.

“Oke.” Sahut ketiga anak perempuan itu dengan kompak dan mereka tampa antusias.

Seketika Kaldera dan bu Rita dibuat terheran. Mungkin kalau bu Rita sudah tidak terlalu heran, karena beliau sudah pernah melihat interaksi Raegan dengan anak-anak panti. Namun bagi Kaldera, baru pertama kali ia melihat Raegan yang tampak berbeda. Raegan berubah menjadi sosok yang begitu lembut dan terlihat sangat pintar berinteraksi dengan anak kecil. Melihat kejadian itu di depan matanya, Kaldera seketika menjadi terenyuh. Hatinya pun menghangat dengan sempurna.

***

Selagi Raegan bermain dengan anak-anak panti, Kaldera dan bu Rita mengobrol di ruangan kepala panti. Bu Rita adalah kepala panti asuhan Cinta Kasih sekaligus pendirinya. Sudah lebih dari setengah usianya, bu Rita mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak kurang beruntung yang belum bisa merasakan kasih sayang dari orang tua.

Bu Rita pun menunjukkan beberapa foto di sebuah album milik panti kepada Kaldera. Di sana ada potret Raegan bersama dengan anak-anak. Mereka melakukan banyak kegiatan, mulai dari bermain, belajar, makan bersama, hingga Raegan yang pernah membacakan dongeng untuk anak-anak.

“Waktu itu Ibu ingat sekali, anak-anak nggak mau tidur kalau nggak dibacain dongeng sama Raegan. Setiap Raegan ke sini, mereka selalu antusias,” ujar bu Rita. Setelah Kaldera puas melihat foto-foto di album itu, bu Rita pun mengembalikan benda tersebut ke laci mejanya.

“Kaldera, Raegan itu seperti malaikat bagi anak-anak. Dia sosok yang sangat penyayang, kamu pasti juga sudah mengetahui itu,” ujar bu Rita dengan pandangannya yang berbinar.

“Bu kalau boleh tau, sejak kapan mas Raegan kenal sama anak-anak?” tanya Kaldera.

Bu Rita masih menatap Kaldera dengan tatapan penuh arti, lalu beliau menjawab, “Sepertinya sejak Raegan berusia 23 tahun. Pertama kali Raegan datang ke sini, dia membawa banya sekali pakaian dan mainan baru untuk anak-anak. Raegan tahu betul caranya memperlakukan orang-orang yang dia sayangi. Waktu dia bilang akan mengenalkan pacarnya ke Ibu, Ibu senang sekali. Raegan akhirnya berhasil meluluhkan hati kamu.”

Bu Rita kemudian meraih satu tangan Kaldera dan mengusapnya. “Terima kasih ya Nak, kamu sudah mencintainya dan menerima dia. Ibu berharap kalian selalu bahagia. Sayangi Raegan dan peluk dia kalau dia sedang sedih. Cintai dia karena itu dirinya, karena hatinya yang sangat mulia.”

***

Kaldera telah mengetahui satu hal besar dari bu Rita. Itu adalah soal Raegan yang menjadi donatur utama panti asuhan Cinta Kasih. Raegan sangat menyukai anak kecil dan menikmati waktu saat berinteraksi maupun bermain bersama mereka. Sosok Raegan yang baru diketahui Kaldera itu, membuat Kaldera akhirnya memutuskan suatu hal malam ini.

“Mas,” ucap Kaldera sambil meraih tangan Raegan. Aksi Kaldera itu lantas membuat langkah Raegan terhenti. Mereka baru saja sampai di teras rumah, tapi Kaldera mengatakan bahwa ia tidak ingin langsung masuk ke dalam.

“Aku masih mau sama kamu,” ujar Kaldera sambil menorehkan senyum kecilnya. Raegan malah tertawa karena aksi Kaldera yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

“Tadi kan kita seharian udah bareng,” ujar Raegan.

“Iya sih, tapi kamu banyakan main sama anak-anak,” celetuk Kaldera.

Raegan pun bertanya, “Kamu cemburu sama mereka?”

“Nggak juga sih. Aku seneng liat kamu main sama mereka. Mereka keliatan seneng juga, aku jadi ikut happy liatnya.” Kaldera menampakkan senyum lebarnya.

“Oke. Kita mau ke mana sekarang kalau nggak masuk ke rumah?” tanya Raegan.

“Hmm … kita cari angin aja di taman belakang. Ada yang mau aku omongin juga sama kamu,” ucap Kaldera.

Raegan pun mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka berjalan bersisian menuju taman belakang rumah. Di taman terdapat sebuah mini gazebo, jadi Raegan dan Kaldera memutuskan untuk duduk di sana. Kaldera menatap tangannya yang digenggam oleh Raegan, senyum kecil pun terpatri di wajahnya.

“Mas, aku udah membuat sebuah keputusan,” ujar Kaldera membuka obrolan.

“Keputusan soal apa Kal?” tanya Raegan.

Kaldera sedikit mengubah posisinya, ia duduk menyamping agar bisa bertatapan dengan Raegan. “Soal pernikahan,” ucap Kaldera sambil menatap Raegan dengan tatapan penuh arti.

Raegan masih terdiam, lebih tepatnya pria itu nampak sedikit terkejut berkat dua kata yang barusan diucapkan oleh Kaldera.

Kaldera menatap Raegan tepat di manik matanya, ia pun berujar lagi, “Mas, aku udah siap kalau kamu menginginkan sebuah pernikahan. Aku ingin melangkah sama kamu ke jenjang yang lebih serius. Aku ingin membina rumah tangga sama kamu dan mewujudkan hari bahagia itu untuk kita berdua.”

Kaldera menunggu Raegan meresponnya. Namun sampai beberapa detik kemudian, Raegan masih belum merespon. “Mas?” panggil Kaldera menyadarakan Raegan dari keterdiamannya.

Raegan pun kini menatap Kaldera setelah sebelumnya pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lainn. Masih dengan tatapan yang konsisten, Raegan pun meraih kedua tangan Kaldera dan menggenggamnya. Raegan lalu mengangguk sekilas, dan sebuah senyum bahagia terukir di wajah tampannya. Detik berikutnya, Raegan menghela tubuh Kaldera ke dalam pelukannya.

Beberapa detik berlalu, pelukan mereka pun terurai. Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh sayangnya. “Terima kasih, Kal. Aku sangat menunggu hari bahagia itu, dan ingin merealisasikannya bersama kamu.”

Raegan kemudian memangkas jarak di antara mereka. Kedua tangannya ia gunakan untuk menangkup halus kedua sisi wajah Kaldera. Dengan perlahan tapi pasti, Raegan menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Masih sambil menatap Kaldera, Raegan pun mengatakan sesuatu, “Kal, I love you, with all my deepest heart.”

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Raegan telah melamar Kaldera secara resmi. Malam itu mereka pergi untuk fine dining di sebuah restoran bintang lima. Setelah menikmati makanan penutup, Raegan memberikan sebuah cincin berlian kepada Kaldera dan meminta Kaldera untuk menikah dengannya.

Hari ini Raegan dan Kaldera telah berniat memberi tahu berita bahagia tentang rencana pernikahan mereka kepada Satrio dan Indri.

“Ada yang ingin Raegan dan Kaldera sampaikan sama Papa dan Mama,” ujar Raegan memulai pembicaraannya. Kaldera duduk di samping Raegan, sementara Satrio dan Indri duduk di hadapan mereka.

“Soal apa itu, Nak?” tanya Satrio kemudian.

Raegan menoleh ke sampingnya, ia menatap Kaldera selama beberapa detik. Tanpa disangka-sangka oleh Kaldera, Raegan meminta Kaldera yang menyampaikan berita bahagia tersebut.

“Jadi gini Pah, Mah,” ucap Kaldera, sebuah senyum manis terukir di wajahnya. “Kaldera sama Mas Raegan akan merencanakan pernikahan. Kita bermaksud memberitahu Papa dan Mama soal kabar bahagia ini, sekaligus kita ingin meminta restu,” ujar Kaldera.

Satrio dan Indri seketika nampak sedikit terkejut mendengarnya. Namun yang lebih dominan dari keterkejutan mereka adalah sebuah perasaan bahagia.

“Papa dan Mama merestui pernikahan kalian. Doa kita akan selalu menyertai kamu Nak,” ucap Satrio dengan sebuah senyum di wajahnya.

Indri pun juga mengulaskan senyum lembutnya dan berujar. “Kalian sudah merencanakan ini sejak kapan? Raegan, kamu sudah melamar Kaldera?” tanya Indri bertubi-tubi, wanita itu terlihat begitu antusias.

Seperti ciri khas seorang Raegan yang lebih banyak aksi ketimbang ucapan, pria itu pun meraih tangan Kaldera yang sebelumnya tertutup oleh bantal sofa. Raegan lalu menunjukkan sebuah cincin yang tersemat di jari manis Kaldera, di hadapan Satrio dan Indri.

Melihat aksi itu, Indri seketika dibuat kehilangan kata-kata. Namun ada yang janggal, karena hanya Indri yang nampak terkejut, sementara Satrio nampak biasa saja.

“Jadi Raegan kemarin nanya-nanya tentang cincin sama Papa. Papa udah firasat, tapi nggak mau keburu senang dan menduga-duga dulu,” terang Satrio kemudian.

“Raegan, kok kamu nggak nanya sama Mama? Mama kan perempuan, mungkin Mama lebih tau selera sesama perempuan. Selera Mama sama Kaldera hampir sama lho,” cetus Indri.

“Ma, nanti nggak surprise lagi kalau Raegan cerita ke Mama. Mama suka keceplosan, apalagi Mama sama Kaldera sering ngabisin waktu berdua,” ujar Raaegan.

Indri akhirnya menyetujui statement tersebut. Benar juga apa yang dikatakan oleh Raegan. Mungkin jika Indri mengetahuinya, ia bisa kelepasan mengatakannya pada Kaldera terlebih dulu.

“Oh iya, kalian akan tetap tinggal di sini sama Papa Mama atau mau tinggal di rumah sendiri?” tanya Indri.

“Kalau soal itu, Kaldera sama Mas Raegan udah sempat diskusi Mah,” ujar Kaldera.

“Ohiya? Gimana jadinya? Sebenarnya Mama ingin kalian tetap tinggal di sini. Rumah ini pasti akan sepi tanpa kalian. Mama juga ingin liat cucu Mama setiap hari nantinya,” ucap Indri dengan tatapannya yang terlihat sedikit sendu.

“Mama sama Papa bisa sering-sering nginep di rumah Raegan dan Kaldera, atau nanti kita akan sering ke sini. Kita udah mutusin untuk tinggal sendiri, Pah, Mah. Rumah yang Raegan bangun dua tahun lalu, setelah Raegan dan Kaldera menikah, kita akan tinggal di sana,” ucap Raegan.

Akhirnya meskipun dengan sedikit berat hati, Indri tetap menyetujui keputusan Raegan dan Kaldera. Indri dan Satrio akan menunggu Raegan dan Kaldera memberi mereka cucu dan akan sering-sering mengunjungi anak, menantu, serta cucu mereka kelak. Kedua orang tua mereka begitu bahagia mendapatkan kabar tersebut, sebuah perasaan yang tidak bisa diungkapkan melalui kata-kata.

Terkadang manusia tidak pernah menyangka tentang sebuah takdir yang akan terjadi. Satu tahun ke depan, dua tahun ke depan, manusia hanya bisa berencana. Raegan tidak pernah menyangka bahwa suatu hari ia akan menikahi mantan pacar adik kandungnya. Takdir rupanya semengejutkan ini.

Pertemuan Raegan dan Kaldera terasa tidak biasa, mereka bertemu di saat keduanya sama-sama terluka. Kaldera terluka karena kehilangan kekasihnya, dan Raegan terluka karena kehilangan adik kandungnya sekaligus kekasihnya yang dulu ia cintai. Namun siapa yang menyangka, hari ini mereka berjodoh, mereka telah saling mencintai sedalam ini. Raegan dan Kaldera memiliki tujuan, jadi mereka memutuskan untuk melangkah bersama untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Sebuah Mercedez Benz hitam terlihat tengah memasuki pelataran markas The Ninety Seven. Raegan belum sempurna memarkirkan mobilnya itu, tapi pintu di sampingnya telah dibukakan oleh seseorang. Di sana nampak dua orang anggota Aquiver yang lantas memberikan jalan untuknya.

“Tolong parkirkan mobil saya ya,” ucap Raegan pada mereka.

“Baik, Bos.” Setelah ucapan itu, Raegan segera melangkahkan kakinya untuk berlalu. Meski Raegan, Romeo, Barra, dan Calvin tidak lagi melakukan pekerjaan itu, nama The Ninety Seven akan selamanya ada dan selalu dikenang. Raegan memang telah berjanji pada Kaldera untuk tidak kembali pada pekerjaan berbahayanya, tapi ada satu hal yang masih perlu The Ninety Seven lakukan.

Langkah Raegan akhirnya membawanya sampai di lantai 2. Ketika ia membuka pintu ruangan itu, di sana sudah ada Romeo, Barra, dan Calvin. Nampak Romeo tengah duduk di sofa dengan satu kaki terangkat, pria itu tengah menghisap sebatang rokok di tangannya.

Hello, Bro,” sambut Calvin begitu Raegan berjalan menghampiri mereka.

It’s been a long time, kita nggak kumpul-kumpul untuk bahas suatu misi,” ucap Barra sambil menatap lurus ke arah Raegan.

Raegan kemudian hanya menampilkan senyum segarisnya. Sudah satu tahun berlalu, mereka memang tidak menjalani pekerjaan sebagai mafia lagi dan bertemu untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Lebih tepatnya, hanya Raegan yang benar-benar meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang mafia. Sementara Romeo, Barra, dan Calvin masih bergelut di dunia yang sama. Meski teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing, mereka tetap ingin membantu Raegan mencari tahu soal orang yang berada di balik Abbas dan Leonel.

Romeo menawarkan satu batang rokok pada Raegan, tapi pria itu langsung menolaknya.

“Tumben,” ucap Romeo dengan tatapan herannya.

“Gue nggak bisa lama-lama untuk meeting kita hari ini,” ujar Raegan kemudian.

“Ohiya? Lo ada urusan di hari Minggu begini?” tanya Calvin.

Raegan berjalan ke arah salah satu kursi kosong yang ada di sana, lalu ia menduduki kursi itu. “Iya, habis ini gue mau panti asuhan sama Kaldera,” jawab Raegan.

Ketiga pria di hadapan Raegan itu lantas semakin bingung dibuatnya. Akhirnya Raegan menjelaskan pada mereka tujuannya mengajak Kaldera ke panti. Raegan ingin mengenalkan pada Kaldera orang-orang dan tempat yang selama ini sangat berarti baginya.

Alright, alright,” ujar Romeo yang lantas mematikan rokoknya dan membungkusnya dengan sebuah tisu, padahal rokok itu masih tersisa setengah. Melihat tampilan Raegan yang sudah rapi dan pria itu berniat pergi dengan kekasihnya, Romeo pun tidak ingin merusak kencan sahabatnya, hanya karena asap dari rokok yang kalau sudah menempel akan susah untuk hilang.

“Oke, kita langsung bahas aja kalau gitu. Kita udah nemuin biodata tentang Olivia, perempuan yang punya hubungan gelap sama presiden,” ujar Barra. Pria jangkung itu lantas berjalan menuju meja yang terletak di pojok ruangan. Barra mengambil sebuah map coklat dari salah satu laci meja itu.

Barra kembali ke hadapan ketiga sahabatnya dan meletakkan map coklat di tangannya ke atas meja di hadapan ketiga sahabatnya. Barra kemudian berujar, “Map ini isinya biodata tentang Olivia Timothy. Kurang lebih 30 tahun lalu, Olivia meninggal dan diduga bunuh diri dengan mengkonsumsi obat anti depresan. Tapi ada yang janggal dari kematian Olivia. Ada dugaan kalau Olivia dibunuh, tapi kita belum bisa menemukan siapa yang melakukan pembunuhan itu.”

Barra menjeda ucapannya, lalu ia mengambil sebuah foto yang ada di dalam map coklat itu. Foto itu menunjukkan potret seorang bayi laki-laki yang masih tampak merah. Raegan menatap foto itu dan belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

Calvin lantas bergerak dari posisinya, ia membalik foto itu dan memperlihatkan pada Raegan 3 inisial huruf yang ada di sana. “Foto ini punya Olivia, dan dari narasumber yang kita temukan, anak laki-laki di foto itu adalah anaknya Olivia. Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap Olivia dengan Dewandi Wirawan, dan anak itu masih hidup sampai sekarang.”

Romeo pun melanjutkan penjelasan Calvin. “Lo pasti bertanya-tanya siapa anak itu. Dari inisial yang ada di foto itu, lo seharusnya bisa dengan mudah menebak.”

Raegan lantas mengambil foto tersebut dari tangan Calvin dan membaca inisial yang ada di sana. LNT. Itulah 3 huruf yang tertulis di sana. Raegan menatap sahabatnya satu persatu, dan berikutnya dengan keyakinan penuh ia menyebutkan nama itu. “Leonel Nathan Tarigan.”

Raegan menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. Tanpa mereka membenarkan jawabannya, Raegan sudah tahu bahwa tebaknnya benar.

“Olivia sempat meminta hak atas dirinya kepada Dewandi Wirawan, tapi seperti yang kita tahu, saat itu Dewandi sedang memperjuangkan karirnya di dunia politik. Jadi Dewandi nggak mungkin mengorbankan usahanya selama ini dan came up ke publik kalau dia punya anak dengan perempuan lain.” Barra kembali menjelaskan.

“Jadi semuanya sekarang make sense. Leonel adalah anak dari Olivia dan Dewandi yang disembunyikan dengan cara memberikannya ke Abbas Pasha. Abbas adalah antek yang digunakan Dewandi untuk membantunya menjalankan semua kejahatannya. Kita juga udah mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan Dewandi selama dia jadi presiden, dari korupsi hingga penyuapan. Soal Abbas yang merencanakan pelengseran dan pembunuhan papa lo, kemungkinan dalang dari rencana itu adalah Dewandi. Dewandi nggak mungkin turun langsung untuk menjalankan rencananya sendiri, dia pasti punya antek untuk menjalankan rencana itu,” jelas Calvin.

Raegan mendengarkan penjelasan tersebut dengan seksama. Pelengseran papanya dan pembunuhan berencana terhadap Satrio pasti punya tujuan yang besar. Ada pihak yang akhirnya akan diuntungkan dari kejadian itu. Satrio Malik Gumilar yang merupakan ketua MK memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden berdasarkan UUD, maka dari itu untuk menutupi kejahatannya, Dewandi harus menyingkirkan Satrio, agar ia bisa menyetir hukum negara sesuai dengan keinginannya.

Mahkamah Konstitusi sendiri adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya. Setelah mereka selidiki, ternyata para pejabat tinggi negara yang memiliki wewenang terhadap presiden, adalah hasil pilihan presiden. Dimana Dewandi Wirawan menempatkan orang-orangnya untuk menempati kursi kekuasaan, agar kemudian hari ia bisa menjadikan mereka sebagai bonekanya.

Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

“Ini memang baru hanya dugaan kita. Tapi kalau kita sambungkan benang merahnya, yang akan dapat keuntungan dari lengsernya papa lo adalah presiden. Presiden ingin mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi berdasarkan usulan presiden, DPR, dan MA,” ujar Romeo.

“Jadi setelah ini langkah apa yang harus kita ambil?” tanya Barra, lebih tepatnya pria itu bertanya pada Raegan.

Raegan nampak berpikir sejenak. Raegan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. “Untuk saat ini, kita kumpulin dulu sebanyak-banyaknya bukti. Saat waktunya tepat, kita akan membuat mereka bersatu di dalam penjara,” ucap Raegan.

“Gue tau apa yang ada di pikiran kalian saat ini. Dewandi Wirawan memang punya kekuasaan yang besar, tapi itu nggak bisa jadi alasan gue untuk mundur dari tujuan awal,” tambah Raegan lagi.

“Om Satrio udah tau soal ini?” tanya Romeo.

“Belum, tapi gue akan kasih tau ke beliau secepatnya. Oh iya, gue juga akan kasih tau Kaldera soal ini. Gue nggak bisa lama-lama merahasiakan ini dari Kaldera,” ujar Raegan.

“Menurut gue lebih baik lo nggak kasih tau Kaldera. Kalau dia tau, mungkin dia akan kecewa atau paling parahnya dia akan marah sama lo. Selam setahun ini lo cari tau tentang kasus ini, tanpa sepengetahuan Kaldera sama sekali.” Calvin menyampaikan pendapatnya.

“Gue akan tetap kasih tau Kaldera. Meskipun gue tau, dia mungkin akan marah sama gue,” ucap Raegan.

Raegan akan tetap memberi tahu Kaldera kebenaran yang walaupun itu terasa pahit. Bagi Raegan saat ini, hubungan asmara adalah tentang keterbukaan antara kedua belah pihak. Raegan tidak ingin ada rahasia di antara dirinya dan Kaldera.

***

Panti Asuhan

Kaldera dan Raegan menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 30 menit. Raegan memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dengan pagar kayu berwarna putih yang tidak terlalu tinggi. Di dekat pagar itu, terdapat sebuah papan yang bertuliskan ‘Panti Asuhan Cinta Kasih’.

Raegan menarik rem tangan mobilnya, lalu ia menoleh ke samping untuk menatap Kaldera. “Ayo, kita turun,” ujarnya.

Kaldera mengangguk mengiyakan, lalu ia segera mengikuti Raegan yang sudah membuka pintu mobil lebih dulu. Kaldera berjalan di samping Raegan menuju ke dalam rumah itu. Mereka sempat melewati taman di depan rumah, di mana di sana Kaldera melihat beberapa anak tengah bermain bola bersama.

Kaldera menghentikan langkahnya untuk menatap anak-anak itu dengan tatapan berbinar. Raegan yang melihat kejadian tersebut otomatis mengikuti Kaldera. Raegan memperhatikan kedua mata Kaldera yang kini berubah berkaca-kaca.

Kaldera pun menoleh pada Raegan. Raegan mendapati sebuah senyum terlukis di wajah cantik kekasihnya. “Aku berharap suatu hari mereka bisa ngerasain kasih sayang keluarga yang utuh, Mas. Aku sama kayak mereka, aku pernah ada di posisi itu, dan aku tau gimana rasanya,” ujar Kaldera sambil masih menatap Raegan.

Raegan lantas mengulaskan senyum hangatnya. Pria itu mengambil tangan Kaldera, lalu memberikan usapan di punggung tangan itu.

“Raegan,” panggilan itu seketika menginterupsi Raegan dan Kaldera. Keduanya pun menoleh, mereka menemukan sosok wanita paruh baya dengan kisaran usia 60 tahun.

“Ibu,” panggil Raegan dengan suara lembutnya. Raegan kemudian mengajak Kaldera untuk menghampiri wanita itu. Setelah Raegan menyalamai tangan wanita itu, Kaldera pun melakukan hal yang sama seperti yang Raegan lakukan.

“Ibu, maaf ya, Raegan baru sempat datang ke sini lagi. Ohiya Bu, kenalin ini Kaldera,” ujar Raegan memperkenalkan Kaldera.

Wanita paruh baya itu lekas tersenyum lembut sembari menatap Kaldera. “Ayo masuk dulu, ibu akan buatkan minuman dan ada cemilan kesukaan Raegan.”

***

Di ruang tamu rumah dengan nuansa cat berwarna putih itu, Raegan, Kaldera, dan bu Rita tengah berbincang-bincang. Raegan memperkenalkan Kaldera pada bu Rita secara langsung, setelah selama ini pria itu hanya menceritakan sosok Kaldera melalui cerita-ceritanya. Niat Raegan hari ini datang ke panti asuhan adalah ingin menjenguk anak-anak panti dan sekaligus memperkenalkan sosok yang sangat spesial baginya.

“Ibu senang sekali waktu Raegan bilang mau datang, apalagi Raegan bilang akan membawa orang yang spesial untuk dia,” ujar bu Rita. Seketika Kaldera menoleh pada Raegan, tapi sebelum Raegan menjelaskan, bu Rita lebih dulu memperjelasnya.

“Raegan udah cerita banyak tentang kamu, Kaldera. Dari cerita-ceritanya, Ibu tau dia tidak akan menyerah berjuang untuk mendapatkan kamu, meskipun dia bilang awalnya kamu belum menerimanya,” ujar bu Rita sambil tersenyum penuh arti menatap Kaldera.

“Mas Raegan,” seru sebuah suara yang langsung menginterupsi ketiga orang itu. Mereka pun mendapati 3 orang anak perempuan yang berjalan menghampiri Raegan.

“Mas Raegan datang sama siapa?” tanya salah satu anak yang sepertinya berusia paling muda di antara 2 orang lainnya.

Raegan lantas meraih tangan anak itu dan membawanya mendekat pada Kaldera. Anak perempuan berambut sebahu itu menatap Kaldera dengan tatapan malu-malu. Namun Kaldera lebih dulu mendekatkan dirinya dan mengulurkan tangannya sembari memasang senyum ramahnya. “Hai, Cantik. Nama kamu siapa? Kenalin, nama aku Kaldera.”

Perlahan-lahan anak perempuan itu akhirnya mengulurkan tangan mungilnya. Kaldera segera menyambut uluran itu. “Nama aku Namira. Kak Kaldera siapanya Mas Raegan?” tanya Namira dengan spontan. Raegan, Kaldera, dan bu Rita pun tersenyum penuh arti, dan justru itu semakin membuat Namira penasaran.

“Gini aja, kita main bola di luar, kalau kalian menang, nanti Mas Raegan kasih tau. Gimana?” Raegan membuat sebuah tawaran yang menarik.

“Oke.” Sahut ketiga anak perempuan itu dengan kompak dan mereka tampa antusias.

Seketika Kaldera dan bu Rita dibuat terheran. Mungkin kalau bu Rita sudah tidak terlalu heran, karena beliau sudah pernah melihat interaksi Raegan dengan anak-anak panti. Namun bagi Kaldera, baru pertama kali ia melihat Raegan yang tampak berbeda. Raegan berubah menjadi sosok yang begitu lembut dan terlihat sangat pintar berinteraksi dengan anak kecil. Melihat kejadian itu di depan matanya, Kaldera seketika menjadi terenyuh. Hatinya pun menghangat dengan sempurna.

***

Selagi Raegan bermain dengan anak-anak panti, Kaldera dan bu Rita mengobrol di ruangan kepala panti. Bu Rita adalah kepala panti asuhan Cinta Kasih sekaligus pendirinya. Sudah lebih dari setengah usianya, bu Rita mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak kurang beruntung yang belum bisa merasakan kasih sayang dari orang tua.

Bu Rita pun menunjukkan beberapa foto di sebuah album milik panti. Di sana ada potret Raegan bersama dengan anak-anak. Mereka melakukan banyak kegiatan, mulai dari bermain, belajar, makan bersama, hingga Raegan yang pernah membacakan dongeng untuk anak-anak.

“Waktu itu Ibu ingat sekali, anak-anak nggak mau tidur kalau nggak dibacain dongeng sama Raegan. Setiap Raegan ke sini, mereka selalu antusias,” ujar bu Rita. Setelah puas melihat foto-foto di album itu, bu Rita pun mengembalikan benda tersebut ke laci mejanya.

“Kaldera, Raegan itu seperti malaikat bagi anak-anak. Dia sosok yang sangat penyayang, kamu pasti juga sudah mengetahui itu,” ujar bu Rita dengan matanya yang berubah berkaca-kaca.

Bu Rita masih menatap Kaldera dengan tatapan penuh arti, lalu beliau berujar lagi, “Raegan tahu betul caranya memperlakukan orang-orang yang dia sayangi. Waktu dia bilang akan mengenalkan pacarnya ke Ibu, Ibu senang sekali. Raegan akhirnya berhasil meluluhkan hati kamu.”

Bu Rita kemudian meraih satu tangan Kaldera dan mengusapnya. “Terima kasih ya Nak, kamu sudah mencintainya dan menerima dia. Ibu berharap kalian selalu bisa bersama. Sayangi dia dan peluk dia kalau dia sedang sedih. Cintai dia karena itu dirinya, karena hatinya yang sangat mulia.”

***

Kaldera telah mengetahui satu hal besar dari bu Rita. Itu adalah soal Raegan yang menjadi donatur utama panti asuhan Cinta Kasih. Raegan sangat menyukai anak kecil dan menikmati waktu saat berinteraksi maupun bermain bersama mereka. Sosok Raegan yang baru diketahui Kaldera itu, membuat Kaldera akhirnya memutuskan suatu hal malam ini.

“Mas,” ucap Kaldera sambil meraih tangan Raegan. Aksi Kaldera itu lantas membuat langkah Raegan terhenti. Mereka baru saja sampai di teras rumah, tapi Kaldera mengatakan bahwa ia tidak ingin langsung masuk ke dalam.

“Aku masih mau sama kamu,” ujar Kaldera sambil menorehkan senyum kecilnya. Raegan malah tertawa karena aksi Kaldera yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

“Tadi kan kita seharian udah bareng,” ujar Raegan.

“Iya sih, tapi kamu banyakan main sama anak-anak,” celetuk Kaldera.

Raegan pun bertanya, “Kamu cemburu sama mereka?”

“Nggak juga sih. Aku seneng liat kamu main sama mereka. Mereka keliatan seneng juga, aku jadi ikut happy liatnya.” Kaldera menampakkan senyum lebarnya.

“Oke. Kita mau ke mana sekarang kalau nggak masuk ke rumah?” tanya Raegan.

“Hmm … kita cari angin aja di taman belakang. Ada yang mau aku omongin juga sama kamu,” ucap Kaldera.

Raegan pun mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka berjalan bersisian menuju taman belakang rumah. Di taman terdapat sebuah mini gazebo, jadi Raegan dan Kaldera memutuskan untuk duduk di sana. Kaldera menatap tangannya yang digenggam oleh Raegan, senyum kecil pun terpatri di wajahnya.

“Mas, aku udah membuat sebuah keputusan,” ujar Kaldera membuka obrolan.

“Keputusan soal apa Kal?” tanya Raegan.

Kaldera sedikit mengubah posisinya, ia duduk menyamping agar bisa bertatapan dengan Raegan. “Soal pernikahan,” ucap Kaldera sambil menatap Raegan dengan tatapan penuh arti.

Raegan masih terdiam, lebih tepatnya pria itu nampak sedikit terkejut berkat dua kata yang barusan diucapkan oleh Kaldera.

Kaldera menatap Raegan tepat di manik matanya, ia pun berujar lagi, “Mas, aku udah siap kalau kamu menginginkan sebuah pernikahan. Aku ingin melangkah sama kamu ke jenjang yang lebih serius. Aku ingin membina rumah tangga sama kamu dan mewujudkan hari bahagia itu untuk kita berdua.”

Kaldera menunggu Raegan meresponnya. Namun sampai beberapa detik kemudian, Raegan masih belum merespon. “Mas?” panggil Kaldera menyadarakan Raegan dari keterdiamannya.

Raegan pun kini menatap Kaldera setelah sebelumnya pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lainn. Masih dengan tatapan yang konsisten, Raegan pun meraih kedua tangan Kaldera dan menggenggamnya. Raegan lalu mengangguk sekilas, dan sebuah senyum bahagia terukir di wajah tampannya. Detik berikutnya, Raegan menghela tubuh Kaldera ke dalam pelukannya.

Beberapa detik berlalu, pelukan mereka pun terurai. Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh sayangnya. “Terima kasih, Kal. Aku sangat menunggu hari bahagia itu, dan ingin merealisasikannya bersama kamu.”

Raegan kemudian memangkas jarak di antara mereka. Kedua tangannya ia gunakan untuk menangkup halus kedua sisi wajah Kaldera. Dengan perlahan tapi pasti, Raegan menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Masih sambil menatap Kaldera, Raegan pun mengatakan sesuatu, “Kal, I love you, with all my deepest heart.”

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂