He Still Broken
Sejak kejadian yang didapati Edgar pagi itu di kantor, Edgar perlahan menjauh lebih dulu dari Lilie. Lilie bisa merasakan bahwa Edgar menghindarinya. Edgar lebih jarang menghubunginya atau mengajak keluar makan siang bersama.
Di kantor mereka lebih banyak diam dan bekerja senormalnya. Edgar bilang ke Lilie kalau ia butuh waktu untuk fokus pada sempronya. Edgar menjadikan hal itu sebagai alasannya menjauh dari Lilie.
Siang ini di kantor, Lilie jadi kurang fokus terhadap pekerjaannya. Jelas pikirannya tertuju pada seseorang yang ada di sampingnya. Sudah seminggu ini Edgar berubah. Lilie mengerti jika lelaki itu sedang disibukkan oleh seminar proposalnya. Namun Lilie berpikir, sesibuk sibuknya, apa tidak bisa sedikit Edgar meluangkan waktu untuknya? Apa Lilie tidak berarti bagi lelaki itu?
Padahal sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja. Lilie sedikit kecewa dengan sikap Edgar. Hatinya sedikit meragu dan mempertanyakan apakah Edgar serius soal menjalin komitmen dengannya? Atau benar rumornya bahwa Edgar suka bermain-main dengan para perempuan?
“Edgar, kamu besok sempro kan?” Lilie bertanya.
Edgar yang mendengar pertanyaan itu lantas menoleh ke samping dan menatap Lilie. “Iya, Kak. Besok aku izin nggak masuk kerja ya.”
Lilie kemudian menganggukinya. Besok adalah hari di mana sidang sempronya Edgar, tapi belum juga terlihat tanda-tanda perbaikan dalam hubungan mereka. Ketika di kantor, terlihatnya mereka baik-baik saja. Bagaimana pun yang terjadi, Lilie maupun Edgar berusaha bersikap profesional dalam menjalankan pekerjaan mereka.
Ketika hari sudah beranjak sore, tersisa di ruangan tersebut hanya Valdo dan Edgar. Sisanya sudah pulang, termasuk Lilie.
“Lo nggak balik Gar?” Valdo bertanya sambil memperhatikan Edgar yang masih tampak sibuk dengan laptopnya.
“Nanti dulu deh, Bang. Tanggung ini dikit lagi,” jawab Edgar.
“Perlu bantuan nggak untuk sempro lo? Kalau butuh, bilang aja.”
“Iya, Bang. Tadi udah dibantuin Kak Lilie juga kok.”
“Lu kayaknya lagi kurang fokus ya akhir-akhir ini. Lilie juga gitu deh keliatannya. Lo berdua tuh kompak banget galaunya,” ujar Valdo.
Edgar hanya terdiam mendengarnya. Jari-jarinya yang sebelumnya menari di atas keyboard laptop, kini terhenti begitu saja.
“Kalau mau cerita, cerita aja. Siapa tau gue bsia bantu. Gue nggak tau hubungan lo sama Lilie udah sejauh mana, tapi kalau belum siap diceritain, yaudah nggak papa,” ucap Valdo.
“Emang keliatan banget ya Bang gue galau?” Edgar malah mengajukan pertanyaan kepada Valdo.
“Keliatan sih. Perasana kemarin seneng-seneng aja lu saama Lilie. Habis pergi berdua kan ke pantai?”
Hari di mana Edgar dan Lilie pergi ke pantai itu, jadi hari terindah mereka. Namun keesokan harinya seperti ada api yang membara dan membakar habis kebahagiaan itu. Hati Edgar hancur kala melihat Lilie dan Marcel berciuman di lorong. Edgar tidak terpikirkan tentang apa yang harus ia lakukan, yang jelas kini ia tengah berusaha untuk menata kembali perasaannya yang telah hancur.
***
Hari ini Edgar menjalani sidang untuk seminar proposalnya. Sidang tersebut diadakan di gedung fakultas FISIP. Edgar datang tepat waktu, lelaki itu tengah siap dan tampak rapi dengan pakaian formalnya. Sebuah dasi hitam melengkapi kemeja putih yang dikenakan Edgar hari ini.
Di hari penting ini baginya, Edgar berharap perasaannya juga baik. Namun takdir berkata lain. Edgar masih hancur dan ia tidak baik-baik saja.
Edgar mendapat giliran kelima untuk masuk ke ruang sidang. Ian dan Rico sidang juga hari ini. Mereka saling menyemangati, meskipun bisa membaca bahwa Edgar seperti tengah kehilangan separuh nyawanya. Entah apa penyebabnya, mungkin itu tenrtang Lilie, tapi kedua sahabatnya itu memutuskan untuk tidak bertanya. Mereka memilih diam, karena tidak ingin membuat Edgar semakin terpuruk dan akan mempengaruhi sidangnya hari ini.
Ian dan Rico mendapat antrian lebih dulu dari Edgar. Jadi mereka telah dinyatakan lulus sidang sempro. Sementara itu mereka masih menunggu Edgar keluar dari ruang sidang, karena Edgar baru mendapat gilirannya.
Sekitar 1 jam lebih, akhirnya Edgar keluar dari ruang sidang. Lelaki itu tampak mengulaskan senyumnya sekilas kepada Ian dan Rico.
“Gue lulus sidang,” ucap Edgar. Kedua sahabatnya itu langsung menyambut Edgar dengan gembira dan juga memberi ucapan selamat.
“Makasih guys,” ucap Edgar begitu ia menerima bingkisan dari Rico, Ian, serta ada beberapa temannya yang lain.
Setelah sidang hari itu selesai, beberapa temannya ada yang mengadakan acara makan-makan bersama di sebuah restoran yang tidak jauh dari kampus mereka. Ian dan Rico turut serra, tapi edgar menolak untuk bergabung. Edgar mengatakan kalau ia ingin pulang karena sedang merasa kurang fit kondisi tubuhnya. Ian dan Rico memaklumi hal tersebut, mungkin memang Edgar membutuhkan waktu untuk sendiri.
Seharian ini Edgar tidak membuka ponselnya. Baru ketika Edgar tiba di rumah dan masuk ke kamarnya, ia mengecek ponselnya.
Terdapat beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, tapi Edgar tidak menemukan pesan dari sosok yang ditunggunya. Padahal Lilie tahu kalau Edgar sempro hari ini, Edgar pikir Lilie akan menyemangatinya, paling tidak sebagai mentornya. Edgar telah kehilangan semangatnya. Ambisinya adalah Lilie, energinya adalah Lilie, tapi Edgar tidak menemukan kehadiran perempuan itu.
***
Terima kasih sudah membaca Chasing Lilie 🌸
Silakan beri dukungan untuk Chasing Lilie supaya bisa lebih baik lagi pada update berikutnya. Support apa pun dari para pembaca sangat berarti untuk author dan tulisannya 🍰
Semoga kamu enjoy dengan ceritanya, sampai bertemu di part selanjutnya~ 💕