alyadara

Raegan telah melamar Kaldera secara resmi. Malam itu mereka pergi untuk menikmati fine dining di sebuah restoran bintang lima. Setelah menyantap makanan penutup, Raegan memberikan sebuah cincin berlian kepada Kaldera dan meminta Kaldera untuk menikah dengannya.

Hari ini Raegan dan Kaldera telah berniat memberi tahu berita bahagia tentang rencana pernikahan mereka kepada Satrio dan Indri.

“Ada yang ingin Raegan dan Kaldera sampaikan sama Papa dan Mama,” ujar Raegan memulai pembicaraannya. Kaldera duduk di samping Raegan, sementara Satrio dan Indri duduk di hadapan mereka.

“Soal apa itu, Nak?” tanya Satrio kemudian.

Raegan menoleh ke samping, ia menatap Kaldera selama beberapa detik. Tanpa disangka-sangka oleh Kaldera, Raegan meminta Kaldera yang menyampaikan berita bahagia tersebut.

“Jadi gini Pah, Mah,” ucap Kaldera, sebuah senyum manis terukir di wajahnya. “Kaldera sama Mas Raegan berniat merencanakan pernikahan. Kita bermaksud memberitahu Papa dan Mama soal kabar bahagia ini, sekaligus kita ingin meminta restu,” ujar Kaldera.

Satrio dan Indri seketika nampak sedikit terkejut. Namun yang lebih dominan dari keterkejutan mereka adalah sebuah perasaan bahagia.

“Papa dan Mama merestui pernikahan kalian. Doa kita akan selalu menyertai kamu Nak,” ucap Satrio dengan sebuah senyum di wajahnya.

Indri pun juga mengulaskan senyum lembutnya seraya berujar. “Kalian sudah merencanakan ini sejak kapan? Raegan, kamu sudah melamar Kaldera?” tanya Indri bertubi-tubi, wanita itu terlihat begitu antusias.

Seperti ciri khas seorang Raegan yang lebih banyak aksi ketimbang ucapan, pria itu pun meraih tangan Kaldera yang sebelumnya tertutup oleh bantal sofa. Raegan lalu menunjukkan sebuah cincin yang tersemat di jari manis Kaldera, di hadapan Satrio dan Indri.

Melihat aksi itu, Indri seketika dibuat kehilangan kata-kata. Namun ada yang janggal, karena hanya Indri yang nampak terkejut, sementara Satrio terlihat biasa saja.

“Jadi Raegan kemarin nanya-nanya sama Papa tentang cincin. Papa udah punya firasat, tapi nggak mau keburu senang dan menduga-duga dulu,” terang Satrio kemudian.

“Raegan, kok kamu nggak nanya sama Mama? Mama kan perempuan, mungkin Mama lebih tau selera sesama perempuan. Selera Mama sama Kaldera hampir sama lho,” cetus Indri.

“Nanti nggak surprise lagi kalau Raegan cerita ke Mama. Mama suka keceplosan, apalagi Mama sama Kaldera sering ngabisin waktu berdua,” ujar Raaegan.

Indri akhirnya menyetujui statement tersebut. Benar juga apa yang dikatakan oleh Raegan. Mungkin jika Indri mengetahuinya lebih dulu, ia bisa kelepasan mengatakannya kepada Kaldera.

“Oh iya, kalian akan tetap tinggal di sini sama Papa dan Mama atau mau tinggal di rumah sendiri?” tanya Indri.

“Kalau soal itu, Kaldera sama Mas Raegan udah sempat diskusi Mah,” Kaldera menjawab pertanyaan itu

“Ohiya? Gimana jadinya? Sebenarnya Mama ingin kalian tetap tinggal di sini. Rumah ini pasti akan sepi tanpa kalian. Mama juga ingin liat cucu Mama setiap hari nantinya,” ucap Indri dengan tatapannya yang terlihat sedikit sendu.

“Mama sama Papa bisa sering-sering nginep di rumah Raegan dan Kaldera, atau nanti kita yang sering ke sini. Kita udah mutusin untuk tinggal sendiri, Pah, Mah. Rumah yang Raegan bangun dua tahun lalu, setelah Raegan dan Kaldera menikah, kita akan tinggal di sana,” ucap Raegan.

Akhirnya meskipun dengan sedikit berat hati, Indri tetap menyetujui keputusan Raegan dan Kaldera. Indri dan Satrio akan menunggu Raegan dan Kaldera memberi mereka cucu dan akan sering-sering berkunjung. Kedua orang tua mereka begitu bahagia mendapatkan kabar tersebut, sebuah perasaan yang tidak bisa diungkapkan hanya melalui kata-kata.

Terkadang manusia tidak pernah menyangka tentang sebuah takdir yang akan terjadi pada hidup mereka. Satu tahun ke depan, dua tahun ke depan, manusia hanya bisa berencana. Begitupun dengan Raegan, ia tidak pernah menyangka bahwa suatu hari dirinya akan menikahi mantan pacar adik kandungnya. Takdir rupanya semengejutkan ini.

Raegan dan Kaldera bertemu di saat keduanya sama-sama terluka. Kaldera terluka karena kehilangan kekasihnya, dan Raegan terluka karena kehilangan adik kandungnya sekaligus kekasihnya yang dulu ia cintai. Namun siapa yang menyangka, sampai hari ini mereka masih saling mencintai sedalam ini. Raegan dan Kaldera memiliki tujuan yang sama, jadi mereka memutuskan untuk melangkah beriringan untuk mencapai tujuan tersebut.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Sebuah Mercedez Benz hitam terlihat tengah memasuki pelataran markas The Ninety Seven. Mobil yang dikendarai oleh Raegan itu belum sempurna terparkir, tapi pintu di sampingnya telah dibukakan oleh seseorang. Di sana nampak dua orang anggota Aquiver yang lantas memberikan jalan untuk Raegan.

“Tolong parkirkan mobil saya,” ucap Raegan pada mereka.

“Baik, Bos.” Setelah ucapan itu, Raegan segera melangkahkan kakinya untuk berlalu. Meski Raegan, Romeo, Barra, dan Calvin tidak lagi melakukan pekerjaan itu, nama The Ninety Seven akan selamanya ada, dan markas ini tetap menjadi miliki mereka. Raegan memang telah berjanji pada Kaldera untuk tidak kembali pada pekerjaan berbahayanya, tapi ada satu hal yang masih perlu The Ninety Seven lakukan.

Langkah Raegan akhirnya membawanya sampai di lantai 2. Ketika Raegan membuka pintu ruangan di hadapannya, di ruangan tersebut sudah ada Romeo, Barra, dan Calvin. Nampak Romeo tengah duduk di sofa dengan satu kaki yang terangkat, pria itu tengah menghisap sebatang rokok di tangannya.

Hello, Bro,” sambut Calvin begitu Raegan berjalan menghampiri mereka.

It’s been a long time, kita nggak kumpul-kumpul untuk bahas suatu misi,” ucap Barra sambil menatap lurus ke arah Raegan.

Raegan kemudian hanya menampilkan senyum segarisnya. Sudah satu tahun berlalu, mereka memang tidak menjalani pekerjaan sebagai mafia lagi, atau bertemu untuk membahas sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan itu. Lebih tepatnya, hanya Raegan yang benar-benar meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang mafia. Sementara Romeo, Barra, dan Calvin masih bergelut di dunia yang sama. Meski teman-temannya memiliki kesibukan masing-masing, mereka tetap ingin membantu Raegan mencari tahu soal oknum yang berada di balik Abbas dan Leonel.

Romeo menawarkan satu batang rokok pada Raegan, tapi Raegan langsung menolaknya.

“Tumben,” ucap Romeo dengan tatapan herannya.

“Gue nggak bisa lama-lama untuk meeting kita hari ini,” ujar Raegan kemudian.

“Ohiya? Lo ada urusan di hari Minggu begini?” tanya Calvin.

Raegan berjalan ke arah salah satu kursi kosong yang ada di sana, lalu ia menduduki kursi itu. “Iya, habis ini gue mau panti asuhan sama Kaldera,” jawab Raegan.

Ketiga pria di hadapan Raegan itu lantas menjadi bingung dibuatnya. Akhirnya Raegan menjelaskan pada mereka tentang tujuannya mengajak Kaldera ke panti. Raegan ingin mengenalkan pada Kaldera orang-orang dan tempat yang selama ini sangat berarti baginya.

Alright, alright,” ujar Romeo yang lantas mematikan rokoknya dan membungkusnya dengan sebuah tisu, padahal rokok itu masih tersisa setengah. Melihat tampilan Raegan yang sudah rapi dan pria itu berniat pergi dengan kekasihnya, Romeo pun tidak ingin merusak kencan sahabatnya, hanya karena asap dari rokok yang kalau sudah menempel akan susah hilang.

“Oke, kita langsung bahas aja kalau gitu. Kita udah nemuin biodata tentang Olivia, perempuan yang punya hubungan gelap sama presiden,” ujar Barra. Pria jangkung itu lantas berjalan menuju meja yang terletak di pojok ruangan. Barra mengambil sebuah map coklat dari salah satu laci meja itu.

Barra kembali ke hadapan ketiga sahabatnya dan meletakkan map coklat tersebut ke atas meja di hadapan mereka. Barra kemudian berujar, “Map ini isinya biodata tentang Olivia Timothy. Kurang lebih 30 tahun lalu, Olivia meninggal dan diduga bunuh diri dengan mengkonsumsi obat anti depresan. Tapi ada yang janggal dari kematian Olivia. Ada dugaan kalau Olivia dibunuh, tapi kita belum bisa menemukan siapa yang melakukan pembunuhan itu.”

Barra menjeda ucapannya, lalu ia mengambil sebuah foto yang ada di dalam map coklat itu. Foto tersebut menunjukkan potret seorang bayi laki-laki yang masih tampak merah. Raegan menatap foto itu dan belum bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

Calvin lantas bergerak dari posisinya, ia membalik foto itu dan memperlihatkan pada Raegan 3 inisial huruf yang ada di sana. “Foto ini punya Olivia, dan dari narasumber yang kita temukan, anak laki-laki di foto itu adalah anaknya Olivia. Anak itu adalah anak dari hasil hubungan gelap Olivia dengan Dewandi Wirawan, dan anak itu masih hidup sampai sekarang.”

Romeo pun melanjutkan penjelasan Calvin. “Lo pasti bertanya-tanya siapa anak itu. Dari inisial yang ada di foto itu, lo seharusnya bisa dengan mudah menebak.”

Raegan lantas mengambil foto tersebut dari tangan Calvin dan membaca inisial yang ada di sana. LNT. Itulah 3 huruf yang tertulis di sana. Raegan menatap sahabatnya satu persatu, dan berikutnya dengan keyakinan penuh ia menyebutkan nama itu. “Leonel Nathan Tarigan.”

Raegan menatap ketiga sahabatnya secara bergantian. Tanpa mereka membenarkan jawabannya, Raegan sudah tahu bahwa tebaknnya benar.

“Olivia sempat meminta hak atas dirinya kepada Dewandi Wirawan, tapi seperti yang kita tahu, saat itu Dewandi sedang memperjuangkan karirnya di dunia politik. Jadi Dewandi nggak mungkin mengorbankan usahanya selama ini dan came up ke publik kalau dia punya anak dengan perempuan lain.” Barra kembali menjelaskan.

“Jadi semuanya sekarang make sense. Leonel adalah anak dari Olivia dan Dewandi yang disembunyikan dengan cara memberikannya ke Abbas Pasha. Abbas adalah antek yang digunakan Dewandi untuk membantunya menjalankan rencananya. Kita juga udah mendapatkan bukti kejahatan yang dilakukan Dewandi selama dia jadi presiden, dari korupsi hingga penyuapan. Soal Abbas yang merencanakan pelengseran dan pembunuhan papa lo, kemungkinan dalang dari rencana itu adalah Dewandi. Dewandi nggak mungkin turun langsung untuk menjalankan rencananya sendiri, dia pasti punya antek untuk menjalankan rencana itu,” jelas Calvin.

Raegan mendengarkan penjelasan tersebut dengan seksama dan mencoba menghubungkan benang merahnya. Pelengseran dan pembunuhan berencana yang terjadi pada papanya pasti punya tujuan yang besar. Ada pihak yang akhirnya akan diuntungkan dari kejadian itu.

Satrio Malik Gumilar yang merupakan ketua MK memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden atau Wakil Presiden berdasarkan UUD, maka dari itu untuk menutupi kejahatannya, kemungkinan Dewandi harus menyingkirkan Satrio, agar ia bisa menyetir hukum negara sesuai dengan keinginannya.

Mahkamah Konstitusi sendiri adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatan yang dilakukannya. Setelah mereka selidiki, ternyata para pejabat tinggi negara yang memiliki wewenang terhadap presiden, adalah hasil pilihan presiden sendiri. Dewandi Wirawan meletakkan orang-orangnya untuk menempati kursi pejabat negara, agar kemudian hari ia bisa menjadikan mereka sebagai bonekanya.

Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

“Ini memang baru hanya dugaan kita. Tapi kalau kita sambungkan benang merahnya, yang akan dapat keuntungan dari lengsernya papa lo adalah presiden. Presiden ingin mengatur komposisi lima orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi yang dibuat berdasarkan usulan presiden, DPR, dan MA,” ujar Romeo.

“Jadi setelah ini langkah apa yang harus kita ambil?” tanya Barra, lebih tepatnya pria itu bertanya pada Raegan.

Raegan nampak berpikir sejenak. Raegan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. “Untuk saat ini, kita kumpulin dulu bukti sebanyak-banyaknya. Saat waktunya tepat, kita akan membuat mereka bersatu di dalam penjara,” ucap Raegan.

“Gue tau apa yang ada di pikiran kalian saat ini. Dewandi Wirawan memang punya kekuasaan yang besar, tapi itu nggak bisa jadi alasan untuk gue mundur dari tujuan awal,” tambah Raegan lagi.

“Om Satrio udah tau soal ini?” tanya Romeo.

“Belum, tapi gue akan kasih tau beliau secepatnya. Oh iya, gue juga akan kasih tau Kaldera soal ini. Gue nggak bisa lama-lama merahasiakan ini dari Kaldera,” ujar Raegan.

“Menurut gue lebih baik lo nggak kasih tau Kaldera. Kalau dia tau, mungkin dia akan kecewa atau paling parahnya dia akan marah sama lo. Selama setahun lo cari tau tentang kasus ini, tanpa sepengetahuan Kaldera sama sekali.” Calvin menyampaikan pendapatnya.

“Gue akan tetap kasih tau Kaldera. Meskipun gue tau, dia mungkin akan marah sama gue,” ucap Raegan.

Raegan akan tetap memberi tahu Kaldera kebenaran yang walaupun itu akan terasa pahit. Namun bagi Raegan saat ini, hubungan asmara adalah tentang keterbukaan antara kedua belah pihak. Raegan tidak ingin ada rahasia di antara dirinya dan Kaldera.

***

Panti Asuhan

Kaldera dan Raegan menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih 30 menit. Raegan kini tengah memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah dengan pagar kayu berwarna putih yang tidak terlalu tinggi. Di dekat pagar itu, terdapat sebuah papan yang bertuliskan ‘Panti Asuhan Cinta Kasih’.

Raegan menarik rem tangan mobilnya, lalu ia menoleh ke samping untuk menatap Kaldera. “Ayo, kita turun,” ujarnya.

Kaldera mengangguk mengiyakan, lalu ia segera mengikuti Raegan yang sudah membuka pintu mobil lebih dulu. Kaldera berjalan di samping Raegan menuju ke dalam rumah itu. Mereka sempat melewati taman di depan rumah, di sana Kaldera melihat beberapa anak tengah bermain bola bersama.

Kaldera menghentikan langkahnya untuk menatap anak-anak itu dengan tatapan berbinar. Raegan yang melihat kejadian tersebut otomatis mengikuti Kaldera. Raegan memperhatikan kedua mata Kaldera yang kini tengah berubah berkaca-kaca.

Kaldera pun menoleh pada Raegan. Raegan mendapati sebuah senyum terlukis di wajah cantik kekasihnya. “Aku berharap suatu hari mereka bisa ngerasain kasih sayang keluarga yang utuh, Mas. Aku sama kayak mereka, aku pernah ada di posisi itu, dan aku tau gimana rasanya,” ujar Kaldera sambil masih menatap Raegan.

Raegan lantas mengulaskan senyum hangatnya. Pria itu mengambil tangan Kaldera, lalu memberikan usapan di punggung tangan itu.

“Raegan,” panggilan itu seketika menginterupsi Raegan dan Kaldera. Keduanya pun menoleh dan mereka menemukan sosok wanita paruh baya dengan kisaran usia 60 tahun.

“Ibu,” panggil Raegan dengan suara lembutnya. Raegan kemudian mengajak Kaldera untuk menghampiri wanita itu. Setelah Raegan menyalami tangan wanita itu, Kaldera pun melakukan hal yang sama seperti yang Raegan lakukan.

“Ibu, maaf ya, Raegan baru sempat datang ke sini lagi. Oh iya Bu, kenalin ini Kaldera,” ujar Raegan memperkenalkan Kaldera.

Wanita paruh baya itu lekas tersenyum lembut sembari menatap Kaldera. “Ayo masuk dulu, ibu akan buatkan minuman dan ada cemilan kesukaan Raegan.”

***

Di ruang tamu rumah dengan nuansa cat berwarna putih itu, Raegan, Kaldera, dan bu Rita tengah berbincang-bincang. Di meja di hadapan mereka tersaji 3 cangkir teh dan kue kering yang menjadi camilan kesukaan Raegan.

Raegan memperkenalkan Kaldera pada bu Rita secara langsung, setelah selama ini pria itu hanya menceritakan sosok Kaldera melalui cerita-ceritanya. Niat Raegan hari ini datang ke panti asuhan adalah ingin menjenguk anak-anak panti, sekaligus memperkenalkan sosok yang spesial baginya.

“Ibu senang sekali waktu Raegan mau datang, apalagi Raegan bilang akan membawa orang yang spesial untuk dia,” ujar bu Rita. Seketika Kaldera menoleh pada Raegan, tapi sebelum Raegan menjelaskan, bu Rita lebih dulu memperjelasnya.

“Raegan udah cerita banyak tentang kamu, Kaldera. Dari cerita-ceritanya, Ibu tau dia tidak akan menyerah berjuang untuk mendapatkan kamu, meskipun dia bilang awalnya kamu belum menerimanya,” ujar bu Rita sambil tersenyum penuh arti kepada Kaldera.

“Mas Raegan,” seru sebuah suara yang langsung menginterupsi ketiga orang itu. Mereka pun mendapati tiga anak perempuan tengah berjalan menghampiri Raegan.

“Mas Raegan datang sama siapa?” tanya salah satu anak yang sepertinya berusia paling muda di antara dua orang lainnya.

Raegan lantas meraih tangan anak itu dan membawanya mendekat pada Kaldera. Anak perempuan berambut sebahu itu menatap Kaldera dengan tatapan malu-malu. Namun Kaldera lebih dulu mendekatkan dirinya dan mengulurkan tangannya sembari memasang senyum ramah. “Hai, Cantik. Nama kamu siapa? Kenalin, nama aku Kaldera.”

Perlahan-lahan anak perempuan itu akhirnya mengulurkan tangan mungilnya. Kaldera pun segera menyambut uluran itu. “Nama aku Namira. Kak Kaldera siapanya Mas Raegan?” tanya Namira dengan spontan. Raegan, Kaldera, dan bu Rita pun mengulaskan senyuman penuh arti, dan justru itu semakin membuat Namira penasaran.

“Gini aja, kita main bola di luar. Kalau kalian menang, nanti Mas Raegan kasih tau. Gimana?” Raegan membuat sebuah tawaran yang menarik.

“Oke.” Sahut ketiga anak perempuan itu dengan kompak dan mereka tampak sangat antusias.

Seketika Kaldera dan bu Rita dibuat terheran. Mungkin kalau bu Rita sudah tidak terlalu heran, karena beliau sudah pernah melihat interaksi antara Raegan dengan anak-anak panti. Namun bagi Kaldera, baru pertama kali ia melihat Raegan yang tampak berbeda. Raegan berubah menjadi sosok yang begitu lembut dan terlihat sangat pintar berinteraksi dengan anak kecil. Melihat kejadian itu di depan matanya, Kaldera seketika menjadi terenyuh. Hatinya pun menghangat dengan sempurna.

***

Selagi Raegan bermain dengan anak-anak panti, Kaldera dan bu Rita mengobrol di ruangan kepala panti. Bu Rita adalah kepala panti asuhan Cinta Kasih sekaligus pendirinya. Sudah lebih dari setengah usianya, bu Rita telah mengabdikan dirinya untuk merawat anak-anak kurang beruntung yang belum bisa merasakan kasih sayang dari orang tua.

Bu Rita pun menunjukkan beberapa foto di sebuah album milik panti kepada Kaldera. Di sana ada potret Raegan bersama dengan anak-anak. Mereka melakukan banyak kegiatan, mulai dari bermain, belajar, makan bersama, hingga Raegan yang pernah membacakan dongeng untuk anak-anak.

“Waktu itu Ibu ingat sekali, anak-anak nggak mau tidur kalau nggak dibacain dongeng sama Raegan. Setiap Raegan ke sini, mereka selalu antusias,” ujar bu Rita. Setelah Kaldera puas melihat foto-foto di album itu, bu Rita pun mengembalikan benda tersebut ke laci mejanya.

“Kaldera, Raegan itu seperti malaikat bagi anak-anak. Dia sosok yang sangat penyayang, kamu pasti juga sudah mengetahui itu,” ujar bu Rita dengan pandangannya yang berbinar.

“Bu, kalau Kaldera boleh tau, sejak kapan mas Raegan kenal sama anak-anak?” tanya Kaldera.

Bu Rita masih menatap Kaldera dengan tatapan penuh arti, lalu beliau menjawab, “Sepertinya sejak Raegan berusia 23 tahun. Pertama kali Raegan datang ke sini, dia membawa banyak sekali pakaian dan mainan baru untuk anak-anak. Anak-anak biasanya susah akrab sama orang baru, tapi pengecualian untuk Raegan. Raegan tahu betul caranya memperlakukan orang-orang yang dia sayangi. Waktu dia bilang akan mengenalkan pacarnya ke Ibu, Ibu senang sekali. Raegan akhirnya berhasil meluluhkan hati kamu.”

Bu Rita kemudian meraih satu tangan Kaldera dan mengusapnya lembut. “Terima kasih ya Nak, kamu sudah mencintainya dan menerima dia. Ibu berharap kalian selalu bahagia. Sayangi Raegan dan peluk dia kalau dia sedang sedih. Cintai dia karena itu dirinya, karena hatinya yang sangat mulia.”

***

Kaldera telah mengetahui satu hal besar dari bu Rita. Itu adalah soal Raegan yang menjadi donatur utama panti asuhan Cinta Kasih selam kurang lebih 10 tahun. Raegan sangat menyukai anak kecil dan menikmati waktu saat berinteraksi maupun bermain bersama mereka. Sosok Raegan yang baru diketahui Kaldera itu, membuat Kaldera akhirnya memutuskan suatu hal malam ini.

“Mas,” ucap Kaldera sambil meraih tangan Raegan. Aksi Kaldera itu lantas membuat langkah Raegan terhenti. Mereka baru saja sampai di teras rumah, tapi Kaldera mengatakan bahwa ia tidak ingin langsung masuk ke dalam.

“Aku masih mau sama kamu,” ujar Kaldera sambil menorehkan senyum kecilnya. Raegan malah tertawa karena aksi Kaldera yang menurutnya sangat menggemaskan itu.

“Tadi kan kita seharian udah bareng,” ujar Raegan.

“Iya sih, tapi kamu banyakan main sama anak-anak,” celetuk Kaldera.

Raegan pun bertanya, “Kamu cemburu sama mereka?”

“Nggak juga sih. Aku seneng liat kamu main sama mereka. Mereka keliatan seneng juga, aku jadi ikut happy liatnya.” Kaldera menampakkan senyum lebarnya.

“Oke. Kita mau ke mana sekarang?” tanya Raegan.

“Hmm … kita cari angin aja di taman belakang. Ada yang mau aku omongin juga sama kamu,” ucap Kaldera.

Raegan pun mengangguk mengiyakan. Kemudian mereka berjalan bersisian menuju taman belakang. Di taman tersebut terdapat sebuah mini gazebo, jadi Raegan dan Kaldera memutuskan untuk duduk di sana. Kaldera menatap tangannya yang digenggam oleh Raegan, senyum kecil pun terpatri di wajahnya.

“Mas, aku udah membuat sebuah keputusan,” ujar Kaldera memulai ucapannya.

“Keputusan soal apa Kal?” tanya Raegan.

Kaldera lantas sedikit mengubah posisinya, ia duduk menyamping agar bisa bertatapan dengan Raegan. “Aku udah membuat keputusan soal pernikahan,” ucap Kaldera sambil menatap Raegan dengan tatapan penuh arti.

Raegan masih terdiam, lebih tepatnya pria itu nampak sedikit terkejut berkat dua kata yang barusan diucapkan oleh Kaldera.

Kaldera menatap Raegan tepat di manik matanya, ia pun berujar lagi, “Mas, aku udah siap kalau kamu menginginkan sebuah pernikahan. Aku ingin melangkah sama kamu ke jenjang yang lebih serius. Aku ingin membina rumah tangga sama kamu dan mewujudkan hari bahagia itu untuk kita berdua.”

Kaldera menunggu Raegan meresponnya. Namun sampai beberapa detik kemudian, Raegan masih belum merespon. “Mas?” panggil Kaldera menyadarkan Raegan dari keterdiamannya.

Raegan pun kini berlaih menatap Kaldera setelah sebelumnya pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Masih dengan tatapan yang konsisten, Raegan pun meraih kedua tangan Kaldera dan menggenggamnya. Raegan lalu mengangguk sekilas, tidak ketinggalan sebuah senyum bahagia terukir di wajah tampannya. Detik berikutnya, Raegan bergerak menghela tubuh Kaldera ke dalam pelukannya. Kaldera membalas pelukan itu, ia melingkarkan lengannya pada torso Raegan.

Beberapa detik berlalu, pelukan mereka perlahan terurai. Raegan menatap Kaldera dengan tatapan penuh sayangnya. “Terima kasih, Kal. Aku sangat menunggu hari bahagia itu, dan ingin merealisasikannya sama kamu.”

Raegan kemudian memangkas jarak di antara mereka. Kedua tangannya ia gunakan untuk menangkup halus kedua sisi wajah Kaldera. Dengan perlahan tapi pasti, Raegan menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Masih sambil menatap Kaldera, Raegan pun mengatakan sesuatu, “Kal, I love you with all my deepest heart.”

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Hari ini merupakan hari Sabtu malam. Kaldera tengah berada di kamarnya, tepatnya di depan lemari pakaiannya yang terbuka. Kaldera akan memilih pakaian untuk digunakannya. Malam ini Kaldera dan Raegan telah berencana untuk pergi nonton konser. Sebuah konser yang digelar bersamaan dengan acara festival itu akan menjadi destinasi kencan malam minggu Kaldera dan Raegan.

Setelah sekitar 20 menit kemudian, Kaldera akhirnya telah siap. Sebelum melangkah meninggalkan kamarnya, Kaldera sekali lagi menatap pantulan dirinya di cermin. Setelah dirasa puas dengan penampilannya, Kaldera pun meraih sling bag-nya dan bergegas melenggang keluar kamar.

Begitu Kaldera menutup pintu kamarnya, ia mendapati Raegan tengah menunggunya di depan kamarnya. Raegan tampak berbeda dari biasanya yang Kaldera lihat. Malam ini Raegan mengenakan stelan kasual, yakni sebuah kaus lengan pendek, celana jeans, dan sneakers hitam. Kalau biasanya Raegan mengenakan stelan formal karena setiap hari harus bekerja, kali ini pria itu terlihat berbeda. Penampilan Raegan tampak seperti pacar idaman yang didambakan oleh gadis-gadis muda.

Kaldera dan Raegan pun saling bertatapan, lalu Kaldera bertanya, “Kamu udah lama nunggu aku di sini?” tanya Kaldera dengan kernyitan di dahinya. Raegan lantas menjawab dengan sebuah anggukan.

Kaldera menghela napasnya pelan. “Kenapa nggak ketuk aja pintu kamarku? Kan kamu jadi nunggu lama,” ujar Kaldera.

“Nggak papa. Yuk kita berangkat,” ujar Raegan.

Raegan tersenyum sekilas, lalu ia meraih tangan Kaldera untuk digandeng. Kaldera pun tersenyum, ia melihat ke arah tangannya yang digenggam oleh Raegan. Hal yang sederhana, tapi perilaku Raegan yang tidak berubah sejak mereka berpacaran, selalu berhasil membuat Kaldera merasa begitu dicintai.

Saat Raegan dan Kaldera sampai di ruang tamu, mereka bertemu dengan Satrio dan Indri. Otomatis tatapan kedua orang tua mereka terarah pada tangan Raegan dan Kaldera yang saling menggenggam.

“Kalian mau ke mana?” tanya Satrio.

Atas pertanyaan itu, Indri pun melirik suaminya dan lekas berujar, “Papa nih segala nanya. Kayak nggak pernah muda aja. Ini kan malam minggu, Pah.”

Satrio pun menganggukkan kepalanya. “Oh, kita double date aja kalau gitu, gimana? Papa sama Mama ikut kalian, boleh nggak?” tanya Satrio.

Pertanyaan Satrio itu sukses membuat Raegan dan Kaldera saling melempar pandangan. Mereka tidak tahu harus menjawab apa, tapi Raegan akhirnya berujar. “Kita mau pergi ke konser musik, Pah. Rata-rata yang ke sana itu anak muda, masa Papa sama Mama mau ikut kita.”

“Lho, Papa pikir kamu udah nggak suka konser-konser kayak gitu. Bukannya udah lewat, masa muda kamu, Raegan?” ucap Satrio yang segera dihadiahi senyuman penuh arti dari Kaldera dan Indri.

“Udah, kalian berangkat aja gih. Papa nih becanda doang. Ohiya Kaldera,” ucap Indri yang lantas mengarahkan tatapannya kepada Kaldera.

“Iya Mah. Ada apa?” tanya Kaldera.

“Masa-masa mudanya Raegan emang udah lewat, Sayang. Tapi buat kamu, apa sih yang engga. Iya, kan, Raegan?” tanya Indri sambil menatap Raegan. Raegan pun mengangguk dengan lugas, karena pernyataan mamanya tersebut memanglah benar adanya.

***

Pekan Raya Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Jakarta Fair merupakan acara pameran tahunan terbesar di Asia Tenggara. Pameran ini biasanya berlangsung selama satu bulan penuh, dan diadakan dari bulan Juni sampai bulan Juli, guna memperingati hari jadi kota Jakarta.

Banyak hal menarik yang membuat para warga Jakarta selalu antusias untuk menghadiri acara festival tersebut. Terdapat berbagai macam tenant, mulai dari kuliner, fashion, industri kreatif, kerajinan tangan, dan masih banyak lagi. Namun yang utama dan yang paling menarik bagi kebanyakan anak muda, yakni sebuah konser musik yang digelar di panggung utama.

Penyanyi favorit Kaldera menjadi salah satu penyanyi yang mengisi konser itu dan akan tampil sebentar lagi. Jadi begitu Raegan dan Kaldera sampai, mereka segera menuju ke area konser yang terletak tidak jauh dari tenant makanan dan minuman. Deretan penyanyi yang akhir-akhir ini sedang menjadi perbincangan hingga yang sudah bisa dianggap sebagai legenda, telah diundang untuk tampil di atas panggung besar di festival itu.

Raegan dan Kaldera berada tidak jauh dari panggung. Mereka tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa melihat penyanyi yang akan tampil dengan jarak yang lebih dekat. Beberapa saat lagi, giliran seorang penyanyi laki-laki bernama Tulus yang akan membawakan lagu. Kaldera nampak antusias, ini pertama kalinya ia dapat melihat penyanyi favoritnya bernyanyi secara langsung.

“Mas,” ujar Kaldera di samping Raegan. Raegan pun menoleh. Sudah satu tahun mereka menjalin hubungan, tatapan Raegan masihlah sama ketika menatap Kaldera, dan Kaldera selalu merasa berkali lipat jatuh cinta pada cara Raegan melihatnya.

“Kamu terakhir dateng ke konser kayak gini tuh kapan?” tanya Kaldera.

Raegan pun terlihat berpikir setelah mendengar pertanyaan Kaldera. Di suasana hiruk pikuk konser ini, Kaldera hanya meletakkan atensinya kepada Raegan yang berada di sampingnya. Gemerlap malam ini, terasa sempurna berkat seseorang yang datang bersama Kaldera ke acara impiannya ini.

“Aku pergi ke konser musik kayak gini, kayanya terakhir waktu umur 23 atau 25. Aku lupa,” ujar Raegan.

Kaldera lantas mengulaskan senyumnya. Gadis itu tahu bahwa apa yang dikatakan Indri memanglah benar. Mungkin masa-masa muda yang gemerlap bagi Raegan itu sudah berlalu, dan untuk datang ke acara konser seperti ini, Raegan tidak terlalu berminat lagi. Namun itulah yang dinamakan sebuah hubungan, Raegan dan Kaldera saling melengkapi dan berusaha mencocokkan diri. Raegan dan Kaldera ingin melangkah bersama, karena mereka mempunyai tujuan dan visi yang serupa, mereka ingin berkomitmen serius dalam suatu hubungan.

Saat satu persatu lampu-lampu sorot berwarna ungu neon mulai dinyalakan, kontak mata antara Raegan dan Kaldera pun terputus. Kaldera maupun Raegan sama-sama mengarahkan tatapan mereka pada panggung yang ada di depan. Senyum Kaldera pun merekah kala sang idola mulai muncul di atas panggung.

Tulus in concert

“Selamat malam semuanya,” ujar seorang pria melalui sebuah microphone di tangannya. Sambil mengerahkan tatapannya pada seluruh penonton, pria itu lantas kembali berujar, “Malam ini saya akan membawakan tiga lagu spesial untuk kalian semua yang hadir di sini. Tiga lagu tersebut bertema utama tentang cinta. Jadi saya harap, pesan lagunya dapat tersampaikan pada kalian dengan baik. Selamat menyaksikan.”

Seruan antusias dari para penonton pun mulai memenuhi tempat itu. Tidak lama kemudian, intro lagu yang melodinya terdengar indah dan lembut mulai terdengar. Lagu yang berjudul ‘Teman Hidup’ itu lantas dinyanyikan bersama-sama oleh para penonton yang hadir.

Begitu lagu sampai di bagian reff, satu tangan Kaldera yang bebas meraih jemari Raegan dan bergerak menggenggamnya. Raegan yang menyadari aksi Kaldera, segera membalas genggaman itu, menelusupkan jemarinya pada ruang kosong yang tersisa di sana.

***

Waktu menunjukkan hampir pukul 9 malam saat Raegan dan Kaldera memutuskan untuk menjauh dari kerumunan orang-orang. Mereka melipir ke area belakang yang tidak terlalu ramai. Di tanah dengan rerumputan itu, Raegan dan Kaldera duduk bersebelahan.

“Kal,” ujar Raegan.

Kaldera lantas menoleh ke samping untuk menatap Raegan. “Iya Mas? Kenapa?”

“Selamat satu tahun ya,” ucap Raegan.

Kaldera lantas mengulaskan senyumnya. “Selamat satu tahun juga, Mas. Makasih ya buat waktu dan memori selama satu tahun ini,” ujarnya.

Kaldera mendekatkan posisi duduknya pada Raegan, lalu ia merebahkan kepalanya di bahu Raegan. Satu lengan Raegan kemudian bergerak mendekap Kaldera dari samping. Raegan mendekatkan dirinya pada Kaldera, memangkas habis jarak yang tersisa di antara mereka.

Raegan and Kaldera at Concert

I love you,” bisik Raegan di dekat Kaldera.

Kaldera yang mendengar kalimat itu lantas tersenyum manis sekali. Kemudian Kaldera sedikit mendongak, ia mempertemukan netranya dengan netra Raegan. Kaldera pun mengucapkan kalimat sebagai balasan atas kalimat Raegan yang tadi. “I love you too, Mas,” ucap Kaldera.

Saat mereka masih asyik menikmati konser meski dari jarak jauh, tiba-tiba Raegan bertanya pada Kaldera. “Kal, kalau aku balik ke pekerjaan beresiko itu, kamu izinin aku nggak?”

Kaldera yang mendengar pertanyaan Raegan perlahan-lahan mengurai pelukan mereka. Keduanya pun kini saling menatap. Kaldera jelas mengerti maksud perkataan Raegan soal pekerjaan beresiko itu, yakni pekerjaan Raegan sebagai seorang mafia.

Kaldera segera menjawab pertanyaan Raegan dengan gelengan kepala, tanda bahwa ia tidak mengizinkan Raegan untuk melakukannya lagi.

“Alasannya?” tanya Raegan.

“Pekerjaan itu bahaya banget, Mas. Kamu hampir aja kehilangan nyawa kamu waktu itu. Kalau kamu kembali ke pekerjaan itu, keselamatan kamu yang akan jadi taruhannya. Kalau misalnya kamu kenapa-napa, emangnya kamu tega ninggalin aku, mama, dan papa?”

Kaldera menatap Raegan lekat-lekat. Sosok yang kini menatapnya itu, adalah sosok yang pernah membuat Kaldera merasa begitu takut. Kaldera takut akan kehilangan Raegan. Rasanya begitu sakit, saat Kaldera melihat Raegan mempertaruhkan nyawanya kala itu.

Berikutnya Raegan malah menarik sebuah senyum simpul, padahal ekspresi Kaldera masih terlihat khawatir.

“Aku nggak izinin kamu, Mas,” ucap Kaldera.

“Iya. Kalau kamu nggak izinin, aku nggak akan balik ke pekerjaan itu lagi,” ucap Raegan.

“Janji yaa?” Kaldera bertanya sekali lagi untuk memastikan.

“Iya, janji, Sayang,” ucap Raegan dengan nada lembutnya.

“Oke,” ucap Kaldera.

Tatapan mereka kemudian saling mengunci, dengan jarak yang dekat, Kaldera pun berujar lagi, “Banyak yang sayang sama kamu, Mas. Aku, mama, papa, Zio, dan temen-temen kamu, semuanya sayang sama kamu. Mas, jangan pernah kepikiran untuk membahayakan diri kamu lagi, yaa?”

Sambil menampilkan senyum manisnya, Raegan pun mengiyakan permintaan itu. Raegan mengatakan bahwa Kaldera dapat memegang ucapannya, dan Kaldera pun percaya bahwa Raegan tidak akan mengingkari perkataannya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Flashback off.

Terdapat sebuah ruangan di basement rumahnya yang Raegan gunakan untuk menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah digelutinya, tapi tepat seperti perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna. Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari terdahulunya. Selain itu enjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.

Senapan

Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.

Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya di depan mata Raegan.

Raegan

Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan orang itu. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.

Leonel maju selangkah, lalu berujar di depan wajah Raegan. “Hows life? Are you enjoyed it?”

Leonel

Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senaja itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroyed me, you re totally wrong. Today I will show you how actually I am.”

“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.

I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi dengan entengnya.

You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.

Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang mereka sepekati saat mereka bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah mendatangi kediamannya.

Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik untuk menjadi antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik.” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan.

Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya telah menjadi antek dari seorang pria yang membunuhnya. How is it?”

Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.

Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan dengan cepat mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik Gumilar yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”

“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.

“Kejaksaan telah menjadwalkan penangkapan Dewandi hari ini di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara di kursi kebesarannya. Ini akan menajdi sangat menarik, Leonel, bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”

***

A little Explenation : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.

Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presdien ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio Malik nggak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terajadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yan gbesar terhadap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Sesuatu yang paling Kaldera takuti akhirnya hari ini menjadi sebuah kenyataan. Dalam mimpi liarnya sekalipun, Kaldera tidak pernah ingin memikirkan bahwa hari ini akan datang. Sesuatu dari masa lalu kembali menghampiri mereka. Saat kebahagiaan telah banyak tercurahkan untuk keluarga mereka, kehancuran itu kembali datang menghantui.

Kaldera masih berada di kamar Noah, ia berusaha terlihat baik-baik saja di depan anaknya. Saat Noah bertanya kenapa mereka harus berada di dalam kamar dan pintunya dikunci, Kaldera tidak dapat menjelaskan lebih jauh. Maka Noah seolah begitu mengerti perasaan mamanya, anak lelaki itu menjadi anak yang sangat penurut dan tidak bertanya lebih lanjut.

Mendapati Raegan akan menghadapi Leonel, Kaldera pun merasa kalut. Namun saat ia melihat kehadiran Noah dan sosok anaknya yang begitu mirip dengan Raegan, Kaldera berniat untuk membuat janji pada dirinya sendiri. Jika kemungkinan terburuk terjadi pada Raegan, Kaldera akan mencoba untuk merelakan. Bagaimana pun meski tanpa Raegan, Kaldera harus tetap bertahan dan melanjutkan kehidupan. Kaldera akan menjadi kuat untuk Noah dan calon anak di dalam kandungannya.

“Noah,” panggil Kaldera dengan suara lembut khasnya.

Noah yang sedang menyusun mainan legonya pun menghentikan aksinya dan segera menghampiri Kaldera.

“Iya Mama, ada apa?” tanya Noah dengan suara lembutnya. Kedua mata Noah yang selalu menatap Kaldera dengan tatapan sayang seperti ini, merupakan alasan atas setiap senyum di wajah Kaldera, alasan atas setiap perasaan bahagia Raegan.

“Mama pengen dipeluk sama Noah,” ujar Kaldera.

“Oke Mama,” balas Noah yang langsung menuju pelukan Kaldera. Noah mendekap torso Kaldera dan mengusapkan tangan mungilnya di punggung ibunya. Noah melakukannya untuk membuat Kaldera nyaman, seolah bocah lelaki itu dapat merasakan juga perasaan kalut yang tengah dirasakan oleh Kaldera.

“Mama, I love you. Noah sayang sekali sama Mama,” ucap Noah pelan. Noah tidak bertanya mengapa Kaldera tiba-tiba bersikap seperti ini, meskipun ia beberapa pertanyaan mengantre di dlaam pikiran. Noah beranggapan bahwa sebelumnya mama dan papanya tampak bahagia dan mereka memang sedang menghabiskan waktu bersama di hari Minggu.

Mama loves Noah more than anything. Mama juga sayang sekali sama Noah,” ucap Kaldera.

Detik berikutnya Kaldera menguraikan pelukannya. Kaldera menatap paras Noah dengan penuh afeksi. Tiba-tiba saja Kaldera teringat dengan surat yang diberikan Raegan padanya. Entah mengapa, Kaldera merasa bahwa Raegan telah memprediksi semuanya dengan menuliskan surat tersebut.

Terngiang-ngiang di benak Kaldera semua kalimat yang Raegan tulis di surat itu. Kaldera pun berharap, bahwa kisah mereka tidak berakhir sampai di sini, seperti apa yang tersirat di dalam surat itu. Kaldera berharap bahwa Raegan akan kembali. Raegan akan menatapnya dengan tatapan penuh cinta, mendekap tubuhnya, menciumnya, dan mengatakan bahwa pria itu sangat mencintainya.

***

END

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu puas dengan ENDING-nya ya. Sampai bertemu di cerita selanjutnya~ 🥂

Regards,

Alya Dara.

Flashback off.

Terdapat sebuah ruangan di basement rumahnya yang Raegan gunakan untuk menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah digelutinya, tapi tepat seperti perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna. Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari terdahulunya. Selain itu enjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.

Senapan

Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.

Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya di depan mata Raegan.

Raegan

Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan orang itu. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.

Leonel maju selangkah, lalu berujar di depan wajah Raegan. “Hows life? Are you enjoyed it?”

Leonel

Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senaja itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroyed me, you re totally wrong. Today I will show you how actually I am.”

“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.

I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi dengan entengnya.

You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.

Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang mereka sepekati saat mereka bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah mendatangi kediamannya.

Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik untuk menjadi antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik.” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan.

Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya telah menjadi antek dari seorang pria yang membunuhnya. How is it?”

Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.

Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan dengan cepat mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik Gumilar yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”

“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.

“Kejaksaan telah menjadwalkan penangkapan Dewandi hari ini di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara di kursi kebesarannya. Ini akan menajdi sangat menarik, Leonel, bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”

***

END

A little Explenation : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.

Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presdien ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio Malik nggak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terajadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yan gbesar terhadap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu puas dengan ENDING-nya ya. Sampai bertemu di cerita selanjutnya~ 🥂

Regards,

Alya Dara.

Flashback off.

Terdapat sebuah ruangan di basement rumahnya yang Raegan gunakan untuk menyimpan senjata-senjata miliknya. Raegan memang ingin lepas dari dunia kriminal yang dulu pernah digelutinya, tapi tepat seperti perkiraannya, suatu hari barang-barang ini akan sangat berguna. Dari salah satu lemari yang ada di ruangan itu, Raegan mengambil sebuah senjata yang berukuran cukup besar dan panjang. Senjata itu adalah sebuah senapan jenis AK-103 dengan teknologi yang lebih baik dari terdahulunya. Selain itu enjata ini dianggap superior karena pelurunya memiliki efek penetrasi yang lebih mumpuni.

Senapan

Raegan berjalan keluar dari ruangan itu dengan satu tangannya yang membawa senapan AK-103 bersamanya. Dengan sigap dan cepat tanggap, para bodyguard yang menjaga keamanan rumahnya telah mengamankan setiap sudut rumah, mengunci pintu utama yang digunakan sebagai akses masuk.

Kini langkah Raegan telah membawanya sampai ke mana ia menemui masa lalunya. Dua orang bodyguard berbadan besar di hadapannya tengah menahan sosok yang kini menatap menyeringai ke arah Raegan. Leonel Nathan Tarigan, seorang dari masa lalu itu, kini tengah menampakkan dirinya di depan mata Raegan.

Raegan

Melalui isyarat matanya, Raegan lantas memerintahkan bodyguard-nya untuk melepaskan orang itu. Meskipun tidak dapat memahami jalan pikiran atasan mereka, mereka tetap menjalani perintahnya.

Leonel maju selangkah, lalu berujar di depan wajah Raegan. “Hows life? Are you enjoyed it?”

Leonel

Leonel berdecih, lalu pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku jaket kulitnya. Benda di tangan Leonel rupanya adalah sebuah pistol kecil, tapi yang Raegan ketahui senaja itu memiliki keuatan yang cukup mahir untuk menembakkan pelurunya. “If you thought that jail could destroyed me, you re totally wrong. Today I will show you how actually I am.”

“I’m already knew who you are,” balas Raegan dengan nada tenangnya, sebuah senyum tipis pun tersungging di bibirnya.

I will make you and your family die in my hands,” ujar Leonel lagi dengan entengnya.

You can’t touch them. Just fight with me,” ucap Raegan yang maju selangkah mendekat pada Leonel.

Raegan pun mengajak Leonel bertarung 1 lawan 1. Jika Leonel licik dan melanggar aturan yang mereka sepekati saat mereka bertarung, maka Raegan akan benar-benar membuat Leonel menyesal karena telah mendatangi kediamannya.

Raegan memainkan senapan di tangannya, mengecek bahwa pelurunya sudah terpasang dengan baik. Dengan tangannya yang masih sibuk, Raegan menatap Leonel sembari berujar. “Dewandi Wirawan mempunyai anak dari hasil hubungan gelapnya dengan seorang wanita. Setelah anak itu lahir, Dewandi memerintahkan orang suruhannya untuk membuang anak itu dan juga membunuh wanita yang merupakan ibu dari anak itu. Anak itu bukan dibuang, tapi lebih tepatnya diserahkan pada salah satu antek Dewandi. Anak itu dibesarkan dengan begitu baik untuk menjadi antek bagi ayah kandungnya sendiri ketika ia dewasa. Anak itu rela melakukan apapun untuk mendapat imbalan, untuk bebas dari jerat hukum atau mungkin mendapatkan nama Wirawan di belakang namanya. Cerita yang menarik.” Raegan mengakhiri ucapannya. Ia memperhatikan ekspresi Leonel yang sedikit berubah setelah mendengar rentetan.

Leonel tampak kehilangan kata-katanya. Pria itu terdiam di tempatnya. Raegan akhirnya melanjutkan lagi ucapannya. “Seorang anak rela menjadi penjahat demi ayahnya yang bahkan tidak pernah menginginkannya. Mungkin, jika ibu dari anak itu masih hidup, dia akan sangat kecewa pada anaknya sendiri. Anaknya telah menjadi antek dari seorang pria yang membunuhnya. How is it?”

Raegan sudah mengetahui semuanya, soal ayah kandung Leonel, soal hubungan gelap presiden, dan terlebih presiden telah membunuh ibu kandung Leonel untuk menutupi kelakuan bejatnya yang telah menghamili seorang wanita di masa lalu. Presiden juga telah melakukan korupsi dan penyuapan, semua itu dilakukannya untuk memenangkan dua periode jabatan sebagai kepala negara.

Saat Leonel mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat ke arah Raegan, Raegan dengan cepat mengucapkan sesuatu yang seketika membuat tangan Leonel menggantung di udara. “Saya akan memastikan Dewandi Wirawan dihukum atas semua perbuatannya. Satrio Malik Gumilar yang akan melakukan tugas tersebut, yaitu menghukum orang yang sebelumnya bahkan berencana untuk menjatuhkannya. Asal Anda tahu, saya memiliki semua bukti itu dan akan menyerahkannya ke pihak berwajib, jika Anda berani menyakiti keluarga saya meskipun itu hanya seujung kuku Anda.”

“Omong kosong,” hardik Leonel. Pria itu sudah siap dengan posisi kuda-kudanya untuk menarik pelatuk pistolnya, tapi Raegan masih tenang di tempatnya.

“Kejaksaan akan menangkap Dewandi dari ini juga di istana presiden, di mana ia sedang menjabat sebagai kepala negara. Ini akan sangat menarik, Leonel, bukankah harusnya Anda menyaksikan berita tersebut?”

***

END

A little Explenation : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI), memiliki tugas memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Presiden dan atau Wakil Presiden berdasarkan UUD. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 7A UUD 1945, pelanggaraan hukum yang dimaksud adalah pengkhianatan negara, korupsi, penyuapan, dan perbuatan tercela lainnya. MK adalah lembaga yang mengadili kejahatan di lingkungan hukum dengan hukum itu sendiri. Maka MK berhak mengadili presiden atas kejahatannya.

Presiden ingin menyingkirkan Satrio Malik Gumilar. Presdien ingin mencegah kejahatannya di masa lalu (korupsi dan penyuapan) terkena jerat hukum dan menjadikan pemerintahan berada di bawah kendalinya. Presiden ingin semua jabatan yang mengisi negara adalah orang-orang pilihannya, maka ia harus menyingkirkan Satrio dari jabatan Ketua MK. Satrio Malik nggak mudah untuk dihasut dan disetir oleh siapa pun. Presiden ingin menjebak Satrio dengan tuduhan telah melanggar kode etik dan tidak kompeten sebagai penanggung jawab MK. Sehingga yang bisa melengserkan Satrio adalah keputusan presiden, meskipun MK adalah lembaga independen.

Presiden memiliki tujuan untuk mengatur komposisi 5 orang Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi diisi oleh anggota majelis yang berasal dari usulan presiden, DPR, dan MA (masing-masing 1 orang). Hal tersebut bisa terajadi karena pada saat proses pembinaan perilaku etik para hakim konstitusi, ketiga cabang kekuasaan yakni Presiden, DPR, dan MA tetap dilibatkan, yaitu apabila ada dugaan pelanggaran kode etik oleh hakim konstitusi. Presiden pun menjadikan Abbas dan Leonel sebagai antek untuk menjalankan rencananya, tapi rencana itu gagal berkat usaha Raegan. Jadi presiden memiliki dendam yan gbesar terhadap Raegan.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu puas dengan ENDING-nya ya. Sampai bertemu di cerita selanjutnya~ 🥂

Regards,

Alya Dara.

Flashback : Sebuah Tawaran untuk Membalas Dendam

Leonel sebelumnya berpikir bahwa rasa dendam dapat menghancurkan seseorang. Namun kini Leonel telah berhasil mengubah persepsi tersebut. Rasa dendam akan menghancurkan seseorang jika hanya terus bersarang di dalam hati, tapi tidak, jika rasa itu dapat terbalaskan.

Leonel bukanlah orang suci, bahkan sejak awal Abbas telah mendidiknya dan membentuknya untuk menjadi seorang mafia yang handal. Leonel sama sekali tidak berniat untuk berubah menjadi sosok berhati malaikat. Leonel layaknya seperti sebuah api yang membara, ketika di tambah oleh bahan bakar, maka api tersebut akan semakin besar. Jadi ketika Leonel mendapati orang suruhan Dewandi datang padanya, Leonel dengan cepat memintanya menjelaskan maksud kedatangan orang itu.

Pria di hadapan Leonel itu lantas berujar, “Bos menawarkan sebuah rencana baru. Anda tentu tahu kepada siapa bos menyimpan dendamnya.”

Leonel masih diam di tempatnya, pria itu mendengarkan dengan seksama.

“Rencana kali ini, bos tidak ingin sampai ada kecacatan lagi. Jadi pastikan, semuanya berjalan sesuai rencana dan persiapkan segalanya dengan matang,” lanjut pria di hadapan Leonel.

Leonel pun mengangguk. Pria itu mengatakan bahwa ia akan melakukan apa yang menjadi keinginan Dewandi, yakni membalas dendam. Rencana bertahun-tahun yang telah Dewandi susun, telah berantakan berkat orang itu.

Saat pria di hadapan Leonel itu akan berlalu dari hadapannya, Leonel dengan cepat menahannya.

“Apa imbalan yang akan saya dapatkan jika berhasil melakukannya?” tanya Leonel.

“Bos bilang beliau akan memberikan apa pun yang Anda inginkan, Leonel,” jawab pria itu.

Leonel kemudian memicingkan matanya, kedua alisnya bertaut dan pria itu menyunggikan senyum smirk-nya.

“Baik kalau begitu, Anda sampaikan pada bos tentang imbalan yang saya minta. Saya ingin selamanya bebas dari hukum dan mendapat nama Wirawan di belakang nama saya.”

“Tapi—” ucapan pria itu tertahan begitu saja saat Leonel mengedikkan kedua bahunya dan hampir saja berbalik pergi untuk membatalkan kesepakatan mereka.

“Tunggu,” ujar pria itu menahan langkah Leonel.

Leonel pun berbalik. Leonel lantas mengatakan kalau ia hanya memberi waktu 5 detik dari sekarang untuk menyetujui imbalan yang dimintanya. Akhirnya pria utusan Dewandi itu mengiyakan permintaan Leonel.

“Pastikan Raegantara dan keluarganya tamat di tangan Anda. Jika Anda tidak berhasil melakukannya dan justru menimbulkan masalah baru, Anda tentu tahu akibat yang harus Anda tanggung.” Usai memgucapkan kalimat itu, orang utusan Dewandi pun berlalu dari hadapan Leonel.

Dewandi memiliki dendam besar terhadap Raegan karena berkat pria itu, semua rencana apik yang telah ia susun hancur begitu saja. Leonel yang ingin dianggap anak dan ingin mendapat nama Wirawan di belakang namanya, akhirnya rela melakukan perintah ayah kandungnya yang bahkan telah membuangnya selama puluhan tahun.

Leonel merasa tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Keluarga yang ia ketahui selama ini adalah keluarga kandungnya, menyalahkannya dan tidak lagi menganggapnya setelah apa yang terjadi kepada Abbas Pasha.

Keserakahan Dewandi telah membuat Leonel—anak hasil hubungan gelapnya—menjadi seorang yang rela untuk melakukan tindak kriminal. Leonel jadi berpikiran bahwa rasa dendamnya tidak boleh menghancurkannya, justru rasa dendam tersebut harus membuatnya lebih kuat dan bangkit untuk membalaskan dendam tersebut. Demi sebuah kepuasan untuk dirinya sendiri, Leonel rela menjadi seseorang yang kejam, seseorang yang tidak pernah bisa lepas dari tindak kriminal.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Kurang lebih sekitar 30 tahun yang lalu, seorang pria yang merupakan asisten dari Dewandi Wirawan mendatangi kediaman Abbas Pasha. Abbas mengenal Dewandi pada saat itu, karena Abbas merupakan salah satu bagian dari anteknya.

Abbas menatap bayi laki-laki mungil yang kini berada di gendongannya. setelah pria yang mendatanginya menyerahkan bayi itu padanya.

Asisten Dewandi di hadapannya itu lantas berujar, “Bos meminta Anda untuk mengurus anak ini.”

“Siapa orang tua dari anak ini?” tanya Abbas, tampak kerutan di keningnya.

“Anak ini adalah hasil dari hubungan bos dengan seorang wanita. Anda tidak perlu bertanya lebih jauh, jalankan saja apa yang diperintahkan oleh bos.”

“Tunggu,” ujar Abbas menahan langkah pria itu untuk pergi dari hadapannya.

Pria itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik kembali kepada Abbas. “Apa imbalan yang akan bos berikan karena saya telah merawat anak ini?” Abbas bertanya.

Pria itu menatap Abbas sejenak, lalu ia mengungkapkan sesuatu yang langsung membuat Abbas setuju untuk menjalankan perintah tersebut. “Sebagai imbalannya, Anda akan mendapatkan posisi tinggi di Mahkamah Agung. Sekaligus bos akan memberi Anda jumlah uang yang tidak sedikit. Satu hal yang harus Anda ingat, pastikan tidak ada yang tahu kalau tidak ada yang mengetahui identitas asli anak ini. Anda tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?”

***

Rumah Tahanan Negara. 7 tahun yang lalu.

Cosmic radiation

Leonel mendapat hukuman seumur hidup atas tindak pidana yang telah dilakukannya. Leonel harus mendekam di dalam jeruji besi selama ia masih hidup, terlepas dari terpidana meninggal di usia berapapun. Jadi Leonel akan menghabiskan seluruh hidupnya di penjara sampai pria itu meninggal dunia.

Selama Leonel berada di rumah tahanan negara itu, tidak ada yang datang menjenguknya. Leonel berkali-kali menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Atas keluarganya yang hancur, dari mulai mamanya yang mengalami depresi karena papanya resmi mendapat hukuman mati, adik lelakinya yang tidak melanjutkan kuliahnya karena kasus pidana yang dilakukannya dan papanya.

Tepat kemarin, adalah hari di mana Abbas menjalankan eksekusi tembak mati. Hukuman tersebut sesuai dengan bunyi Pasal 340 KUHP yakni tentang pembunuhan yang direncanakan lebih dahulu, maka pelaku akan dihukum mati dengan cara ditembak. Ini sudah seminggu telah berlalu sejak wafatnya Abbas Pasha Tarigan. Hari ini setelah sekian lama, ada seseorang yang menjenguk Leonel di tahanan. Begitu Leonel sampai di ruang jenguk, ia mendapati sosok Levin di sana. Adik lelakinya itu menatap Leonel dengan tatapan dingin dan penuh dengan kebencian.

Meskipun begitu, Leonel tetap ingin bertemu dengan Levin. Paling tidak ia harus mengetahui kabar mamanya dari adiknya.

“Lo nggak pantes tanya kabar soal mama,” ucap Levin saat Leonel bertanya tentang kondisi Maya setelah mereka kehilangan Abbas.

“Maksud lo apa ngomong kayak gitu?” tanya Leonel dengan nada suaranya yang terdengar marah. Sisi keras Leonel rupanya lebih mendominasinya. Leonel juga tidak tahu apa yang telah terjadi pada dirinya, padahal ia merasa kalau ia masih memiliki sisi lembutnya. Leonel menyayangi keluarganya, yakni adiknya dan mamanya.

Levin terlihat mengepalkan tangannya yang berada di atas meja, hingga urat-urat tangannya tampak menonjol. Dengan wajahnya yang memerah karena diliputi oleh amarah, serta matanya yang menatap Leonel tajam, Levin pun berujar, “Lo itu bukan kakak kandung gue, lo cuma pembawa sial di dalam keluarga, lo harus tau itu. Gara-gara lo, papa pergi ninggalin gue dan mama. Keluarga gue hancur gara-gara kehadiran lo di dunia ini.”

Seumur hidup Leonel, ia belum pernah marah dan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi. Leonel marah dan kecewa karena fakta yang diungkapkan Levin barusan, Leonel menyalahkan dirinya sendiri.

Levin kemudian beranjak pergi dari hadapan Leonel, tanpa mengatakan apa pun padanya. Bahkan saat Leonel meminta penjelasan Levin lebih lanjut tentang identitasnya, pria itu enggan mengatakannya. Bagi Levin, Leonel tidak pernah menjadi kakaknya, tepatnya sejak Levin tahu kalau Leonel bukan kakak kandungnya.

Sepeninggalan Levin hari itu, hingga berbulan-bulan kemudian, rupanya Leonel memutuskan merawat dendam di hatinya. Rasa dendam tersebut akkhirnya tumbuh besar dan menjadi sesuatu abadi yang menguasai dirinya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂

Tahun-tahun telah berlalu, dan rasanya itu terjadi dengan begitu cepat. Setiap hari yang Kaldera lalui, setiap jamnya, setiap detiknya, selalu ada Raegan di sana. Kebahagiaan mereka pun bertambah sejak kehadiran buah hati mereka. Noah Zayden Gumilar, tahun ini anak laki-laki pertama mereka telah menginjak usia 5 tahun. Noah mendapat begitu banyak cinta dari orang tuanya, dari kakek dan neneknya, serta dari orang-orang sekitar Raegan dan Kaldera yang hampir selalu merasa terkagum saat melihat bocah lelaki itu.

Noah Zayden

Noah mewarisi kulit putih Raegan, dua lesung pipinya, dan senyumnya yang persis seperti saat Raegan kecil. Bahkan kedua mata teduh milik Noah juga lelaki itu dapat dari papanya. Noah menjadi anak lelaki yang tampan, aktif, dan selalu ceria. Meskipun tampilan fisiknya hampir 90% mirip Raegan, Kaldera tidak mempermasalahkan itu sama sekali. Noah tetap mendapat gen darinya, yakni sikapnya yang lebih mudah dalam mengungkapkan perasaan, lebih banyak bicara, tidak seperti Raegan yang lebih banyak aksi ketimbang berucap.

Sore itu di hari Minggu, Raegan dan Kaldera sedang menghabiskan waktu bersama untuk keluarga kecil mereka. Hari Minggu menjadi hari favorit mereka. Raegan libur bekerja, Kaldera libur kuliah, dan Noah juga libur dari sekolah Taman Kanak-Kanaknya, jadi mereka bisa menghabiskan waktu bersama.

“Noah,” Raegan memanggil anaknya dengan suara lembutnya.

“Iyaa Papa …” sahut Noah yang segera berlari menuju ruang keluarga. Di sana Raegan dan Kaldera sedang duduk santai di sofa. Noah menghampiri papa dan mamanya menggunakan skuter kesayangannnya.

“Ada apa Bos?” ujar Noah dengan suara cerianya. Anak lelaki itu membungkukkan badannya di hadapan Raegan, seolah-olah Noah sedang menjadi ajudan dan Raegan adalah bosnya.

“Buka dulu dong Nak helmnya,” ujar Kaldera pada Noah. Noah dengan cepat menurut pada mamanya dan membuka kaca helm full face-nya.

“Ada perintah apa Pak Bos?” tanya Noah lagi. Raegan pun tergelak mendapati tingkah anaknya itu.

Raegan lantas mengarahkan tangannya untuk mengusap perut Noah yang terekspos. “Kapten tim harus pakai baju dulu, baru bisa menjalankan perintah dari Bos.”

Noah Being Active & Cute

“Oke, Bos. Kapten pakai baju dulu ya kalau gitu. Habis itu kita jalankan misi menangkap penjahat,” ujar Noah. Kemudian Noah segera berlalu dari hadapan orang tuanya. Masih menggunakan skuternya, Noah melenggang ke kamar miliknya. Noah begitu mandiri, dan seringkali mengatakan pada orang tuanya kalau ia sudah besar. Jadi bocah lelaki itu bisa melakukan hal-hal kecil untuk dirinya sendiri, seperti mengganti baju atau menyikat gigi sebelum tidur.

Raegan dan Kaldera masih menunggu Noah kembali, begitu terdengar suara dering telfon yang berada di ruang keluarga. Raegan mengangkat telfon itu dn berbicara dengan seseorang di ujung sana. Tidak lama kemudian, telfon pun ditutup. Namun Raegan masih berdiri di sana, bukannya kembali menghampiri Kaldera di sofa. Kaldera yang merasa aneh dengan situasi tersebut, bergegas beranjak dari posisinya dan menghampiri Raegan.

“Mas, siapa yang tadi nelfon?” tanya Kaldera. Raegan masih memunggungi Kaldera, sampai akhirnya Kaldera beralih posisi untuk berada di hadapan Raegan. Dari sorot mata suaminya, Kaldera dapat menebak bahwa ada sesuatu yang tidak baik yang tengah terjadi.

“Mas, kenapa?” tanya Kaldera dengan matanya yang menatap memindai pada Raegan.

“Barusan bodyguard kita ngasih tau kalau pintu belakang rumah kita dibobol,” ujar Raegan. Raegan tidak terlihat terkejut rupanya akan kondisi tersebut, pria itu masih tampak tenang. Beberapa kali Raegan memang telah mendapat teror dan berusaha menyelidiki semuanya, selama kurang kebih 7 tahun belakangan ini.

Sesuai yang pernah diselidiki oleh The Ninety Seven sebelumnya, kemungkinan antek Dewandi akan kembali dengan kekuatan yang lebih besar. Kaldera mengetahui semua yang Raegan lakukan. Kaldera jelas khawatir, tapi Kaldera percaya bahwa Raegan akan bisa mengatasinya.

Kaldera diam saja begitu Raegan meraih tangannya lalu menggandengnya. Raegan membawa Kaldera menuju kamar Noah. Di sana di hadapan Kaldera dan Noah, Raegan mengatakan bahwa ia harus pergi sebentar untuk menyelesaikan suatu urusan yang penting.

“Papa mau ke mana? Ini kan hari Minggu, kok Papa mau kerja?” tanya Noah. Raegan lantas berlutut di hadapan anaknya, pria itu mengulaskan senyum segaris. “Papa ada urusan sebentar, Noah. Noah di sini sama Mama ya. Kapten Noah kan hebat, jadi Kapten harus harus jagain Mama, oke?” tutur Raegan pada anaknya.

“Oke Papa,” ucap Noah yang lekas menyambut tangan Raegan untuk melakukan high five.

Kemudian Raegan bangkit dari posisi berlututnya. Kini Raegan beralih pada Kaldera. Raegan menangkup halus kedua sisi wajah istrinya, ia memandangii wajah cantik itu dengan penuh kasih sayang.

“Kal, aku janji sama kamu. Aku akan kembali untuk kamu, Noah, dan calon anak kita,” ucap Raegan. Raegan kemudian menyematkan sebuah kecupan di kening Kaldera. Setelah itu Raegan beralih mengusapkan tangannya pada perut Kaldera yang nampak tidak rata, baby bump nya sudah terlihat di usia kandungannya yang menginjak 16 minggu. Raegan mengatakan kata-kata cinta untuk calon anak perempuannya yang masih berada di dalam kandungan Kaldera.

“Mas, kamu hati-hati ya,” ucap Kaldera sebelum Raegan benar-benar melenggang pergi. Raegan mengangguk dan sungguhan berlalu setelah sempat mendekap Kaldera ke dalam pelukannya.

Raegan telah berjanji pada keluarganya bahwa ia akan kembali. Kali ini Raegan akan memastikan bahwa antek Dewandi benar-benar tamat di tangannya. Raegan tidak akan membiarkan sedikit pun seseorang menyentuh maupun melukai keluarganya.

***

Terima kasih telah membaca The Expert Keeper 🔮

Silakan beri dukungan untuk The Expert Keeper supaya bisa lebih baik kedepannya. Support dari kalian sangat berarti untuk author dan tulisannya 💜

Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya yaa~ 🥂