The Magical Unexpected Happened
Sienna telah memutuskan untuk menuruti ego papanya terlebih dulu. Sienna benar-benar tidak bertemu dengan Alvaro dan itu sudah berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Sienna berpikir, kalau ia bersikap lebih keras dari papanya, maka permasalahan ini tidak akan ada ujungnya. Sienna telah berdiskusi dengan Alvaro, dan lelaki itu setuju dengan rencananya. Mereka akan coba menuruti keinginan Fabio, dan berharap mungkin itu bisa membuat hati Fabio luluh dengan sendirinya.
Sore ini Fabio datang ke studio untuk menjemput Sienna. Fabio tidak membiarkan Sienna pergi ke mana pun sendiri, jadi Fabio mengantar putrinya berangkat kerja dan juga menjemputnya ketika pulang.
Fabio telah sampai di studio sekitar 15 menit sebelum Sienna selesai dengan pekerjaannya. Jadi Fabio akan menunggu putrinya di sana.
Fabio tadinya berniat menunggu Sienna di ruangan pribadinya, tapi langkahnya terhenti begitu saja saat sebuah suara memanggilnya.
Suara itu terdengar cukup fameliar, yang langsung membuat Fabio menoleh. Fabio nampak sedikit terkejut menemukan sosok kecil itu di belakangnya.
“Kakek,” panggil suara itu untuk yang kedua kalinya.
Fabio nampak bingung menghadapi situasi yang tengah terjadi. Belum sempat ia beranjak dari sana, sosok kecil di hadapannya itu berujar lagi, “Kakek nungguin bunda Sienna juga ya?” tanya bocah itu yang ternyata adalah Gio.
“Iya.” Fabio hanya menjawab seadanya.
Setelah itu, yang terjadi adalah Gio berlalu dari hadapan Fabio. Anak itu berjalan menuju sofa di area tunggu dan duduk dengan anteng di sana. Fabio lantas mengarahkan netranya pada Gio dan ia berpikir. Sudah sedekat apa bocah itu dengan Sienna? Fabio tahu betul putrinya, biasanya putrinya tidak ingin terlalu dekat dengan orang asing. Namun mengapa Sienna membiarkan dirinya terlalu dekat dengan Gio dan segala yang berhubungan dengan Alvaro?
Entah apa yang ada di pikirannya, Fabio justru melangkahkan kakinya menuju sofa itu. Kemudian Fabio mengambil tempat di samping Gio. Fabio memutuskan menunggu Sienna di sana.
“Kakek mau lihat nggak? Ada gambar papa, Gio, sama bunda Sienna,” celetuk Gio sembari menunjukkan buku gambar yang bocah itu keluarkan dari ranselnya.
Fabio tidak tahu apa yang dilakukannya, tapi ketika Gio memperlihatkan buku gambar itu, Fabio tertarik juga untuk melihat. Lantas Gio menyerahkan buku gambarnya kepada Fabio setelah anak itu membukakan halaman di mana gambar yang ingin ia perlihatkan berada.
Selama interaksi antara Fabio dan Gio berlangsung, Gina sebenarnya mendapati itu ketika ia kembali dari toilet dan tengah mencari keberadaan Gio. Namun Gina memilih menghentikan langkahnya dan mengamati dari posisi agak jauh. Gina membiarkan interaksi tersebut terjadi. Pasalnya kedua orang itu nampak akrab, jadi Gina tidak ingin mengganggu.
Kembali pada Fabio yang tengah melihat gambar di salah satu halaman di buku gambar milik Gio. Fabio mendapati gambar dengan judul ‘Keluarga’ yang dibuat oleh Gio.
“Ini Gio yang gambar sendiri?” Fabio bertanya.
“Iya. Gio gambar sendiri karena ini tugas sekolah. Bu guru suruh Gio gambar keluarga, jadi Gio gambar papa, Gio, sama bunda,” jelas Gio dengan begitu lugasnya. Nampak senyum kecil di wajah bocah itu ketika menjelaskan soal gambar yang dibuatnya.
Fabio memperhatikan senyum Gio, senyum yang nampak begitu tulus. Fabio tiba-tiba membayangkan bagaimana kalau kebahagiaan anak ini hilang dari dirinya? Pancaran mata itu begitu mendamba sebuah kehangatan dari sebuah keluarga kecil yang harmonis.
“Kakek,” ujar Gio.
“Iya?” Fabio memberikan atensinya kepada Gio, tatapannya kini tertuju kepada Gio yang berada di sampingnya.
“Kemarin papanya Gio nolongin mama dari orang yang sakitin mama. Papa sama mama udah nggak tinggal bareng lagi. Gio sedih sih, tapi Gio punya bunda Sienna yang sayang banget sama Gio. Papa sama bunda juga saling sayang, jadi Gio nggak sedih lagi deh.”
“Kakek?” Gio berujar dengan nada bingungnya ketika mendapati Fabio hanya terdiam usai ia bercerita secara spontan.
“Kakek kenapa?” Gio bertanya dengan nada khawatir sambil memperhatikan raut wajah Fabio.
“Nggak papa,” ujar Fabio, coba memberitahu Gio bahwa dirinya baik-baik saja. Fabio berusaha menutupi reaksinya agar Gio tidak tidak tahu bahwa rentetan kalimat yang bocah itu ucapkan ; telah berhasil mengobrak-abrik perasaan Fabio.
“Gio,” ujar Fabio.
“Iya Kakek?”
Fabio masih memegang buku gambar itu dengan tangannya, lalu ia bertanya, “Kenapa Gio bisa sayang sama bunda Sienna?”
Pertanyaan itu jelas membuat Gio bingung. Namun anak itu tetap akan menjawabnya, sesuai dengan apa yang mampu ia pikirkan, sesuai apa yang dirasakan oleh hatinya.
“Gio sayang sama bunda Sienna karena bunda orangnya baik banget. Waktu mama Gio pergi, bunda dateng, bunda temenin Gio. Bunda suka bacain Gio cerita biar Gio bisa tidur, terus bantuin Gio kerjain PR sekolah juga.”
“Kakek, tau nggak? Tadinya papa sedih banget pas mama pergi. Tapi pas ada bunda Sienna, papa bisa bahagia lagi. Gio sayang dan bangga banget samaa papa. Gio seneng karena Gio punya papa dan bunda Sienna yang hebat,” lanjut Gio.
Fabio hanya mampu mengulaskan senyum getirnya mendengar semua kalimat itu. Perkataan Gio berhasil mendobrak pintu hatinya yang selama ini tertutup rapat. Entah keajaiban apa yang dimiliki anak ini, hingga perkataannya mampu menembus hatinya. Fabio mampu merasakan sebuah kehangatan melalui kata-kata yang Gio ucapkan. Anak kecil seusia Gio, tentu memiliki hati yang murni dan tulus, dan ucapannya pasti adalah kejujuran yang berasal dari dalam hatinya.
Gio nampak begitu bahagia berkat kehadiran Sienna, tepat setelah ibu kandungnya pergi meninggalkannya. Maka jika Fabio memisahkan mereka, ia akan merasa jadi manusia terjahat dan juga seorang ayah yang gagal untuk Sienna.
***
Terima kasih telah membaca The Destiny of Love 🌷
Tolong beri dukungan untuk The Destiny of Love supaya bisa lebih baik lagi. Support apapun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya. 💜
Semoga kamu enjoy sama ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 🍭